Bab V : Something You Shouldn't Know

479 76 53
                                    

"Cinta punya banyak pintu dan pintu terbaik adalah lewat rasa kasihan."

Buya Hamka - Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Hidung si pria berkerut kala indra penciumannya mendapati aroma manis seperti campuran stoberi dan vanilla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidung si pria berkerut kala indra penciumannya mendapati aroma manis seperti campuran stoberi dan vanilla. Baunya yang lembut sukses mengundang kernyitan lain di dahinya karena ia merasa begitu asing dengan aroma ini. Sunghoon bergerak tak nyaman, hingga saat dirinya membuka matanya yang sedari tadi terpejam, barulah ia sadar kalau sedang berada di tempat asing.

'Aku dimana?' Monolognya dalam hati. Sejak kapan kamar hotelnya berwarna pastel begini? Sunghoon langsung mengambil handuk yang berada di atas dahinya. Kemudian perlahan mengambil posisi duduk dengan hati - hati. Agaknya sedikit pusing, flu nya bahkan belum juga membaik.

Obsidiannya menyapu habis sekeliling ruangan. Ia tak dapat menangkap keseluruhannya secara jelas karena cahaya temaram. Hanya ada sedikit cahaya dari perapian yang menyisakan bara, serta lampu halogen di bagian dapur yang menjadi penyumbang cahaya lainnya. Tak begitu mendukung karena warna lampu tersebut agak kekuningan.

Masih dilanda rasa bingung, Sunghoon akhirnya menajamkan pandangannya saat mendapati selimut merah muda yang sedikit terjuntai di sofa dekat perapian. Matanya memicing, tak lupa ia lirik singkat jam weker di atas nakas, pukul 3 pagi. Holy shit!

"Allen?"

Sunghoon menyeret langkah mendekati perapian. Lantai parket berbahan kayu itu terasa hangat dengan motif random yang unik. Ia memegang apa pun yang mampu menahan berat tubuhnya hingga mendekat ke arah sofa.

Lantas hal pertama yang ia lihat adalah wajah gadis yang seharian ini bersamanya. Tengah tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka. Jangan lupakan dengkuran halus yang melengkapi nyenyaknya tidur gadis tersebut.

Sunghoon mengusap wajahnya kasar. Ia yakin kalau gadis ini repot membawanya saat pingsan tadi. Ia akui bahwa dirinya memang cukup sensitif dengan cuaca dingin. Selain kondisinya yang rhinitis, ia juga belum sempat mengisi perutnya seharian ini. Dan dirinya pun tak menyangka akan kehilangan kesadaran entah dimana. Sekarang ia hanya berharap bahwa batuknya yang tiada henti sedari tadi tak mengganggu tidur Wonyoung. Ia bahkan berhati - hati saat hendak menarik ingusnya.

Sunghoon mendekat dan memilih untuk duduk sambil menyandarkan diri pada kaki sofa tempat gadis itu tidur. Entah apa yang ia lakukan sekarang dengan bermenung melihat bara yang nyala apinya kian redup. Sunghoon hanya mendadak tak tahu ingin berbuat apa sampai sesekali ia melirik Wonyoung yang lelap dalam tidurnya.  Atau mungkin ia ingin membangunkan gadis itu, tapi untuk apa? 

Sunghoon kemudian mendorong beberapa kayu ke dalamnya dengan sebelah kaki yang tak cedera. Setidaknya ia berupaya mempertahankan hangatnya ruangan. Ia mendengus kecil dan menyematkan senyuman tipis di bibirnya, mendadak terpikir kembali situasi apa yang kini ia hadapi.  

Milan, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang