BAB XII : Enamoramiento

295 49 20
                                    

"Yang kuingat hanyalah letupan sensasi yang mendebarkan asa. Kata - kata yang lebih dari sekedar menggoda. Rona merah yang menjadi reaksi utama. Serta kupu - kupu yang berterbangan tanpa kendali tuannya. Kata orang sih sedang jatuh cinta."

Aristoteles benar, manusia itu makhluk sosial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aristoteles benar, manusia itu makhluk sosial. Seorang manusia membutuhkan manusia lain dalam hidupnya. Butuh interaksi, bekerja sama, bergaul dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hakikatnya memang begitu, namun sebagian orang mengalami banyak hal dalam hidup. Begitu pula yang terjadi pada Wonyoung kecil. 

Gadis manis yang pernah merasakan hangatnya cinta keluarga, tiba-tiba harus menghadapi ketiadaan yang membuat hatinya dingin. Kehilangan ayah yang begitu ia cintai dan ditinggalkan oleh ibunya membuatnya terjebak dalam lingkaran ketakutan. Ketakutan akan ditinggalkan lagi. Sejak saat itu, Wonyoung mulai membangun dinding tebal di sekitar hatinya, berusaha keras untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain.

Abandonment issue yang ia alami bukan hanya sekedar ketakutan, tetapi luka mendalam yang membentuk pola pikir dan tindakannya hingga dewasa. Setiap kali ia merasa dekat dengan seseorang, bayangan masa lalu kembali menghantui, mengingatkan dirinya akan rasa sakit yang ia alami ketika kehilangan. Rasa takut itu membuatnya sulit mempercayai orang lain, bahkan dalam interaksi yang paling sederhana sekalipun.

Meskipun begitu, Wonyoung tetap berusaha menjalani hidupnya dengan sebaik mungkin. Ia berusaha menunjukkan bahwa ia kuat dan mandiri, meskipun di dalam hatinya, ada bagian yang selalu merasa hampa. Dalam setiap hubungan yang ia jalin, baik dengan teman maupun pasangan, selalu ada keraguan yang menghantuinya—keraguan bahwa suatu saat, orang tersebut akan pergi, meninggalkannya seperti yang dilakukan oleh orang - orang yang seharusnya selalu ada untuknya.

Tapi apa kali ini ia boleh mencobanya lagi? Haruskah ia membuka dirinya untuk kemungkinan yang sama suatu hari nanti? Ya, Wonyoung ingin mencobanya, setidaknya sekali lagi.

Ahh... pusing. Dirinya seakan sedang bermimpi saat ini. Namun rasanya nyaman dan hangat. Wonyoung tak begitu ingat bagaimana cara ia sampai di kasur empuk miliknya. Samar - samar ia bisa mencium aroma parfum citrus mint yang tertinggal di bantal miliknya. Matanya terbuka perlahan, mengerjap pelan beberapa kali sambil menyesuaikan cahaya ruangan. 

"Sudah bangun?" 

"Jen...," ujar Wonyoung parau, nada khas orang bangun tidur. Ia menelisik ruangan dan hanya melihat presensi Jennifer di sana. "Apa yang kau lakukan pagi - pagi begini di tempatku?"

Jennifer berjalan mendekati ranjang sang empunya lalu berhenti tepat di samping ranjang.

"Kira - kira apa yang aku lakukan di tempatmu sepagi ini, Allen?" Tanya gadis Owen itu dengan mata menyelidik dan tangan yang dilipat di depan dada. 

"Kepalaku sakit...," keluh Wonyoung sambil meringis. Ia berusaha untuk duduk dan mencoba bersandar pada kepala ranjang.  

Begitu pula Jennifer yang kini menjadikan tepian ranjang sang empunya tempat untuk berlabuh sejenak. Gadis itu meletakkan secangkir kopi di atas nakas. Aroma kopi yang pekat langsung menguar, bercampur dengan sisa aroma citrus mint yang masih tertinggal di bantal. Hal itu membuat Wonyoung mengernyitkan dahinya, berusaha mengingat kejadian terakhir sebelum ia tertidur.

Milan, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang