Gadis itu menatap nanar pada kertas ulangan yang tertera nilai 99 yang hampir mencapai nilai sempurna seratus. Rea menghela nafas gusar.
"Ayah kalo liat nilai aku, pasti papa marah. "Ingatan demi ingatan terputar di memori Rea ketika pukulan, bentakan, tendangan, bahkan tak segan segan cacian keluar dari mulut papah nya. Ingin rasanya ia sumpal dengan sampah tapi, ia masih ingat bahwa itu orang tuanya.
"Asik Re! Gue dapet nilai diatas KKM, tujuh satu!" sorak heboh teman Rea yang memiliki sifat hiperaktif. Dia bernama Ana.
"Cie makan seblak nih," kata Rea pada sahabatnya. Ana pernah bilang jika mamanya marah, karena Ana keseringan makan seblak. makanan favorit kaum hawa. Maka dari itu Ana harus dapet nilai 70 keatas jika ingin makan seblak.
"Iyah dong!," kata Ana dengan wajah sumringah senang.
Keduanya berjalan keluar gedung sekolah sambil mengobrol ceria. Rea hanya terkekeh pelan saat mengobrol, tapi beda Dengan Ana yang sangat antusias saat bergosip.
Kedua gadis itu duduk di halte sekolah, Ana yang menunggu jemputan papanya Sedangkan Rea, menunggu Ana dijemput.
"Gila parah kan Re! Parah, parah! Kalo gue disukain sama cha eun woo langsung gue terima langsung jadi pacarnya tanpa neko neko." Nada cerita Ana penuh semangat. Yah, topik terkini adalah Artis korea bernama cha eun woo tidak berani menyatakan perasaannya trauma takut ditolak.
Mobil berwarna silver berhenti dihadapan keduanya. Mobil itu terbuka menampakan lelaki berusia empat puluh tahunan, yang Terlihat awet muda.
"Papah!," teriak kesenangan Ana langsung berhamburan memeluk papahnya.
Dengan penuh kasih sayang papah Ana mencium pipi kanan kiri putri kesayangannya tanpa melihat kondisi keramaian sekolah. Sudah lama ia tak menemui anak bungsunya tiga hari karena di luar kota ada pekerjaan. "Gimana hari ini baby? Menyenangkan?," tanya gabriel pada Ana. Sebagai seorang papah, ia tidak ingin hari hari putri kesayangannya itu mengalami hari tidak menyenangkan, intinya putrinya itu harus terus bahagia.
"Seneng banget pah!. Ana dapet nilai ulangan harian tujuh puluh. Yes, dapet makan seblak deh," Ana dengan senang menjawab pertanyaan papahnya.
Rea tertawa kecil melihat perlakuan seorang Ayah yang memerankan baik figurnya. Apakah sopan? Memperlihatkan kasih sayang orang tuanya dihadapan seorang anak yang haus kasih sayang orang tua?.
"Pah, kenalin ini Rea sahabat aku" Ana memperkenalkan Rea sambil merangkul bahu gadis itu.
Rea tersenyum kikuk. "Hai om," sapa Rea pada Gabriel.
"Hai juga Rea," balas Gabriel.
"Jangan panggil papa gue om Re. Panggil aja Papah juga," ucap Ana.
Rea kaget atas apa ucapan sahabatnya itu. "Maksud lo?," heran Rea.
"Mamah gue aja udah anggap lo anak, masa papa gue dianggap orang asing. Kita ini saudara yang gak sedarah." perkataan tulus dari Ana membuat Rea sangat bahagia memiliki sahabat yang tak seagama seperti Ana.
"Iyah kan, pah?," Ana menatap papahnya.
Tentu saja lelaki Paruh baya itu mengangguk apa saja yang putrinya katakan."Yaudah yah Re, aku pulang dulu," pamit Ana. Ia memasuki mobil yang dibuka oleh papa nya.
"Gue beruntung punya sahabat kaya lo Na. Tapi, gue iri sama kehumorisan keluarga lo," ucap lirih Rea. Ia menepis rasa iri itu pada hatinya. Ana sudah menggapai Rea saudaranya, dan mengijinkan memanggil kedua orang Tuanya, papa, mama. Kurang bersyukur apalagi Rea memiliki sahabat seperti Ana. Hanya saja persahabatan mereka beda agama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
Teen Fiction"Revan, kasih tahu sama gue tempat yang aman buat pulang?." "Pulang kembali pada pencipta lo." "Maksudnya mati?" ... "pah." "Apa sih anak setan?!" "kalo Rea mati, papah mau Adzanin pemakaman Rea gak?." ... "Mamah, Rea minta sesuatu." "Eh, lo minta a...