O4.

106 13 0
                                    


Maaf, sayang, lupa kalo punya si oren ini.

- ݁ 🍃˖๋⋆-

"Who are you?" Tanya seseorang yg ada ditelpon, membuat Heeseung ikut kebingungan.

"Wait, apa aku salah nomor?"

Netra bambinya kembali menatap sang empu yg bergeming ditempat. Ia rasa, orang ini sedang mencari suami kecilnya. Benda pipih itu pun diberikan kepada Jake.

"Hello? Who is this?"

"Apa kau Jake? Aku Felix!"

Jake seketika tersenyum lebar saat tau siapa pemilik nomor asing tersebut. Felix, temannya di Australia. Keduanya tak pernah mengirim pesan satu sama lain semenjak Jake pindah ke Korea. Nomor handphone juga ia ganti.

"Oh, Felix~ How are you, bro?" Meskipun kebingungan, Heeseung tetap membiarkan sang empu mengobrol dengan orang yg disebut Felix ditelepon.

Tapi seharusnya ingat waktu. Jam terus berputar, menunjukkan pukul sembilan malam. Bahkan si surai ungu sudah terlelap dengan kepalanya berada dipangkuan Jake. Sementara itu, dia masih sibuk ditelepon tanpa melirik suaminya yg menunggu hingga tertidur. Malam masih begitu panjang, mengurungkan niat menonton film bersama sang kasih hingga dini. Se rindu itukah Jake dengan temannya itu?

Padahal Heeseung diliburkan dari kantornya besok. Jarang-jarang ia mendapatkan libur. Walau begitu, tetap ada berkas-berkas kesayangan yg belum selesai. Hanya sedikit. Dia akan menyelesaikannya esok hari, selebihnya menghabiskan waktu dengan Jake.

Empunya terus bertukar cerita dengan Felix, sampai-sampai tidak sadar bahwa suaminya tak lagi ada dipangkuan. Manik coklat kehitaman itu bergulir ke kiri dan kanan mencari keberadaan Heeseung. Mungkin beralih kekamar.

Ia melihat waktu diteleponnya, nyaris mencapai satu jam. "Ah, aku benar-benar menikmati obrolan ini. Sudah hampir satu jam mengobrol denganmu dan aku tak sadar. Kalau begitu, see tomorrow, Felix."

"Benar juga, maaf menganggu waktumu, see you!"

Akhirnya panggilan berakhir. Jake melangkahkan kakinya menuju kamar. Benda pipih digenggam ditangan, ia cukup senang karena akan bertemu teman lamanya semasa masih tinggal di Australia.

Pintu berwarna hitam itu kembali ditutup setelah Jake masuk. Netranya menangkap sosok lelaki yang tengah duduk dikursi kerja sekaligus berkas-berkas berserakan diatas meja. Ia mendekati sosok tersebut, tangannya terangkat mengelus surai lelaki itu.

Jake menempatkan kepalanya tepat di bahu sang suami, tangan Heeseung setia mengetik di keyboard menghiraukan kekasihnya yang menunggu.

"Aku pikir sudah tidur," ujar Jake.

"Besok aku ingin pergi bersama Felix, teman lamaku saat masih di Australia, boleh?"

Heeseung berhenti mengetik, memutar kuris kerjanya ke arah belakang. Sejenak menatap sang empu yang menanti jawaban. Tangannya tergerak menuntun Jake untuk duduk dipangkuan. "Apa tidak bisa ditunda?"

Jake kuat menggeleng. Dia benar-benar ingin bertemu dengan Felix, sedangkan Heeseung ingin menghabiskan waktu bersamanya. Yang lebih tua menghela nafas berat, ada sorot kecewa di netranya. Mau tak mau memberikan izin kepadanya.

"Alright, bersenang-senanglah besok." Jake tersenyum penuh rasa antusias, tidak sabar melepas semua rindu yang dipendam. Kedua tangan direntangkan siap memeluk sang suami. Heeseung segera mendekap tubuh mungil itu, walau ada sedikit rasa kecewa. Jika memang rindu mau bagaimana lagi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fall For You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang