"Yang benar saja, Bi. Masa Shaka harus menikah dengan gadis seperti, Aruna. Shaka ini menginginkan pasangan yang bisa menjadi rumah untuk Shaka dan majelis untuk anak-anak Shaka, nggak mungkin gadis seperti Aruna bisa seperti itu, Bi."
"Apa yang sal...
Sebelum baca sebaiknya vote dulu, ya. Nggak susah dan nggak bayar kok, kalian tinggal klik bintang yang ada di sebelah fitur komentar. Terima kasih.
—oOo—
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—oOo—
Pagi-pagi sekali Aruna terbangun, sebenarnya ia tidak bisa tertidur hingga pukul 01.00 dini hari karena merasa tidak enak badan. Suhu tubuhnya sangat tinggi, tetapi ia merasa kedinginan. Namun, Aruna harus bangun pagi karena ia harus mengikuti shalat tahajud berjama'ah.
"Kamu kenapa, Aruna?" tanya Ifah, salah satu teman satu kamarnya.
"Nggak tau, nih. Rasanya gue kayak nggak enak badan deh," sahut Aruna sambil mengeratkan selimutnya.
Ifah mendekat ke Aruna dan mengecek suhu tubuh Aruna. Ia nampak terkejut saat merasa panas di punggung tangannya yang menyentuh kening Aruna. "Kamu demam, Run?"
Aruna menggeleng lemah. "Heh, kalian kenapa diam saja! Ini sudah waktunya shalat tahajud, ayo, semuanya pergi ke aula untuk shalat tahajud!" Nia tiba-tiba sudah ada di kamar Aruna, menyuruh semua orang untuk pergi shalat tahajud.
"Nggih, Mbak," sahut semua orang sambil keluar satu persatu dari kamar.
"Heh, kamu! Kamu kenapa diam saja! Cepat bangun dan siap-siap." Nia menunjuk Aruna.
"Gue lagi tidak enak badan."
Nia berdecih. "Nggak usah pura-pura, saya sudah hafal dengan kelakuan santri seperti kamu. Cepat siap-siap, kalau kamu tidak mau dihukum," ucap Nia, setelahnya ia berlalu pergi.
Aruna dengan malas bangun dan bersiap-siap. Setelah itu, ia melakukan shalat tahajud berjama'ah. "Akhirnya, selesai juga," ucap Aruna sambil merilekskan otot lehernya, "sekarang gue mau ke kamar, lumayan masih ada waktu buat tidur sebelum adzan subuh."
"Aruna tunggu!"
"Apalagi, sih!" ucap Aruna kesal.
"Kita nggak boleh ke kamar."
"Emangnya kenapa, sih! Gue ngantuk tau, gue mau tidur."
"Tidur? Enak saja. Sekarang semuanya ke masjid, kita akan shalat subuh berjama'ah," ucap Nia pada seluruh santriwati.
Aruna mendengkus, mau tidak mau ia mengikuti perintah Nia. Ia bersama semua santriwati pergi menuju masjid.
Sampai di masjid, Aruna memilih saf paling belakang agar ia bisa bersandar di tembok dan beristirahat sejenak. Kepalanya sungguh sangat pusing.
Selesai sholat subuh, mereka semua dilarang beranjak hingga waktu suruk, mereka mendengarkan muhasabah dari salah satu Ustadz di pondok pesantren Al Falah. Namun, tidak dengan Aruna, Aruna malah sudah memejamkan matanya dan tertidur.
Hingga matahari mulai terbit, mereka semua kembali ke kamar masing-masing untuk mandi dan bersiap-siap dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang bersiap untuk pergi ke sekolah, ada juga yang bersiap melakukan aktifitas lain bagi santri pengabdian.