Miranda membelai pipi Kenzie dengan lembut seraya terus menyeringai. "Apakah hidup adalah tentang cinta?" dia terdiam sejenak, "apakah aku harus menyingkirkan mereka?" gadis itu menatap pemuda lain dengan tatapan tajam.
"Jangan!" jawab Kenzie yang sebenarnya telah sadar beberapa menit yang lalu, "ku mohon, jangan lukai mereka .... "
"Apa yang ku dapatkan jika melepaskan mereka?" tanya gadis itu dengan kekehan sinis.
"Apapun! Apapun akan ku berikan!" jawabnya dengan cepat.
"Benarkah?" Miranda tertawa senang, lalu ia melepas perlahan ikatan milik Kenzie, "jika begitu, aku ingin kau menjadi milikku, hanya milikku, dan kau tak bisa membantah apapun yang aku inginkan. Jika kamu melanggar itu—maka, aku tak akan segan membunuh teman-teman tersayangmu itu."
Pupil mata pemuda itu bergetar dengan tubuh yang menggigil, ia mengangguk patah-patah. "Baik, aku ... Aku akan menuruti semua perkataanmu."
"Anak baik," bisiknya seraya menggendong Kenzie dan membawanya ke kamar yang terlihat mewah dan bersih. Kamar itu bernuansa merah dan hitam, dengan beberapa ikat bunga mawar merah yang menghiasi kamar itu.
"Ini akan menjadi kamar milikmu." Miranda menurunkan Kenzie ke kasur dengan perlahan. "Namamu Kenzie bukan?" ucapnya dengan senyum sinis.
"Um ... Ya. Namamu?"
"Miranda." Gadis itu berjalan ke arah sebuah meja di sana, lalu ia mengambil buah apel, mengupasnya juga memotongnya menjadi bagian-bagian kecil. "Makanlah ini, jika ingin mandi di sana pintu kamar mandinya—ada pakaian milikku di lemari, kau bisa gunakan itu dulu. Jika masih lapar ada roti di meja sana. Aku pergi dulu." pamit Miranda setelah menjelaskan beberapa hal yang mungkin akan diperlukan Kenzie.
Setelah mengunci pintu kamar, Miranda berjalan dengan santai ke ruangan sebelumnya. Suara tapak kaki itu bergema karena heningnya ruangan, suasana mencengkam dengan cahaya remang-remang tak membuat gadis itu gentar, malah ia berjalan seraya terus bersenandung senang.
***
"Heheh ... Bagaimana perasaan kalian saat ini heh?" tanya Miranda dengan seringaian sinis miliknya.
"Lepaskan kami! Lepaskan kami sialan!" seru seorang pemuda dengan tatapan tajam miliknya.
Bukannya merasa gentar Miranda malah tertawa terbahak-bahak mendengar permohonan yang terdengar begitu menyedihkan di telinganya itu. "Pftt ... Menyedihkan. Tenang saja, aku akan melepaskan kalian." Miranda berjalan mengahampiri mereka seraya memainkan belati kecil di tangannya. "Tetapi ... Aku ingin bermain-main dulu .... " ucapnya dengan suara yang dibuat imut.
Tubuh mereka bergetar secara alami saat mendengar hal tersebut—dengan menahan rasa takutnya Keegan bertanya, "di mana Kenzie?" Dia berbicara dengan suara yang serak.
"Ah ... Anak manis itu ... Tenang saja, ia akan baik-baik saja." Miranda terkekeh sinis.
"Aku sudah bosan berbasa-basi, langsung saja ya .... "
Miranda menarik sebuah meja operasi lalu meletakkannya dihadapan mereka, setelahnya ia mengambil sebuah troli berisi peralatan untuk operasi. Lalu ia mulai menyiapkan banyak hal, seperti lampu operasi, juga cairan kimia bernama formalin, dan peralatan lain yang dibutuhkan.
Setelah semua siap, Miranda dengan semangat melepaskan ikatan tali milik Keegan. "Kamu yang pertama ya, jangan tegang! Ini hanya operasi kecil!" kekehnya kala melihat wajah pucat pria itu.
Dengan mudah Miranda menggendong tubuh besar milik Keegan, lalu meletakkannya di meja operasi. Setelahnya ia merebahkan tubuh pemuda itu lalu mengikat tubuhnya agar tak banyak bergerak. Setelahnya gadis itu mengambil sarung tangan dan memakainya.
"Jangan tegang ya .... " Miranda mengambil jarum suntik, lalu membuka bungkusnya—juga mengambil botol berisi obat bius—menancapkan jarumnya, lalu menyedot cairan di dalamnya.
Dengan senyum lebar di wajahnya, Miranda menyuntikkan cairan itu ke tubuh Keegan. Setelah beberapa saat pria itu mulai tak sadarkan diri karena efek obat. Gadis itu mengambil scalpel, lalu mengarahkan benda itu ke mata Keegan.
TBC
Tiba-tiba jadi teks prosedur :v
08/09/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Sempurna
RomanceMiranda de' Artemis. Seorang putri tertua yang dibuang bak sampah oleh keluarganya setelah menjadi alat balas dendam. Kejam, kata itu seperti sudah menjadi nama tengahnya. Gadis berparas cantik dengan hati beku yang sudah mati rasa. Jatuh cinta sep...