Saat ini Malvin bersiap-siap akan berangkat ke sekolah. Ia berjalan ke arah almari untuk mengambil helm miliknya.
"Kak Malvin, Sea berangkatnya bareng kakak, ya!" seru Sea dari arah belakang.
Mendengar suara sang adik membuat Malvin membalikkan badannya. Nafasnya langsung memberat ketika melihat penampilan Sea yang mengundang hasrat seksualnya. Rok sekolah mini di atas paha dan pakaian atas yang sangat ketat membuat kedua payudara gadis itu tercetak jelas. Dan, apa itu? Dua titik runcing tegak seolah menantang di kedua payudaranya. Apakah adiknya tak memakai bra ke sekolah?
"Lo nggak pakai bra?" tanya Malvin blak-blakan.
Sea hanya tersenyum menunjukkan gigi rapihnya. "Nanti ada mapel olahraga siang, biar nggak gerah jadi Sea nggak pakai."
Malvin maju menghampiri adiknya dengan raut wajah sayu. Lelaki itu terkekeh pelan dengan seringai yang tertahan. Tangannya terulur memeluk adiknya dengan erat.
"Kak Malvin? Kenapa?" tanya Sea dengan kebingungan.
Malvin memejamkan matanya menikmati payudara Sea yang menempel di dadanya. Ia pun menggesek-gesek pelan tubuh sang adik untuk merasakan lebih. Ugh, kenyal dan berisi.
"Ahh, Kak Malvin, ngilu." Sea mendesah pelan kala merasakan nyeri ketika payudaranya tergencet oleh tubuh Malvin.
Deru nafas Malvin kian memberat mendengar desahan merdu adiknya. "Gue punya hadiah spesial buat lo. Kalau gue kasih sekarang apa lo mau langsung pakai?" bisiknya tepat di telinga Sea dengan diakhiri jilatan di lipatan leher gadis itu.
Mata Sea berbinar-binar mendengar kata hadiah dari mulut kakaknya. "Mau mau! Sea mau hadiahnya sekarang!"
"Tunggu di sini, gue ambil ke kamar dulu," ujar Malvin.
Sea memperhatikan langkah kaki Malvin yang bergerak menuju lantai dua. Tak ingin capek-capek berdiri, gadis itu memutuskan menunggu sang kakak sambil duduk di sofa.
"Lama banget, sih, Kak Malvin!" gerutu Sea sedikit sebal.
Seraya menunggu kedatangan Malvin, Sea duduk menyender di sofa dengan kaki mengangkang sehingga memperlihatkan celana dalam tipis yang membalut vaginanya. Ia menunduk menatap kedua payudara bulatnya yang sedikit sesak karena terhimpit oleh seragam ketat. Karena merasa bosan, gadis itu tanpa sadar memainkan kedua payudaranya sendiri dengan meremas-remas pelan.
"Ahh, rasanya enak. Sea jadi pengen terus remes-remes ini." Sea mendesah keenakan dengan mata terpejam.
Tak paham dengan reaksi tubuhnya, Sea terus melakukan hal itu dalam waktu yang cukup lama. Tanpa sadar kakinya merapat untuk menekan vaginanya agar merasakan kenikmatan lebih.
"Eumhhh ahh mphhh."
"Mphhh Kak Malvin."
Tepat disaat menyerukan nama Malvin, sang empu datang dengan pandangan yang sudah berkabut gairah.
"Sial! Lo ngapain, Sea?" geram Malvin frustasi karena pemandangan erotis di depannya.
Kakinya melangkah lebar menghampiri adiknya yang masih gelonjotan nikmat. Tanpa disangka, Malvin mencengkram kuat dagu Sea hingga gadis itu terlonjak kaget. Sebelum berbicara, bibir gadis itu sudah dibungkam oleh bibir tebal Malvin dengan penuh hasrat. Suara decapan lidah terdengar keras di ruang tamu yang sepi itu. Lidah Malvin mulai menerobos ke dalam mulut Sea untuk mengajak lidah gadis itu berperang.
"Mphhh!" Sea memukul-mukul dada Malvin kala merasakan kekurangan oksigen.
Tak peduli dengan Sea, Malvin malah semakin menekan tengkuk gadis itu untuk memperdalam ciumannya. Selang beberapa menit, Malvin baru melepaskan cumbuannya dengan diiringi nafas terengah-engah dari Sea.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY (1821+)
Short StoryWarn: mature content, adegan seksual, kekerasan, obsession, abusive, bdsm, etc. Male dominant Female submissive