---Suasana di ruang musik sekolah terasa tegang. Radiant Pulse sedang mempersiapkan penampilan besar mereka, namun ketegangan di antara para anggota band semakin meningkat. Olla dan Oniel bersitegang mengenai aransemen lagu terakhir. Zee, sebagai leader, mencoba menenangkan suasana.
"Olla, Oniel, tolong jangan berantem sekarang. Kita perlu fokus untuk pentas," kata Zee dengan suara tegas tapi tenang.
Olla menggelengkan kepala, tampak kesal. "Gue nggak setuju sama aransemen bass Oniel. Ini bikin lagu kita kehilangan power!"
Oniel balas menatap Olla dengan mata tajam. "Dan gue nggak suka cara lo main gitar yang terlalu keras. Kita perlu keseimbangan, bukan cuma power!"
Zee menghela napas panjang. "Oke, gue ngerti kalian berdua punya pandangan masing-masing. Tapi sekarang bukan waktunya untuk berdebat. Kita semua ingin memberikan yang terbaik, kan? Jadi gimana kalau kita coba gabungkan ide kalian? Kita bisa kompromi."
Setelah beberapa saat, Olla dan Oniel akhirnya setuju untuk mencoba menggabungkan ide mereka. Mereka mulai memainkan lagu dengan semangat baru, mencoba menemukan keseimbangan antara kekuatan gitar Olla dan kedalaman bass Oniel. Lulu dan Adel turut membantu dengan saran mereka, mencoba menyatukan perbedaan pendapat yang ada.
----
Namun, masalah di rumah tidak berhenti menghantui Zee. Setelah latihan, dia pulang dan mendapati orang tuanya terlibat dalam pertengkaran hebat. Suara keras dari ruang tamu membuat Zee merasa semakin tertekan.
"Mamah, Papah, bisa nggak kalian berhenti berantem?" Zee berteriak, suaranya penuh emosi.
Orang tuanya terkejut dan melihat Zee dengan tatapan penuh rasa bersalah. Mamah Zee mencoba mendekatinya. "Zee, maafkan Mamah dan Papah. Kami tidak bermaksud membuatmu khawatir."
Zee menahan air mata. "Gue nggak bisa fokus kalau kalian terus-terusan begini. Gue butuh kalian buat dukung gue, bukan buat tambah beban."
Mamah Zee mengangguk, air mata mengalir di pipinya. "Kami akan mencoba lebih baik, Zee. Kami janji."
Setelah malam yang melelahkan, Zee kembali ke sekolah dengan hati yang berat. Namun, kehadiran Marsha memberikan sedikit cahaya di hari yang suram itu. Marsha melihat Zee duduk sendirian di taman sekolah dan mendekatinya.
"Zee, lo baik-baik aja?" tanya Marsha dengan suara lembut.
Zee mencoba tersenyum, meski lelah masih terlihat jelas di wajahnya. "Nggak begitu, Marsha. Masalah band dan keluarga benar-benar bikin gue pusing."
Marsha duduk di samping Zee dan memegang tangannya. "Gue ngerti, Zee. Kadang hidup emang berat. Tapi lo nggak sendirian. Gue ada di sini buat lo."
Zee merasakan kehangatan dari sentuhan Marsha, dan ada perasaan aneh di perutnya, seperti ada kupu-kupu yang beterbangan. "Thanks, Marsha. Gue sangat menghargai itu."
Marsha tersenyum, merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya juga. "By the way, lo udah mutusin mau nyanyiin lagu apa buat pentas nanti?"
Zee menatap Marsha dengan tatapan lembut. "Gue udah tau. Gue mau nyanyiin lagu ini buat orang yang spesial. Lagunya... 'I Love You 3000.'"
Marsha terkejut dan hatinya berdebar. "Kenapa lagu itu?"
Zee tersenyum, menatap Marsha dengan mata penuh arti. "Karena lagu itu punya arti yang dalam buat gue. Gue mau nyanyiin lagu itu buat seseorang yang spesial di hidup gue. Dan gue harap, orang itu bisa merasakan betapa berharganya dia buat gue."
Marsha tersentuh mendengar kata-kata Zee, matanya berbinar. "Itu lagu yang indah, Zee. Gue yakin orang itu bakal sangat tersentuh."
-------
Hari pentas tiba, dan Radiant Pulse berdiri di atas panggung dengan semangat yang membara. Meski telah melalui banyak konflik dan tantangan, mereka siap memberikan yang terbaik. Penampilan mereka memukau semua penonton, termasuk Marsha yang berdiri di barisan depan, menatap Zee dengan penuh kebanggaan.
Saat lagu "I Love You 3000" mulai dimainkan, Zee menyanyikan setiap lirik dengan perasaan mendalam. Matanya tertuju pada Marsha, yang balas menatap dengan senyum hangat. Di momen itu, Zee tahu bahwa segala usaha dan perjuangannya tidak sia-sia.
Setelah penampilan yang luar biasa, mereka berkumpul di belakang panggung, merayakan kesuksesan mereka. Zee menatap teman-temannya dengan bangga. "Kalian semua hebat. Terima kasih udah tetap bertahan dan berjuang bersama."
Oniel mengangguk, tersenyum lebar. "Kita berhasil karena kita bekerja sama."
Olla menambahkan, "Dan karena kita percaya satu sama lain."
Lulu mengangkat tangannya dengan semangat, "Radiant Pulse, we did it!"
Adel memukul drum ringan sebagai tanda kemenangan. "Let's keep rocking, guys!"
Christy Tertawa terbahak - bahak "we make it guys"
Marsha mendekati Zee dan memeluknya. "Lo luar biasa, Zee. Gue bangga sama lo."
Zee balas memeluk Marsha, merasa semua beban dan kelelahan hilang. "Thanks, Marsha. Lo juga luar biasa."
Dalam hati, Zee tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan yang lebih besar, dengan dukungan dari teman-teman dan orang-orang yang ia cintai. Dan meskipun tantangan akan selalu ada, mereka akan selalu bisa menghadapinya bersama-sama.
---
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Labirin (zeesha)
RomanceMarsha, dengan rambut hitam gelap terikat rapi, tiba di sekolah baru dengan perasaan campur aduk. Di bawah pohon rindang, Zee duduk dengan santainya, terkenal karena bakat musiknya yang luar biasa dan gaya band-nya yang khas. Pandangan mereka bertem...