09. Para Raja

104 21 4
                                    

"Rambutmu itu memang sedang tren atau apa? Warnanya jelek sekali."

Hongjoong melengos. Ingin rasanya ia memukul Joshua dengan kayuh lalu menceburkannya ke dalam laut jika tidak berpikir kekuatan elemen air masih ada di tangan Joshua. Tengah malam, mungkin dini hari Joshua menyelinap keluar dari rumah lalu menemui Hongjoong berkata mereka harus pergi ke pulau Hika kalau Hongjoong ingin memiliki kekuatan elemen air secepatnya.

Beginilah mereka sekarang. Berbekal sebuah perahu kecil keduanya duduk berhadapan dengan kayuh di tangan masing-masing mengarahkan perahu menuju pulau Hika. Sebenarnya Hongjoong hendak menunggu pagi karena kondisi ombak tidak begitu bagus saat dini hari, tetapi Joshua bersikeras sambil memberi ancaman.

Tidak boleh memberi tahu anggota lain pula. Memangnya siapa dia berani memerintah Hongjoong yang disegani awak-awaknya?

"Bukti macam apa yang hendak kau tunjukkan padaku sampai kita harus pergi ke pulau Hika segala? Kau tidak membunuhku di sana lalu mengambil kekuatan air ini secara paksa kan?"

Lagi-lagi Hongjoong frustasi dibuatnya, "tidak bisakah kau diam dan mengayuh dengan benar? Kau membuat perahu ini menuju ke arah yang salah."

Hongjoong geram, ia menggerakkan kayuh memutar ke arah kiri. Berkebalikan dengan apa yang Joshua lakukan.

"Aku hanya bertanya, karena kalau iya kau pengecut sekali."

"Bukan gayaku melakukan hal seperti itu," balas Hongjoong, "kalau mau membunuhmu lebih seru di hadapan teman-temanmu."

Keduanya diam, Joshua mencoba mengikuti gerakan yang Hongjoong lakukan. Jika ia salah seharusnya ia perbaiki lalu melakukan hal yang benar.

"Tapi serius, kenapa kita harus ke pulau Hika segala? Ada apa dengan pulau itu?"

Sepertinya Hongjoong harus banyak bersabar menghadapi Joshua, rasanya ia sedang menemui wataknya sendiri dalam wujud orang lain.

"Kau membawa batu elemennya kan?" tanya Hongjoong memastikan.

Tangan Joshua masuk ke dalam saku, ia mengangguk lalu mengeluarkan benda itu dari dalam sana. Diletakkan di permukaan tangannya.

"Pulau Hika afiliasinya pulau Aquamor yang sudah runtuh, ayahku adalah raja di aquamor. Itu artinya dia juga raja di pulau Hika. Kedua pulau itu material penyusunnya adalah air sehingga kekuatan elemen air akan mencapai tahap maksimalnya jika berada di dua pulau itu.

Tidak mungkin aku membawamu ke aquamor yang sudah runtuh kan. Alternatifnya pulau Hika. Dan lagi temanmu bilang kau masih dalam tahap pemulihan, jika nanti kita melakukan pemindahan kekuatan di pulau Hika kau akan baik-baik saja."

Sekarang Joshua paham, sedikit banyak ia mulai mengetahui asal muasal tempat-tempat di sekitar sini.

"Aku jadi penasaran," Joshua berujar lagi, "bagaimana ayahmu bisa tewas, karena..."

"Karena?" Hongjoong menyahut, Joshua membuatnya penasaran dengan perkataan yang menggantung.

Joshua berjengit, bimbang hendak mengatakan hal yang mengganjal dalam benaknya ini atau tidak.

"Kabarnya ayahku dulu tewas karena bertarung dengan raja pulau Airia. Raja pulau Airia juga tewas, karena itu pulau Airia runtuh," jelas Hongjoong.

Mendengar Hongjoong yang bercerita tanpa menutup-nutupi fakta Joshua merasa ia juga tak boleh menyembunyikan apapun. Toh sehabis ini cepat atau lambat kekuatan elemen air akan kembali pada Hongjoong.

"Aku merasa ada yang aneh dengan diriku setelah kekuatan elemen air ini bertambah kuat. Maksudku sebelumnya kekuatan ini hanya sebatas mengendalikan air saja, tetapi setelah sampai di pulau Hika dan menghadapi banyak hal lalu mendapatkan batu ini kekuatannya bertambah, bisa membuat salju segala.

✔2. End of The World [ATEEZ × SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang