🦆Dua puluh tujuh

317 36 6
                                    

Jgn lupa untuk vote+komen!

Happy Reading🧚‍♀️

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙

Waktu terus berjalan, tanpa sadar dengan begitu cepat. Bahkan, (Name) merasa baru kemarin dirinya merasa sangat kesal pada laki-laki yang ia sangka duda, namun kini malah menjadi suami yang sangat dia cintai dan hormati. Sedikit tidak menyangka, sebentar lagi dia akan melahirkan, memberikan Akaashi keturunan yang akan mereka kasihi, cintai dan sayangi sepenuh hati, jiwa dan raga.

(Name) tak pernah menyangka dia akan dicintai sebegitu hebatnya oleh laki-laki asing yang sama sekali tidak pernah terlintas di kepalanya. (Name) yang mengira dulu dirinya sangat tidak beruntung dalam percintaan, ternyata tidak benar. Realitanya, ia hanya perlu bersabar. Semua ada prosesnya dan ada takarannya masing-masing. Entah ini semua adalah buah dari kesabarannya atau memang takdir yang digariskan untuknya, (Name) tetap bersyukur dan akan ia jaga sebaik mungkin.

"Yang kuat ya, Sayang. Kamu serius mau lahiran normal? Gak mau sesar aja?"

Akaashi memperbaiki anak rambut (Name) yang berantakan disekitar pelipis istrinya. Sejak kemarin, saat (Name) merasakan perutnya sakit dan mules, Akaashi langsung gercep membawanya ke rumah sakit. Setelah di cek, ternyata benar, istrinya sudah memasuki pembukaan ke 3. Langsung saja Akaashi mengabari keluarganya dan mengambil kamar VVIP untuk istrinya agar siaga dan siap ketika memang sudah waktunya untuk melahirkan.

Kini Akaashi tengah membantu istrinya agar cepat kontraksi dengan cara berjalan pelan di dalam kamar inap.

"Gak mau." jawab (Name) sembari menahan sakit yang semakin menjadi.

Akaashi hanya bisa menatap khawatir istrinya, jika boleh egois ia ingin (Name) lahiran sesar saja. Jujur ia tengah ketakutan sekarang.

"Ma-mas...tolong...aku udah gak sanggup, sakit banget... " (Name) menghentikan langkahnya lalu memegang perutnya berharap rasa sakit itu hilang.

Merasakan genggaman tangan (Name) padanya, Akaashi langsung menggiring pelan (Name) ke brankar, membantu wanitanya agar berbaring miring ke arah kiri seperti saran dokter lalu memanggil dokter.

Tidak lama setelah itu, seorang dokter kandungan beserta beberapa suster datang memasuki ruang inap (Name). Dokter tersebut langsung mengecek sudah pembukaan keberapa.

"Segera bawa ke ruang bersalin! " ujar dokter tersebut pada para suster tadi yang langsung di iyakan dan mereka bergerak cepat untuk membawa (Name) ke ruang bersalin.

"Kepala anak bapak sudah terlihat, sudah saya cek bahwa istri bapak pasti bisa melahirkan normal." jelas dokter itu pada Akaashi yang masih setia menggenggam tangan (Name) yang tidak diinfus.

"Tolong selamatkan istri dan anak saya, dok."

"Tenang saja, Pak. Pasti kami lakukan. Itu sudah menjadi kewajiban kami. Bapak yang kuat, mohon bantuannya untuk menguatkan istri bapak ya."

Akaashi mengangguk pasti, genggaman tangannya pada (Name) semakin erat. (Name) pun dipindahkan ke ruang bersalin. Saking fokusnya pada (Name), Akaashi sampai lupa mengabari keluarga mereka. Namun beruntung tidak lama berselang itu, Yuuka dan Ryota datang untuk menginap, akan tetapi ruang inap yang kosong hanya ada satu suster yang hendak keluar dan menjelaskan bahwa anak mereka telah di bawa ke ruang bersalin, langsung saja keduanya buru-buru menuju ruang bersalin. Tak lupa mengabari besan mereka.

Proses bersalin berjalan hampir memakan dua jam, Akaashi yang ikut masuk ke dalam ruang bersalin, terus menggenggam tangan (Name) tak ingin melepaskannya, melihat (Name) yang kesakitan dan terus berteriak sembari mengenjan membuat Akaashi tak bisa menahan air matanya, bahkan Akaashi menyandarkan kepalanya di kepala (Name) untuk menghilangkan segala ketakutannya.

PERFECT HUSBAND || AKAASHI KEIJI X READERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang