Pagi itu hujan turun dengan derasnya, milyaran rintik hujan turun membasahi tanah yang mulai kering sebab musim panas, beberapa orang bersenang-senang di bawah guyuran hujan yang deras, ada pula yang terlihat memilih untuk menikmati hujan dari dalam ruangan, tersenyum menatap pada rahmat Tuhan yang tengah turun.
"Lo kenapa ngelamun, hem?"
Sebuah tepukan pada pundaknya menyadarkan seorang pemuda yang saat ini tengah duduk di sebuah kursi sembari menatap ke arah hujan di luar sana, di dalam rumah yang hampir seisi ruangannya dikelilingi kaca transparan nan tebal.
"Gue lagi bikin lagu buat ikutan lomba, kenapa? Lo butuh bantuan."
"Gak El, gue cuman nanya doang, takut lo kesambet terus jadi maung kan berabe."
"Ck! Di sini yang sebelas dua belas ama setan kan cuman lo Lis."
"Dah lah, cape gue ngomong sama boti, itu gelas cuci habis lo pake." Ujar gadis itu lalu berlalu pergi meninggalkan pemuda tadi yang kini kembali melanjutkan kegiatan menikmati hujan sambil ditemani secangkir cokelat panas.
Elmana Aditya. Pemuda berusia dua puluh tahun itu adalah seorang mahasiswa yang teramat mencintai musik, kecintaannya pada musik membuatnya bertekad untuk meraih mimpinya menjadi seorang penyanyi, pemuda manis dengan pipi chubby serta mata bulat nan lucu itu teramat menggemaskan, terlebih dilengkapi dengan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya itu, kian menambah kesan menggemaskan yang hadir pada pemuda yang acap dipanggil El tersebut.
Hujan di luar sana semakin deras, angin bertiup begitu kencangnya membuat pepohonan cemara menari-nari karenanya.
"Tenang banget." Ucap El lalu memasang earphone dan memainkan sebuah lagu, bibir ranum itu ikut bersenandung riang, senyum manis terpatri di wajah putihnya itu. Namun, raut wajahnya tak bertahan lama saat seorang terlihat berlari di halaman di luar sana, terlihat pemuda jangkung dengan kaos serta celana serba hitam itu tengah bermain hujan sembari memberikan wink pada El yang hanya ditanggapi dengan roll eyes oleh El.
"Orang gila ini lagi." Ucap El melihat tingkah laku pemuda itu.
El diam menyaksikan tingkah absurd pemuda yang tak lain adalah tetangganya sekaligus teman paling dekat dengannya itu, entah mengapa ia bisa berteman dengan pemuda yang mempunyai tingkah ajaib dan absurd itu.
"Gue sumpah in lo meriang abis ini." El tertawa melihat temannya itu kini berguling-guling di atas rerumputan.
~ ~ ~ ~ ~
Tok! Tok! Tok!
Krek!
"Kenapa Lisa? Gue lagi belajar buat kuis besok."
"Tuh ada pacar lo di bawah, dia nungguin lo." Ujar Lisa lalu berlalu pergi dari depan kamar El.
El memutar bola matanya malas, ia pun melangkah keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu guna menemui seseorang yang disebut Lisa sebagai pacar dari El itu.
"Lo tau gak ini jam berapa?" Kesal El saat mendapati pemuda bertubuh jangkung itu tengah duduk di sofa di ruang tengah.
"Dih, ada tamu tuh disambut baik-baik, ini malah ngomel, cepet tua baru tau lo." Sahut pemuda itu dengan tersenyum nakal guna menggoda El yang sudah menunjukan wajah tak sukanya.
"Lain kali kalo lo namu kasih tau gue dulu." Ujar El lalu duduk di sebelahnya.
"Mau lo sambut pake beras kuning sana karpet merah ya?"
"Mau gue siram pake garam sama taburin beling biar lo gak bisa masuk." Sahut El dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Jahat banget lo sama cogan kek gue gini."
"Bapak lo cogan, pede banget jadi orang."
"Gue yatim btw."
"Gelap anjir!" El memukul bahu pemuda itu pelan, "ngapain sih lo malem-malem gini datang? Gue bosen liat muka lo tiap hari Arya."
"Gue cuman mau nanya, besok lo kuliah kan? Pagi gue jemput ya sekalian gue pergi kerja."
"Itu doang?"
Pemuda bernama Arya itu mengangguk.
Plak!
"Kenapa lo gak chat aja bangsat!" Kesal El dan tak lupa memberikan sebuah pukulan pada kepala Arya.
"Gak osah main pukul juga cebol!" Arya mengusap bagian belakang kepalanya yang dipukul oleh El.
"Mending lo pulang atau gue gebukin lo sekarang? Pulang!" Marah El lalu berdiri dan menarik tangan Arya agar bangun dari sofa guna menyeretnya ke pintu depan walau harus bersusah payah, sebab ada saja tingkah Arya yang membuat El kesal karenanya.
"Jahat banget sih lo cebol." Ejek Arya.
"Gue gak cebol ya!" Kesal El tak terima.
"Ya faktanya gue lebih tinggi dari lo." Ejek Arya lagi dengan membuat ekspresi andalan nya untuk memancing kekesalan El.
"Pulang aja lo bang-"
Cup!
"Tuh kan cebol." Ujar Arya setelah mencium kening El lembut lalu ia pun bergegas pergi dari sana sebelum mendapatkan amukan dari pemuda mungil nan manis itu. Sedangkan El, dia terpaku di ambang pintu sampai punggung pemuda jangkung itu menghilang di balik tembok tinggi pagar pembatas rumah mereka.
"Gini banget kejebak friend zone" Celetuk Lisa yang sedari tadi melihat tingkah dua anak Adam itu.
"Apaan sih nih anak curut satu." Kesal El lalu menutup pintu dan menguncinya, "kalo tuh anak goib datang lagi jangan lo bukain pintu, awas aja." El pergi berlalu kembali naik ke lantai dua guna tidur sebelum Lisa kembali menggodanya tentang hubungannya dengan Arya.
Mungkin, jika orang baru mengenal Arya dan El pasti akan mengira kedua pemuda itu adalah sepasang kekasih, namun kenyataan keduanya menentang itu semua, gaya bercanda mereka emang terbilang sangat dekat, kadang romantis kadang dramatis dan tak jarang terjadi perkelahian, namun keduanya tetap terus berteman, dimana El di situ ada Arya dan juga sebaliknya, oleh karena itu tidak susah untuk mencari mereka berdua.
Ting!
"Siapa dah?" El meraih ponselnya yang ada di meja kecil di samping tempat tidur.
"Bangsat ya nih anak!" Umpat El karena melihat pesan dari Arya yang sebuah foto sekali lihat dimana itu adalah foto Arya tengah menunjukkan dirinya yang tengah bertelanjang dada, memamerkan dada bidangnya yang mulai terbentuk.
* * * * *
Semoga suka ya.
Terima kasih 😘