Katakan jika Alhaitham terbakar omongan para omega tak beradab semacam Kaeya dan Tartaglia hingga tungkainya memasuki kawasan terkutuk yang sama sekali tak pernah ia pikirkan sekalipun untuk mendatanginya.Pelelangan, jual beli budak bukan lagi hal tabu di dunia bawah. Tak hanya segelintir orang biasa, manik zamrudnya bahkan dapat mengenali beberapa orang penting yang hadir didalam aula remang minim pencahayaan, ia adalah salah satunya.
Berbekal rasa penasaran yang jarang sekali menguasai pikiran rasionalnya, Alhaitham berniat meninggalkan tempat yang menjadi bual-bualan Tartaglia. Jika orang akademiya mengenalinya disini tentu itu akan menjadi masalah meski sejatinya ia dapat menutupinya dengan kuasa dan uang yang dimiliki.
Begitu hendak beranjak, suara di atas podium menginterupsi langkahnya. Alhaitham berbalik, menatap tajam pada sosok yang tertutup kain putih dengan kedua kaki dan tangannya yang dirantai tak berdaya.
"Sampai diacara puncak, kita akan membuka penawaran di angka satu juta mora!"
Tudung itu disikap, helai keemasan yang terihat sayu, belum lagi pipi yang tirus dengan semerbak feromon menguar mengundang rasa lapar para predator disana.
Sosok itu memejam, takut dan merasa jijik pada pasang mata yang menatapnya penuh minat hanya karena ia seorang omega yang dibaluri dengan feromon orang lain.
Hatinya menjerit sakit, meminta pertolongan yang mungkin mustahil datang ditempat terkutuk seperti ini. Ia hanya mangsa lemah diantara para pemburu yang tak memiliki nurani.
Sahutan nominal terus memenuhi aula yang semakin terasa menyesakkan. Sementara sosok itu terus terpejam meski seluruh tubuh seolah terbakar rasa malu. Tidak bisakah dewa menjemputnya sekarang juga? Lagi pula untuk apa ia hidup jika hanya menjadi objek seksualitas?
"Seratus juta mora."
Suasana tiba-tiba hening usai suara itu memenuhi ruang yang riuh. Kelereng ruby terbuka begitu sesuatu menyelimuti tubuh yang nyaris telanjang.
Keduanya saling bertatapan, cukup lama hingga akhirnya tubuh kecilnya diangkat menuju gendongan bak pengantin. "Mari pulang."
Apakah dewa mengutus sosok ini untuk menyelamatkannya? Semoga saja.
—————————————————————
Alhaitham membawa mobil ditengah hening menuju kediamannya. Memasuki wilayah akademiya, kendaraan roda empat itu berhenti tepat didepan hunian megah dengan pepohonan rindang disekelilingnya.
Ia turun lebih dulu sebelum membukakan pintu kursi penumpang yang diisi sosok tersebut. Mengulurkan tangannya sembari berucap, "Ikut denganku."
Begitu keduanya masuk sosok wanita tua datang dari arah belakang. "Tuan anda kembali? Perlukah saya memasak sesuatu?"
"Tidak, tolong urus dia. Berikan penekan atau apapun untuk menghentikan heatnya dan berikan ia makan."
Setelah berucap demikian sosok tersebut pergi tanpa berucap apapun lagi, menutup pintu kamarnya dengan rapat tak mengizinkan siapapun untuk mengganggunya.
Sosok renta itu meraih jemarinya, menggenggam begitu lembut dengan sebuah senyuman diwajah senja miliknya. "Jadi, dengan siapa aku berbicara? Kau begitu cantik nak."
Suara serak terucap dari belah bibir kering omega. "Kaveh, namaku Kaveh."
Ruang gelap yang hanya diterangi cahaya rembulan tak dapat menutupi kegundahan hati sosok dingin tersebut. Alhaitham menunduk dengan jari-jari yang meremas rambut kelabu miliknya. Begitu tersadar ia baru saja melakukan hal bodoh dengan 'membeli' sesuatu tanpa mempertimbangkan apapun.
Wajahnya menengadah menatap pada potret seseorang yang tersenyum begitu indahnya.
"Nabu, aku mungkin sudah gila saat ini."
——————————————————
Kaveh menerawang, menatap lurus pada langit-langit kamar dimana ia berbaring dengan begitu nyamannya. Melalui obrolan singkat antara ia dengan nenek Azra selaku orang yang bekerja dengan sosok yang kini ia kenal dengan nama Alhaitham.
"Tuan memiliki peran penting di akademiya, semua digariskan secara turun temurun sejak dahulu. Keluarga ini berperan penting dalam berdirinya insitut tersebut. Aku sendiri telah mengabdi padanya sejak beliau kecil. Mendiang neneknya adalah penyelamatku kala itu yang membuat hatiku bertekad untuk terus berada di keluarga ini."
Suntikan penekan heat menembus kulitnya menyisakan sensasi tersengat, Kaveh meringis kecil meski sejatinya suntikan tersebut tidak berarti apa-apa.
"Aku sedikit terkejut beliau membawa orang lain kerumah ini. Ditambah ia seorang omega, syukurlah sedikitnya rumah ini tak akan sedingin sebelumnya."
Kaveh tak mengerti dengan maksud ucapan Azra. Sedikitnya Kaveh pun telah bercerita jika ia seorang budak yang dibeli sang tuan besar dipelelangan, namun respon Azra hanya tersenyum kecil, memintanya untuk tak melanjutkan cerita sebab terlalu menyakitkan untuk didengar.
Kaveh hanya masih bertanya-tanya, akankah Alhaitham berbeda dengan sorot mata yang hanya menganggapnya sebuah barang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Refleksi ; Haikaveh
FanfictionBagaimana mungkin tak ubahnya seperti kerikil tak bernilai, menginginkan diri menjadi permata indah yang di jaga sepenuh hati? Kaveh harusnya tahu diri jika Alhaitham tidak pernah memandangnya demikian. • ABO verse • Alpha/Haitham x Omega/Kaveh • Se...