BAB III

33 27 0
                                    

HALO SEMUANYA! SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA SUKA!

AAMIIN!

KAWAL CERITA INI SAMPAI AKHIR!✨

---

Pikiran Elina melayang pada kejadian dua tahun yang lalu, kali pertama ia bertemu dengan Adam.

Flashback on

1 Januari 2021

"Ini beneran gue ikutan debat bareng bocah tengil dari kelas MIPA1?" tanya Elina memastikan.

"Bersyukur Elina! bersyukur! bukan menghujatttt!" sanggah Bobby mengingatkan. Elina menghembuskan nafas pelan menyesali perbuatannya. Selang beberapa menit, dua murid kembar nan cerdas yang kerap disapa Zara dan Zayd memasuki kelas dengan setumpuk buku referensi OSN tahun lalu yang mereka pegang.

"Huft!" Zara meletakkan bukunya dengan hati-hati.

"Ssst! Zara! Zara!" panggil Bobby dengan suara pelan, mengingat Najwa sedang tertidur pulas di bangku belakang. Zara yang merasa terpanggil, memusatkan pandangan pada sumber suara.

"Lo beneran ngak merasa salah jurusan?" Zara menaikkan sebelah alisnya bersikeras memahami maksud pertanyaan Bobby padanya.

Elina memelotkan matanya menatap Bobby, " Maksud gue cuma mau bilang kalau kalian berdua itu cerdas loh!" jelas Bobby pelan agar Zara tidak merasa tersinggung.

Zara tersenyum ramah, "Bobby, kita semua ini cerdas! Stop comparing your self!" Bobby menyipitkan mata sembari tersenyum tak tau harus membalas apa.

"Ini betul kelas Elina?" tanya seorang siswa dengan tumpukan kertas yang begitu banyak sampai menutupi wajahnya. Elina mengangguk mengiyakan.

"Ya Allah, malah ngangguk! bantuin sana!" protes Bobby.

"Eh ngak usah!" tumpukan kertas yang tadi diletakkan dengan hati-hati pada meja Bobby. "Kenalin gue Adam!" ucap Adam sembari mengulurkan tangannya pada Bobby. Keduanya saling berjabat tangan.

"Elina?" Adam berusaha menebak.

"B-O-B-B-Y, BOBBY!" jawabnya tegas dengan tangan kiri yang mengarah pada name tag yang terpasang di seragam sekolahnya. Adam melepas genggaman tangannya dengan Bobby kemudian menjulurkan tangannya pada siswi yang  duduk di samping Bobby.

"Elina?" Eva menggelengkan kepalanya.

"Ssst, Elina yang di pojok depan!" bisik Bobby.

Adam memutar posisinya 45 derajat, kemudian menjulurkan tangan kanannya "Adam!". Elina yang berada di pojok kanan kelas juga menjulurkan tangannya " Elina!". Keduanya seolah-olah sedang berjabat tangan, padahal aslinya posisi mereka saling berjauhan.

"Dua-duanya sama-sama ngak beres!" sanggah Najwa yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Flshback off

"Woi! senyam-senyum sendiri, kesambet setan lo!" Elina refleks tersadar dari lamunannya. Untungnya seisi kelas masih fokus dengan sesi diskusi terkait perkembangan tinggi badan anak di China.

"Mikirin apa kau dek!" bisik Ela teman sebangku Elina yang sedari tadi mengusiknya. Tatapannya seolah-olah mengintimidasi, membuat Elina merasa tidak nyaman. Elina menggeleng sebagai jawaban. Ralat, kedua ujung bibir Ela saling menarik membentuk sebuah senyuman yang benar-benar terasa mengintimdasi disertai dengan mata yang kian menyipit.

"Saran gue jablay modelan gitu ngak usah di simpan di hati deh, cukup di genggaman tangan aja!" Elina tertegun mendengarkan penjelasan Ela, bagaimana bisa dia menebak alur pikiran Elina.

NERVOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang