Kadang cukup sulit membedakan sikap tenang, atau itu karena terbiasa.
***
Langkah demi langkah Refal menyusuri jalan pulang, tak lupa dengan ekspresi datar yang selalu terpasang di wajah pria itu. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Bianca, bahwa ia harus pulang dengan berjalan kaki.
Di tengah lingkungan pepohonan dan bangunan yang silih berganti, Refal melangkah dengan ringan. Seolah tak ada emosi sedikitpun meski dengan segala perlakuan buruk hari ini. Baju pria itu bahkan kotor akibat tumpahan kopi saat di kantin tadi.
Dalam situasi yang mungkin menimbulkan kekesalan bagi orang lain, Refal justru merespon dengan sikap yang berbeda. Pria itu selalu konsisten menunjukkan sikap tenangnya.
Sebenarnya bukan ia tak merasa kesal dan sebagainya. Alih-alih tenang, Refal memilih untuk menyebut itu sebagai hal yang biasa. Yah, pria sudah terbiasa sejak setahun lalu kepindahannya di Abraham Modern High School, murid-murid menyingkatnya dengan AMHS.
Refal memicingkan pandanganya ketika melihat seseorang yang tak asing baginya, hingga beberapa saat kemudian pria itu membulatkan mata sempurna begitu mengenali sosok yang tak asing itu.
Dia Bagas! Sedang apa pria itu di sana? Dan parahnya ia terkihat sedang di keroyok, meski sesekali membalas, namun tetap saja itu keroyokan! Yang benar saja, satu lawan lima.
Refal langsung berlari menghampiri pria yang ia yakini Bagas itu sedang dikeroyok. "Woi!!" teriak Refal yang tentu menarik seluruh atensi ke arahnya.
"Refal?" gumam Bagas sedikit terkejut dengan kedatangan pria cupu itu. Bagas menghela napas, apa yang pria itu lakukan di sini? Apakah ia sedang mencoba untuk menjadi pahlawan kesiangan?!
"Ngapain kalian?" tanya Refal dingin pada kelima orang itu yang juga mengenakan seragam SMA.
Seorang pria berambut pirang dengan satu anting yang terpasang di satu telinganya maju, "kenapa? Mau ikutan lo?!" tanya pria itu balik, wajahnya terlihat sangat tengil.
Hampir saja sebuah pukulan mendarat di wajah Refal, namun gerakan cepat Bagas berhasil menahan pukulan pria berambut pirang itu.
"Urasan kalian sama gue. Dia gak ada sangkut pautnya!" ucap Bagas dingin.
Baru saja pria berambut pirang itu membuka mulut hendak membalas ucapan Bagas, tiba-tiba saja sebuah tendangan membuatnya terpental cukup jauh.
Semua yang ada di lokasi itu terkejut, termassuk Bagas. Tendangan itu berasal dari pria yang berpenampilan cupu dengan baju kotor berbau kopi, itu Refal!
Bagas menatap tak percaya pada Refal, "Cupu, lo?!"
"Sialan!" umpat salah satu teman pria berambut pirang itu hendak melayangkan pukulan karena tak terima melihat temannya di tendang. Namun, lagi-lagi pukulan itu berhasi di balas oleh Refal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Nerd!
Fanfiction⚠️FAN FICTION⚠️ *** Tatapan sinis dan berbagai sindiran tajam seolah menjadi hantu yang terus-menerus bergentayangan di sekitar Refal, mengolok-olok dengan tawa nyaring, ibarat ketakutan pria itu adalah lelucon yang menyenangkan. Pria itu merasa se...