Small Happiness

449 48 6
                                    

"I coming!" Suara teriakan yang memekkan telinga tersebut menggelegar di salah satu apartemen mewah.

Seorang wanita datang dengan penampilan fashion yang gelamor, di belakangnya terdapat seorang pria berjas hitam yang membantu membawa barang-barangnya.

"Yuhu~ penghuninya dimana, ya?" Wanita itu duduk dengan kaki menyilang pada sofa. Matanya bergulir mencari keberadaan sosok yang seharusnya menyambut kedatangannya.

"Ck, dimana dia?" Raut wajahnya menjadi kesal karena yang di harapkan belum menampakkan diri.

Karena sudah terlanjur bad mood, wanita itu membenarkan letak topi jeraminya, memainkan ponsel miliknya yang bisa di lipat. Sesekali umpatan kasar terlontarkan sebagai tanda kekesalan.

Sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang, dan tentu berlaku juga untuk orang satu ini. Terlalu asik bermain dengan benda canggih itu membuatnya tidak menyadari jika sosok yang di tunggu sedang berjalan menghampirinya dengan raut wajah bingung.

Sosok itu menghela nafas pasrah ketika sudah sampai di hadapan wanita tersebut. Dengan gerakan malas tangannya mencolek pelan lengan yang terekspos itu.

Sontak saja wanita tersebut tersentak kaget, "Ya, shib--" Umpatan tersebut tertelan kembali ketika dia mendongak bertatapan dengan seseorang yang membuat raut wajahnya berubah 180 derajat.

Sosok itu memutar jengah bola matanya, "Masih tetap sama ternyata. Tidak ada yang berubah." Celetuknya malas, menyadari jika tadi wanita itu hendak berkata kasar.

Namun sepertinya yang di sindir tidak merasa tersindir. Tanpa basa-basi, wanita itu langsung lompat ke dalam dekapan sosok tersebut.

"Oraenmaniya, Im Yerim!" Sapanya begitu bahagia. Memeluk kuat tubuh gadis yang selalu hadir dalam mimpinya tersebut.

Sedangkan sang pemilik nama sempat terhuyung ke belakang. Namun sesaat kemudian dia membalas pelukan itu dengan senyum yang menghiasi wajah imutnya.

"Bagaimana kabar mu, Lee Joohyun?" Yeri bertanya santai, seraya mengusap punggung wanita tersebut.

Wanita itu sempat tertegun, namun setelahnya dia mendengus. "Tentu selalu baik!" Sahutnya, mencubit pelan perut tersebut.

"Kau juga harus baik-baik, ara?" Yeri terkekeh mendengar kalimat lanjutan tersebut. Cubitan serta pukulan pada perutnya itu tidak sakit sedikit pun.

"Arrayo,"

Beberapa saat kemudian, Joohyun melerai pelukan mereka, membawa Yeri untuk duduk di sofa, lalu mengeluarkan sesuatu dari kantung pakaiannya.

"Igeo," Seketika mata Yeri berbinar melihat barang yang di ulurkan Joohyun, meraihnya dengan perasaan senang.

"Bagaimana? Kau suka?" Padahal jawabannya sudah terlihat jelas, namun Joohyun masih menginginkan sebuah pengakuan langsung dari gadis tersebut.

"Kyeopta," Ujar Yeri pelan, lalu beralih menatap iris coklat tersebut dengan senyuman yang mengembang. "Gomawo, Eomma."

Joohyun memejamkan mata ketika sebuah ciuman mendarat pada pipi tirusnya. Setelahnya kembali memandangi wajah bahagia Yeri.

"Ini untuk Eomma," Yeri berucap riang, segera memasangkan salah satu gelang tersebut pada pergelangan tangan Joohyun.

"M-mwo?" Joohyun terkejut. "Ya, tidak perlu. Aku membelikannya hanya untuk mu," Tolaknya hendak menjauhkan tangannya, namun dengan cepat Yeri manahan.

Joohyun memang membelikan sepasang gelang yang begitu indah untuk Yeri. Di kedua gelang tersebut ada liontin yang berbentuk sebuah huruf. Namun yang terjadi, salah satu gelang tersebut justru di berikan padanya.

Story FragmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang