Difference II

307 49 16
                                    

Prang~

Sooyoung memejamkan mata. Baru saja dirinya membersihkan diri setelah selesai dari pemotretannya. Ada saja hal yang membuat waktu istirahatnya berantakan.

"Ya!" Pekik Sooyoung yang tampak begitu kesal. Dengan perasaan dongkol setengah mati, kaki jenjangnya beranjak menuju sumber suara.

Sedangkan Yeri yang berada di hadapan pintu kamar itu terlihat panik. Tanpa berfikir dua kali, dia segera bersimpuh untuk memungut pecahan mangkuk itu.

Tiba-tiba saja pintu yang berada di hadapannya terbuka kasar, membuat Yeri terhenyak kaget. "Jang Yeri, Jang Yeri, Jang Yeri! Selalu saja kau!"

Bentak Sooyoung dengan nafas memburu, menatap tajam Yeri yang bersimpuh. Di sekeliling gadis itu terdapat pecahan kaca putih dan beberapa potong makanan.

"Tidak bisakah sehari saja kau tidak muncul dan menjadi pengganggu ku?!" Yeri hanya diam menunduk menerima kemarahan dari Sooyoung.

"Arghh! Sial!" Sooyoung menggebrak pintu yang ada di sisinya itu, melampiaskan rasa marahnya.

"Selalu sial jika bersama mu!" Sooyoung berteriak. Menendang begitu saja pecahan kaca yang menghalangi jalannya.

Tanpa memperdulikan penampilannya yang cukup berantakan sehabis keramas, Sooyoung pergi meninggalkan apartement sederhana tersebut.

Jika dia tetap berada di sana, maka Sooyoung tidak dapat menjanjikan untuk tidak menggunakan kekerasan fisik pada Yeri.

Setelah beberapa saat di hiasi oleh keheningan, Yeri tertawa pelan seraya menggelengkan kepala. "Dia pemarah sekali." Gadis itu melanjutkan membersihkan pecahan mangkuk kaca tersebut.

Ketika melewati meja makan kecil tersebut, Yeri sempat menghentikan langkahnya yang hendak mencuci tangan. Iris hazel miliknya bergerak memperhatikan beberapa hidangan sederhana yang telah di siapkannya.

"Seharusnya kau tidak perlu membawakan makanan untuknya, Jang Yeri." Gumamnya, mengulas senyum tipis.

- - - -

"Unnie," Terlihat Yeri mengetuk pintu. Salah satu tangannya membawa sebuah baskom kecil berisi air hangat.

"Aku akan masuk untuk mengompres mu."

Beberapa saat berlalu, belum ada sahutan dari dalam sana. Gadis itu menghela nafas. Menaruh baskom tersebut di hadapan pintu. Lalu duduk di samping pintu, menunggu balasan dari sang kakak.

Beberapa menit lalu, Sooyoung datang dalam keadaan pucat. Yeri yang melihat hal tersebut langsung bergerak untuk mengecek sang kakak.

Namun niat baiknya justru mendapat penolakan yang kasar. Sooyoung mendorong tubuh Yeri agar tidak dekat dengannya.

Ketika tidak sengaja bersentuhan, Yeri dapat merasakan suhu tubuh Sooyoung meningkat. Kakaknya itu mengalami demam.

Sampai saat ini, Sooyoung masih betah mengurung diri di kamar. Tanpa mau membukakan pintu.

"Kalau saja aku masih tidur di dalam sana. Aku akan bebas untuk keluar masuk." Ujar Yeri seraya menghembuskan nafas kasar.

Sudah hampir berjalan tiga minggu Yeri tidur di sebuah sofa yang ada di ruang televisi. Semuanya bermula ketika Yeri yang baru pulang dari kampus itu terkejut setengah mati menyaksikan barang-barangnya telah tergeletak malang di depan pintu kamar.

Story FragmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang