hari pembalasan

270 20 2
                                    

  Di tempat lain, di markas rahasia
pemerintah, kelompok khusus buatan pemerintahan Indonesia sedang mengadakan pertemuan darurat. Mereka baru saja kehilangan salah satu anggota terbaik mereka, Floren, dalam upaya terakhir untuk menghentikan The Six.

Ketua kelompok, seorang pria berwibawa bernama Jenderal Helisma, berdiri di depan meja konferensi, memandang anggota timnya dengan ekspresi tegas namun penuh kesedihan. Di sekeliling meja, wajah-wajah serius tampak terpukul oleh kehilangan yang baru saja mereka alami.

Jenderal Helisma: "Kita semua tahu mengapa kita di sini. Floren adalah pejuang yang luar biasa, dan kematiannya tidak boleh sia-sia. The Six semakin berani dan mereka harus dihentikan."

Anggota tim lainnya,  jasson, ahli strategi, dan Muthe, ahli teknologi, mengangguk setuju. Namun, tidak semua anggota tim memiliki pandangan yang sama. Aurelia, seorang agen lapangan berpengalaman, dan Ollan, seorang mantan detektif yang baru bergabung, tampak ragu-ragu.

Ollan : "Jenderal, dengan segala hormat, saya rasa kita harus mempertimbangkan kembali fokus kita. The Six sangat berbahaya dan kita telah kehilangan banyak nyawa berharga. Mungkin kita sebaiknya kembali memburu penjahat biasa dan meninggalkan The Six untuk tim lain."

Lia mengangguk setuju, "Saya setuju dengan Ollan . The Six ini bukan sekadar kelompok kriminal biasa. Mereka memiliki sumber daya dan kemampuan yang jauh di atas rata-rata. Mungkin kita sebaiknya kita tidak terlalu gegabah"

Jaason, yang terlihat marah, membantah, "Kalian gentarr???! Kita adalah satu-satunya yang memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk menghadapi mereka. Jika kita mundur sekarang, kita membiarkan mereka terus menebar teror!"

Muthe menambahkan, "kita telah mengumpulkan begitu banyak data dan sumber daya untuk melawan mereka. Menghentikan sekarang berarti mengabaikan semua usaha yang telah kita lakukan."

Jenderal Helisma mengangkat tangan untuk menenangkan suasana. "Ollan, Aurelia, saya mengerti kekhawatiran kalian. Namun, kita tidak bisa mundur sekarang. Kehilangan Floren adalah tragedi, tetapi kita harus melanjutkan perjuangan ini untuk menghormati pengorbanannya."

Lia menghela napas berat, "Saya hanya tidak ingin melihat lebih banyak dari kita yang mati. Kita harus memastikan bahwa kita siap untuk menghadapi mereka. Jika kita maju dengan setengah hati, kita semua akan mat--."

Jasson memotong , "betapa kecewanya Mrs C melihat pasukan bentukannya seperti ini."

Jasson: atau seorang panglima perang darat (aurelia) dan mantan detektif terbaik di Indonesia ini (Ollan) mulai ketakutan dengan seonggok tikus pembuat masalah?

Ollan : LANCANG SEKALI ANDA!


Helisma: CUKUP!

Jenderal Helisma menatap mereka dengan tegas. "Kalian benar. Kita harus berhati-hati dan memastikan setiap langkah kita terencana dengan matang. Saya menghargai kejujuran kalian, dan kita akan memastikan bahwa kita siap sebelum bergerak."

*****Di tengah diskusi yang penuh ketegangan, pintu ruang pertemuan terbuka dan seorang anggota tim yang terlambat, Chika, masuk dengan santai. Semua mata tertuju padanya, merasa terkejut dan penasaran dengan sikap tenangnya di tengah situasi yang genting.

Chika: "Maaf saya terlambat, ada sedikit urusan yang harus diselesaikan," katanya sambil duduk dengan santai.

Jenderal Helisma : "Chika, ini bukan waktunya untuk bersikap santai. Kami sedang membahas strategi untuk menghadapi The Six."

Chika tersenyum dan mengeluarkan sebuah map dari tasnya. "Tenang saja, Jenderal. Saya punya sesuatu yang mungkin bisa membantu kita. Saya baru saja mendapatkan informasi penting tentang markas besar The Six."

Ollan, yang semula tampak tegang, langsung fokus pada Chika. "Informasi apa yang kamu punya?"

Chika membuka map dan menaruh beberapa foto serta dokumen di meja. "Saya melakukan penyelidikan independen. Berdasarkan sumber saya, markas besar The Six terletak di Mansion The One. Dan bukan hanya itu, saya tahu bagaimana kita bisa menyusup ke dalamnya tanpa terdeteksi."

Muthe memeriksa dokumen-dokumen tersebut. "Chika, ini luar biasa. Bagaimana kamu bisa mendapatkan semua ini?"

Chika: "Saya punya kontak yang sangat bisa dipercaya di dunia bawah. Mereka memberikan informasi ini sebagai balas budi atas bantuan yang pernah saya berikan sebelumnya."

Jenderal Aurelia: "Bagus sekali, Chika. Ini adalah langkah yang kita butuhkan. Apa rencanamu?"

Chika: "Markas The Six dijaga ketat, tapi ada jalur bawah tanah yang tidak banyak diketahui orang. Kita bisa memanfaatkannya untuk menyusup. Selain itu, saya tahu jadwal pergantian penjaga mereka, jadi kita bisa menyerang saat mereka paling lemah."

Ollan, yang sebelumnya ragu, tampak lebih optimis. "Jika informasi ini akurat, kita mungkin punya kesempatan nyata untuk menghancurkan The Six."

Ollan· menambahkan, "Tapi kita tetap harus hati-hati. The Six bukan penjahat biasa. Mereka sangat berbahaya dan bisa jadi memiliki jebakan."

Jenderal Helisma mengangguk setuju. "Benar. Kita harus memastikan bahwa setiap langkah kita diperhitungkan dengan matang. Chika, persiapkan rencana infiltrasi lebih detail. Jasson, koordinasikan dengan Chika untuk menyusun strategi serangan. Aurelia, pastikan semua peralatan kita siap dan bekerja dengan baik."

Chika: "Baik, Jenderal. Saya akan mulai bekerja segera."

Sang jendral berdiri, dengan lantang ia berteriak

OKE GUYS, WATUKNYA KITA MEMBASMI HAMA!!!

HITAM DAN PUTIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang