Bab 19 - Kencan Romantis Kid

1 1 0
                                    

BAB 19 - Kencan Romantis Kid

I hope you enjoyed this story. If you'd like it, you can like, comment, and follow the author.

*****


Kabut tebal itu telah terangkat, dan menyingkap pemandangan yang tidak pernah diketahui oleh Kid. Mentari menyiram hamparan rumput hijau yang membentang luas. Di arah timur, menjulang gunung-gunung perkasa yang seakan membelah langit. Sedangkan di arah barat, menyembul hutan lebat.

Kendati pemandangan itu memanjakan matanya, Kid masih dihantui  oleh orang-orang yang pernah dibunuhnya, biasanya mereka akan muncul saat ia lengah. Mereka akan menyergapnya, menyeretnya dan mengancurkan segalanya.

“Orang-orang itu tidak akan pernah kembali lagi,” kata seseorang dari belakang Kid, itu Margueretta.

“Mengapa kau bisa tahu?” tanya Kid.
“Karena aku tinggal bersama mereka juga. Bila kau berbuat nakal lagi, mereka akan kembali lagi.”

Kid tidak dapat menahan rasa rindunya pada wanita itu, bergegas ia berlari menuju Margueretta, tapi ia merasa seolah hanya berlari di tempat.

“Aku sudah tidak berbuat nakal lagi, Bu,” kata Kid marah seperti anak kecil. “Mengapa aku tetap tidak bisa menyentuhmu?”

“Karena ini belum waktumu, Kid,” jawab Margueretta sambil tersenyum. “Aku pasti akan memberitahumu saat waktunya tiba.”
Kemudian ibunya berjalan menjauh dan semakin jauh.

“IBUUU!” teriak Kid dari alam mimpi sampai terbangun dari sofa di rumah pondok.

Kid memandangi sekelilingnya, tidak ada siapa pun. Ia menjatuhkan dirinya lagi di sofa, bengong menatap langit-langit rumah. Kid tidak tahu apa Margueretta dalam mimpinya itu sungguhan atau cuma khayalan, namun dia sangat ingin memeluknya dan tidak mau berpisah dengannya.

Ketika fajar menyingsing, Kid menyeduh minuman herbal, lalu duduk di bangku kayu sambil memandang keluar jendela. Pikirannya mengelana pada peristiwa beberapa hari lalu.

Setelah ia berhasil mengusir orang-orang itu, Mace mendekatinya dan langsung ambruk. Beruntung Bonita datang tepat waktu sehingga dapat menyelamatkan nyawa singa itu.

Mace tidak mengerti mengapa raungannya bisa keluar. Dia hanya berpikir bila ia tidak bisa meraung, maka teman-temannya akan dalam bahaya. Tanpa sadar, raungannya memanggil seluruh hewan dan membuat hati mereka tergerak untuk membantunya.

Meskipun hanya menakut-nakuti saja, hewan-hewan merasa bersalah karena telah mengusir tamu hutan. Kid memberitahu bahwa orang-orang itu tidak pantas menjadi tamu, bila mereka datang untuk membuat kekacauan. Faye setuju dengan ucapan Kid, perempuan itu berjanji suatu hari akan membawa semua temannya dari kota ke sini. Mendengarnya, hewan-hewan kembali bersemangat.

Kid ingin segera beralih ke rencana awalnya, melenyapkan robot hewan. Namun, dia mesti menunggu laporan dari Sky. Soal keamanan hutan bagian barat, Mace siap akan menjaganya sampai ia kembali.

Kid meneguk minuman herbal saat sosok bayangan meloncat dari jendela, dan membuatnya meyemburkan minumannya.

“Dia masih ada teman-teman!” teriak Mace keluar jendela, lalu berpaling pada Kid. “Hai Kid!”

“Kamu buta, kah! Pintunya ada dimana?” geram Kid sambil menunjuk pintu yang tiba-tiba menjeblak. Satu persatu hewan yang ia kenali masuk, Debby, Nessi, Maria dan Cannis.

“Syukurlah, kau belum pergi,” kata Maria senang. “Kid, hari ini kami ingin menyiapkan makan malam yang spesial untukmu.”

“Aku tidak punya waktu untuk itu,” balas Kid dingin. “Aku harus pergi ke hutan bagian timur.”

Sang RosesWhere stories live. Discover now