Bab 21 - Cahaya Merah dari Surga

1 1 0
                                    

Bab 21 - Cahaya Merah dari Surga

I hope you enjoyed this story. If you'd like it, you can like, comment, and follow the author.

*****

"Aku turut sedih mendengar kabar mu, hujan kemarin pasti sangat parah," kata Maria sambil menyodorkan ikan bakar bumbu kuning di atas piring putih kepada Kid. "Bagaimana menurutmu?"

"Sepuluh dari sepuluh," puji Kid, tidak menyangka akan mendapat sambutan hangat pagi ini saat bertandang ke rumah pondok Maria di pinggir sungai.

Maria tidak menempati pondok ini, kecuali ada tamu yang datang. Pondok kayu itu mirip seperti rumah pondok yang Kid tinggali, cuma ukurannya lebih kecil, hanya ada meja makan empat kursi dan perapian. Di sebelah Kid, Nessi duduk di atas meja sedang menggambar di atas kertas putih. Diam-diam Kid mengintipnya, mulutnya ternganga lebar dan takjub akan gambar sketsa arsitektur bangunan.

"Nessi, berhenti menggambar," tegur Maria sambil mendekati anaknya semata wayangnya itu. "Bersikaplah yang sopan pada Kid."

"Tidak apa, Maria," sahut Kid, kemudian seekor berang-berang naik ke atas meja.

"Kamu sedang menggambar apa, anakku tercinta?" tanya Cannis sambil mengamati kertas itu. "Luar biasa! Anakku tercinta, bagaimana kalau kamu menggambar papamu ini?"

Kid memandang jijik Cannis yang berpose bak binaraga. Dia mengencangkan kedua lengannya sehingga terlihat jelas ototnya dan mengencangkan otot perutnya menyerupai roti balok.

"Bisakah kau berhenti bersikap seperti itu?" pinta Nessi pada ayahnya. "Kau membuatku malu."

"Oh, baiklah," kata Cannis, merasa tidak enak. "Ayah akan pergi."

Kid memperhatikan Cannis berjalan ke ambang pintu dengan kepala tertunduk lesu. Tiba-tiba terdengar suara Nessi yang membentak Maria.

"Ayahmu sedang berbicara denganmu," tegas Maria, kertas gambar itu ada dalam genggamannya. "Kau membuat kami merasa malu."

"Ibu juga telah mempermalukanku di hadapan Kid sekarang!" balas Nessi sengit. "Kembalikan kertasku!"

Air muka Maria tampak merah padam. Ia siap menumpahkan amarahnya saat muncul asap hitam membumbung tinggi di balik jendela. Kid yang melihat hal sama sepertinya, bergegas keluar pondok. Matanya menangkap cahaya yang bersinar terang berwarna merah kekuningan dari balik pepohonan.

"Api! Api!" teriak Cannis panik. "Kita harus pergi dari sini!"

"Kalian semua mengungsi di rumah pondokku, api belum merambat sampai sana," kata Kid, berusaha tetap tenang dan memikirkan rencana. "Peringatkan semua hewan untuk mengungsi juga! Aku akan pergi ke sumber api."

Ketakutan menjadi kenyataanya. Meski belum tahu api berasal darimana, Kid menduga mungkin saja orang itu telah bertindak. Lawannya sekarang bukanlah tim pemburu atau truk-truk besar yang dapat diusir, namun api yang membesar sangat cepat. Langkahnya terhenti saat mendengar suara ledakan. Kid berlari lebih cepat, ia harus memperingatkan hewan-hewan.

Sewaktu tiba di Senter, asap hitam menyelimuti tempat itu yang disesaki hewan. Kid melewati hewan-hewan yang terluka, mendekati Mace, Debby dan Faye yang menghalangi hewan-hewan yang ingin mendekati cahaya jingga kemerahan itu.

Sang RosesWhere stories live. Discover now