2. ORGANISASI

17 0 0
                                    

Aku berlarian menuju gerbang sambil melirik jam tangan yang ada di pergelangan tanganku, yang menunjukkan bahwa sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

Sesampainya di depan gerbang, sialnya gerbang itu sudah tertutup, dan lebih sialnya lagi, ada seseorang yang menjaga di depan gerbang, yaitu Ketua OSIS SMA ANGKASA, Ervana Bramasta. Dia dikenal sebagai sosok yang sangat tampan dan tegas, sehingga banyak siswa-siswi yang tertarik padanya.

"Ervan, tolong bukain please," lirihku memohon.

Ervana dengan wajah juteknya membuka gerbang sekolah itu.

Aku langsung masuk ke dalam sekolah, namun saat akan melanjutkan langkah, pria itu menghentikan aku.

"Suruh siapa lo nyelonong gitu aja?" tanya Ervana dengan nada dingin.

Aku membalikkan badan, "Apa lagi sih?"

"Jam berapa sekarang?" tanya pria itu dengan jutek.

"Jam tujuh lewat," jawabku pelan.

"Kenapa lo telat? Kesiangan, emang dasarnya lo kebo," celetuk Ervana asal nebak.

"Heh, jangan asal ngomong lo ya, gue bangun jam tiga pagi!" kesalku tak terima.

"Alasan. Sekarang lo harus dihukum," celetuk Ervana dengan suara bariton.

"Apa nih, main hukum-hukum aja?" sarkasku, tertawa pelan.

"Ya, nggak peduli sih kalau lo nggak mau. Gue tinggal aduin ke guru BK, dan nanti lo kena SP!" jawab Ervana acuh, menekan perkataannya di akhir kalimat.

"Eh, jangan dong! Ya udah, apa hukuman gue?" tanyaku ciut.

"Lari keliling lapangan sepuluh kali," titah Ervana dengan nada tak karuan.

"Eh, jangan gila!" kesalku mendengar hukuman yang diberikan pria di hadapanku.

"Terima aja, daripada lo kenapa-napa," ancam Ervana, membuatku pasrah.

"Ya udah, iya," jawabku pasrah.

Aku mulai menjalankan hukumannya.

Tak terasa, aku sudah menyelesaikan hukuman yang diberikan oleh Ervana.

"Udah selesai kan? Gue mau ke kelas," ujarku sambil langsung menyelonong tanpa menunggu respon pria itu.

Saat aku masuk ke dalam kelas, teman-teman sekelasku yang lain sedang menikmati jamkos, karena para guru mengadakan rapat.

"Claudia!" panggil Selly dan Gisell, teman baikku sejak SMP, yang takdirnya membuat kami satu sekolah, bahkan satu kelas.

"Omg, kenapa lo baru dateng?" tanya Gisell, yang paling berisik di antara mereka berdua.

"Gue dihukum dulu sama si Ervana," kesalku mengingat kejadian tadi.

"Pantesan, karena lo telat?" tebak Selly dengan yakin.

"Iya sih," jawabku sambil cengengesan.

"Ngomong-ngomong soal Ervana, gue punya gibahan tentang dia," ujar Selly memberitahuku.

"Eh, bentar, kita gibah di tempat kursi gue aja," ajakku.

Aku langsung menyimpan tas kecilku di atas meja, lalu duduk di kursi, diikuti oleh kedua temanku yang mengambil kursi masing-masing untuk duduk di sampingku.

"Lanjut, lanjut."

"Gue kan disuruh ngambil buku matematika di kelas IPS 4, alhasil gue harus lewat ruang osis, dan waktu gue lewat, gue sedikit menguping, dan si Laras nangis kejer sambil di marah marahin sama si Ervana," jelas Selly menceritakan kejadian yang kemarin sore.

HUJAN RINTIK Where stories live. Discover now