Love at First Sight

6 2 0
                                    

BAB 2

Love at First Sight

Arabella memandang ke sekeliling. Sesaat dia mengerlingkan mata, memandang mereka; orang-orang yang mengamatinya dengan tatapan beragam. Dalam imajinasinya saat ini Arabella tengah berada di bawah temaram lampu latar yang menyorot tajam ke arahnya, di antara bibir beku mereka yang diam tak bersuara. Reaksi itu pernah Arabella lihat sebelumnya. Orang-orang menontonnya, melihatnya dengan tatapan tidak suka.

Perempuan itu tak mampu mengerjap, tidak bisa menutup kelopak mata untuk beberapa saat. Dan tak lama kemudian kesunyian itu berubah menjadi suara dengung. Semua orang bergumam satu sama lain seolah tengah membicarakan sesuatu yang cukup menarik. Arabella menoleh ke samping; melihat seseorang memberi kode memintanya untuk pergi dari sana secepatnya.

Plukkk….

Semua mata tertuju pada benda yang terjatuh tepat saat Arabella beranjak dari duduknya. Rupanya seharian itu Arabella menyembunyikan sebuah dompet di dalam script film. Sebuah dompet pria yang jatuh dengan posisi terbuka, menunjukan sebuah kartu identitas polisi. Arabella lagi-lagi terpana saat melihat foto dengan tampang mendekati sempurna bernama Zaidan Morley. Ternyata dia telah menipu semua orang dengan pura-pura rajin membaca dan mempelajari script. Padahal hampir seharian itu dia terus memandangi foto orang asing.

Arabella mengambil dompet di lantai dan mengusapnya. “Aku harus mengembalikan ini pada pemiliknya.”

“Cakep juga. Siapa?” tanya Clarissa.

Arabella mengangkat kepalanya, matanya mengerling ke samping, lalu kembali ke depan. Menunjukan dompet tepat di depan wajah Clarissa. "Apakah dia terlalu dewasa?”

Clarissa mendelik saat melihat Bella menunjukan kartu identitas seorang pria kelahiran 1990. “Dia delapan tahun lebih tua darimu. Sebenarnya bukan usia yang jadi masalah, tapi orang itu akan dapat masalah kalau sampai mengencani gadis dibawah umur.”

Arabella menunduk lesu dengan bibir cemberut. “Yaaah, usiaku baru 17 tahun.”

“Ya. Dan kau juga akan dapat masalah. Kau mau terkena skandal di puncak karirmu sebagai megabintang?” ucap Clarissa.

“Skandal besar,” gumam Arabella dengan raut wajah sedih. Dia kembali teringat akan sang ibu yang tersandung kasus perselingkuhan beberapa tahun lalu. Hal itu juga yang menyebabkan Arabella mulai merasa tidak nyaman dengan posisinya sebagai artis layaknya sang ibu.

Clarissa menatap Arabella dengan penuh rasa bersalah. Rasanya seperti  melihat rekaman—seolah mereka kembali ke masa lalu. Arabella juga pasti merasakan hal yang sama karena tatapan yang perempuan itu berikan seolah mengajaknya menjelajah memori kelam. "Ma-maaf," gumam Clarissa dengan ekspresi panik.

Arabella langsung merubah raut wajahnya jadi cerah seketika. Gadis dengan tubuh cukup tinggi itu melangkah mendekat ke arah Clarissa. Dia mendekatkan wajahnya tepat di depan telinga Clarissa, kemudian berbisik. “Tidak apa-apa, asal buatkan aku surat izin tidak masuk sekolah besok pagi.”

Clarissa mengerjapkan matanya sambil refleks menoleh ke arah Arabella. "Hei, apa yang akan kau lakukan kali ini? Tolong berhenti buat masalah!” teriak Clarissa saat melihat Arabella berlari keluar lokasi syuting.

***×***

Matahari bersinar terik, mengkilapkan bangunan-bangunan dari kota yang seolah-olah sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Cahayanya menerangi jendela-jendela tinggi di gedung pencakar langit––bangunan raksasa tinggi seakan memanjang ke segala arah dan tak terhingga. Entah mengapa sinar ini membuat dunia terasa lebih sempurna. Seolah memberi harapan manusia bahwa masa depan cerah tengah menanti di depan sana.

ARABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang