Page 1; kita berbincang, di perempatan lampu merah sore itu.

20 1 0
                                    

Aku selalu menyukai seluruh ceritamu, bahkan ketika tidak pernah ada aku di dalamnya.

•••••

Selama jatuh hati pada Laksamana Ananta Praja, Hanum merasakan banyak hal. Ada waktu dimana Hanum akan terbang setinggi langit dengan kupu-kupu di perutnya. Hanum akan tersenyum lebar sepanjang hari ketika hanya dengan melihat eksistensi Ananta di kelasnya. Gadis itu akan melakukan banyak cara agar terus di dekat Nanta. Contoh kecil seperti dirinya yang terus mengambil kesempatan agar bisa satu kelompok pelajaran dengan Ananta. Lalu berlagak meminta Ananta untuk mengajarkan dirinya pada materi pelajaran—yang sebenernya Hanum sendiri sudah mengerti. Semua gadis itu lakukan, demi terus bersama si Kelahiran Maret itu.

Kendati dari butterfly era yang Hanum rasakan, gadis itu juga tau bagaimana sulitnya mencintai Ananta. Ada waktu dimana Hanum akan menekan mati-matian rasa cemburu ketika Ananta sibuk menebar tawa dengan gadis lain di kelasnya. Rasanya ia ingin berteriak bahwa ia juga bisa membuat lelaki itu tertawa lepas seperti yang Ananta lakukan dengan yang lain. Tapi lagi-lagi ia harus menelan mentah-mentah kalimat dan rasa cemburunya. Sebab jauh dari hati kecilnya menyadarkan bahwa Hanum bukanlah siapa-siapa Ananta. Gadis itu tidak berhak mengadu atas rasa cemburunya pada Ananta.

Tepat akhir tahun di kelas XI, Hanum menyadari bahwa saat itu Ananta telah menemukan pemilik hatinya. Ada rasa nyeri dan sesak pada dadanya ketika melihat bagaimana Ananta begitu tersenyum lebar menceritakan kekasihnya. Hanum tentu kecewa, pada dirinya sendiri yang memang selalu berekspetasi untuk bisa menjadi kekasih Ananta. Untungnya, gadis pemilik hati Ananta bukan seorang yang dia kenal. Sebab gadis itu tidak satu sekolah dengannya dan Ananta. Ada rasa sedikit lega, setidaknya Hanum tidak harus melihat kemesraan antara mereka.

Pergantian tahun, Hanum mencoba untuk menghilangkan perasaannya pada Ananta. Meski sulit sebab memang mereka satu kelas. Segala cara gadis itu lakukan agar hatinya tidak terus berpusat pada Ananta. Gadis itu bahkan pernah berlabuh hati kepada yang lain, meski berujung hanya menjadi tempat singgah sebab perasaan Hanum masih untuk Ananta.

Aku masih sendiri
Dan kamu, sudah berdua

Hanum sendiri tidak mengerti kenapa sesulit itu untuk melupakan Ananta yang bahkan tidak pernah menjadi miliknya. Gadis itu masih kesulitan membuang segala rasa ketika Ananta di sana sudah menemukan bahagianya. Bahkan ketika ada lelaki yang siap mencintai dirinya seperti ia mencintai Ananta, Hanum tidak bisa menerima. Sebab gadis itu ingin dicintai oleh lelaki yang bernama Ananta, bukan lelaki lain.

Lambat laun Hanum mulai lelah dengan hati dan usahanya yang tidak pernah sinkron. Hanum kemudian membiarkan kemana hatinya jatuh tanpa ia ingin peduli. Namun terkadang semesta memang suka sekali bercanda. Ketika Hanum sudah ingin sepenuhnya melupakan, rasa itu kembali hadir bersama perlakuan Ananta yang membuatnya terbuai.

“Lo lagi dapet? Pulang sama gua aja.”

Adalah satu kalimat dari mulut Ananta ketika mereka telah menyelesaikan projek kelas petang itu. Lelaki itu tidak ikut serta, hanya menyetorkan muka untuk sekedar formalitas bahwa ia hadir dalam kerja kelompok kelas. Dan Hanum sebelumnya tidak pernah berekspetasi bahwa Ananta akan menawarkan sebuah tebengan pulang. Lantas ketika ia menolak dan mengatakan akan pulang dengan angkutan umum, Ananta membalas bahwa ia akan tetap mengantarkan pulang.

“Bukannya kalau malem susah angkot, ya? Lagian lo doang yang pulangnya sendiri. Emang gak takut pas lagi dapet gitu?”

Tanpa Prolog dan Epilog Where stories live. Discover now