Part 20 | Ashes of Yesteryears

3.2K 589 341
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











DALAM bahasa Italia, ini disebut rompi coglioni. Bahasa desainer, ini underwhelming. Dalam bahasa Jawa ini... jingan, nggilani tenan wong iki! Uteke delah ndi?

Spontan aku menginjak kaki Kadewa, tapi sang tersangka makin nggak tahu diri.

"Komitmen-komitmen tai! Move on aja belum beres, sok-sokan ngajakin Zaviya komitmen. Jangan ngimpi, Aldefathan!" Kadewa menyemprot.

Bibir Fathan terbuka. "Lo... lo ngapain di sana, Kadewa? Gue nggak butuh jawaban lo, tapi Zaviya!"

"Gue jubir Zaviya. Ape lo? Nggak terima?"

"Asu!"

"Ko rajane asu!" hujat Kadewa, bablas mengacungkan tinju.

Pening mendera kepalaku. Nggak puas mengganggu dengan suara, Kadewa ganti memunculkan dirinya. Mau ditaruh di mana harga diriku di depan Fathan?

Cepat-cepat kudorong lelaki itu menyingkir dari hadapan laptop. Namun belum sempat bicara lagi pada Fathan, Kadewa seenak jidat mematikan laptop. Jelas saja aku ternganga.

"Udah, nggak usah diladenin, Zaviya. Dasar orang gila!" gerutu Kadewa seraya bersedekap. "Rusuk Fathan yang retak, saraf otaknya yang kena. Kasihan. Mana masih muda lagi."

Bukankah sebutan gila lebih cocok untuknya? Kadewa yang marah-marah sendiri, ngamuk-ngamuk sendiri, misuh-misuh sendiri. Kewarasannya diragukan.

Oke, sekarang giliran aku yang marah. "Lo apaan sih matiin laptop gue tanpa izin? Dateng-dateng nginterupsi obrolan gue sama Fathan. Punya hak apa lo ngelakuin itu, hah?"

"Kan gue temen Sabtu-Minggu lo, Zaviya. Berarti berhak dong nyelametin temen sendiri dari lembah kedongoan bertajuk second choice?"

"Temen jadi-jadian! Pengin banget gue uninstall temen kayak lo!"

"Susah, Ya. Gue virus."

Aku mengatupkan mulut rapat-rapat.

Berdebat dengan Kadewa itu nirfaedah.
Berdebat dengan Kadewa itu nirfaedah.
Berdebat dengan Kadewa itu nirfaedah.

Ya, telan emosimu, Zaviya. Mode dewasa, Kadewa jadi setan. Mode reog, dia jadi bocil yang inginnya menang. Aku wajib memahami mode mana yang sedang aktif guna menghindari adegan pembunuhan.

"Apa tujuan lo ke sini?" Pertanyaan tersebut tercetus usai aku berhasil mengatasi emosi.

Bibir Kadewa mencebik. "Mau ngajak lo makan. Gue udah masak."

"Really, makan?" responsku datar.

Dia rusuh mengusik hanya demi mengajak makan? Orang gila cabang mana ini, Tuhan?

Dan lagi, memasak? Aku kira perkataan di mal tadi sebatas bualan.

Mataku menyipit sambil beringsut bangkit. "Lo mau ngeracunin gue, ya?" tuduhku sekonyong-konyong.

XOXO, Love You LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang