Semalam dengan Vanda

521 48 1
                                    

Sayang cuma si draft, Kasev keluarkan lagi cerpen Vanda.
Selamat membaca bagi yang baru menemukan cerita ini

👇👇👇👇👇

Happy Reading....

"Aku tidak bisa membayar sebanyak itu dalam satu malam, tapi aku punya penawaran bagus. Aku memiliki anak gadis yang cantik. Oh jangan tatap aku seperti itu! Tentu saja dia bukan darah dagingku. Aku hanya ikut membesarkannya. Dia fantasi semua pria. Aku menjaganya untuk keperluan mendadak seperti ini. Bagaimana?"

Perhatian Duta tercuri oleh percakapan yang didengarnya ketika keluar dari toilet. Dia bersandar sambil bersedekap tanpa malu jika perbuatannya dilihat orang lain. Seorang pria tua menyeringai kepada dua pria berpostur besar tanpa takut. Merasa kemenangan akan berada di pihaknya.

"Lihatlah fotonya. Kalian akan meneteskan air liur. Jika kalian mau membawanya pulang, ambil saja. Aku tidak berutang lagi kepada kalian." Lelaki tua itu mengulurkan selembar kertas berwarna.

"Menarik." Duta merebut foto wanita yang dimaksud. Semakin tertarik setelah mengetahui bahwa wanita itu adalah mantan kekasih sahabatnya. "Utangmu lunas. Aku akan membereskannya. Sekarang beritahu di mana aku harus menjemput anakmu."

***

Vanda tidak menyukai Natal, tetapi dia harus merayakan bersama anak-anak. Ada dua puluh anak di kelas Vanda rata-rata berusia delapan tahun. Sejak Desember tiba, mereka selalu menyebut-nyebut tentang Natal. Vanda tidak mungkin membenci mereka juga bukan? Jadi, Vanda akan menanggapi apabila anak-anak bertanya tentang hiasan pohon Natal apa yang akan mereka buat tahun ini atau di mana mereka akan menaruh pohon Natal.

Mereka menanam cemara lilin di halaman sekolah. Selagi menunggu bulan dua belas, anak-anak jahil mematahkan dahannya satu per satu dan anak yang lain akan mengadukan kepada Vanda atau guru lain jika tidak sanggup menghalau si nakal. Kelas dua yang Vanda walikan memilih cemara deretan nomor tujuh dari gedung sekolah sebelum kelas lain mengklaimnya. Pohon itu telah dipindahkan ke dalam ruangan tadi pagi. Mereka akan menghias dahannya sebelum layu.

Anak kecil di desa itu percaya bahwa anak baik akan mendapatkan hadiah menarik dari Sinterklas, sedangkan anak yang acuh tak acuh tidak peduli apabila Santa tidak menaruh hadiah untuk mereka di bawah pohon Natal.

"Apa Bu Vanda sudah membelikan hadiah-hadiah untuk kami?"

Vanda menoleh ke bawah ketika Liana menarik ujung roknya. Selesai menggantungkan boneka kecil, Vanda memandangi wajah manis Liana.

"Untuk Lia ...." Vanda tampak berpikir. Harapan menyala dalam bola mata si gadis keriting. "Sepertinya ... sudah. Ibu memilihkan hadiah istimewa untuk anak cantik seperti Lia."

Liana berlari memberitahu temannya.

"Apa bintang yang kita bikin kemarin sudah bisa dipasang, Ibu Vanda?" tanya Risa.

Mereka kemarin mencampur terigu dengan air kemudian memanggang dan mewarnainya. Tidak lupa melubangi salah satu sisi bintang untuk menyelipkan tali penggantung.

Vanda menunjuk pohon yang telah dililiti lampu dan digantungi hiasan perak yang berkerlap-kerlip. Kecuali bintang, hiasan untuk pohon Natal Vanda dapatkan di luar pulau. Sekalian ia membeli hadiah untuk dua puluh anak-anaknya.

"Itu," tunjuk Vanda. "Kenapa kamu tidak mengambil warna kesukaanmu dan memasangnya sendiri? Kaubisa berdoa saat mengerjakannya. Apa harapanmu, Risa?"

"Sudah digantung," komentar Risa sedih. "Aku ingin dewasa, Ibu Vanda."

"Oh, ya?" Dan Vanda menyingkirkan nada sinisnya dalam-dalam. Menjadi dewasa adalah hal menakutkan. Vanda ingin seumur Risa lagi. Menjadi dewasa itu menakutkan bagi Vanda yang telah mengalaminya. Sementara bagi Risa, dewasa terlihat menyenangkan.

Kumpulan Cerita: Semua untuk CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang