Klik
Naruto segera menutup matanya ketika mendengar suara gagang pintu ditekan. Ia mengatur nafasnya sebaik mungkin agar terlihat seperti benar-benar tidur.
Aroma parfum khas yang tercium semakin meyakinkan Naruto bahwa orang itulah yang datang memasuki kamarnya. Naruto pura-pura tertidur agar tak perlu melihat wajah orang itu dan tak perlu meladeni perkataannya. Setiap kali melihat orang itu dan mendengar omong kosong yang keluar dari mulutnya membuat Naruto muak.
Pria yang baru saja memasuki kamar Naruto itu terdiam melihat Naruto yang terbaring. Ia menghampiri ranjang Naruto lalu duduk tepat disampingnya. Tangan kasarnya lalu membelai pipi mulus Naruto lalu turun menuju perutnya yang kini semakin besar.
"Papa datang, sayang. Kalian bersikap baik kan selama papa tidak ada?"
Pria itu bicara sendiri seolah tengah berinteraksi dengan kedua anaknya yang masih berada dalam perut Naruto. Tak sabar rasanya ia ingin segera menimang kedua anaknya. Sudah lama sejak terakhir kali ia menggendong bayi.
Naruto menahan rasa mual ketika merasakan sentuhan pria itu diperutnya. Jujur saja, Naruto sangat jijik disentuh oleh pria itu. Ingin rasanya Naruto menepis tangan kotor itu tapi jika ia melakukannya maka pria itu akan tahu bahwa ia hanya pura-pura tidur. Naruto tidak ingin membuang tenaganya yang berharga hanya untuk sekedar berasa-basi dengan pria itu.
"Naruto. Aku tahu kau tidak tidur"
Tubuh Naruto tegang seketika. Pria itu menarik turun selimut Naruto dan memaksa Naruto duduk bersandar dikepala ranjang.
"Buka matamu Naruto. Aku ingin melihat kedua matamu yang indah"
Perlahan Naruto membuka kedua matanya dan melihat sosok pria yang paling tidak ingin ditemuinya. Pria itu menatapnya dalam dengan senyum dibibirnya.
"Anak pintar, anak pintar" ucapnya berulang-ulang.
Pria itu lalu menangkup kedua pipi Naruto ditangannya lalu mengecup kedua kelopak mata Naruto yang indah. Ia paling suka mata itu, persis seperti matanya. Ia seolah melihat dirinya sendiri pada Naruto. Mereka begitu mirip sudah pasti karena mereka ditakdirkan untuk bersama.
"Aku membawa makanan kesukaanmu"
"Aku tidak lapar"
Pria itu meraih tangan Naruto lalu menggenggamnya erat.
"Nsruto, aku membawa makanan kesukaanmu" ulang pria itu untuk Kedua kalinya seolah menegaskan bahwa ia tak suka dibantah.
Naruto yang gugup sekaligus takut terdiam sesaat. Ia hanya ingin beristirahat tapi pria itu mengusiknya. Tak ingatkah pria itu bahwa saat ini ia tengah mengandung anaknya?
"Aku lelah...aku lelah...." keluh Naruto dengan suara lemah.
Kali ini Naruto berkata jujur. Ia memang merasa sangat lelah. Hanya saja sejak tadi matanya tak bisa diajak kompromi. Ia sudah mengatur posisi tidur sebaik mungkin namun matanya tak juga terpejam.
Kehamilan diusia muda ditambah berada ditempat yang membuatnya tertekan membuat kehamilan Naruto terasa berat. Setiap hari adalah perjuangan. Apalagi ia mengandung anak kembar.
Pria itu pada akhirnya luluh. Ia tak suka melihat mendung diwajah Naruto yang indah. Tidak dulu, tidak juga sekarang. Ia hanya ingin melihat kebahagiaan diwajah Naruto, ia ingin Naruto merasakan kebahagiaan yang sama seperti dirinya.
"Maafkan aku Naruto, kau pasti sangat lelah. Tidurlah, aku akan menemanimu"
Bukan itu yang Naruto inginkan. Naruto ingin pria itu pergi dan meninggalkannya seorang diri. Berduaan dengan pria itu ditempat yang sama membuatnya sesak. Akan tetapi Naruto tak bisa berbuat apa-apa. Hidupnya jelas berada ditangan pria itu dan Naruto tak bisa melawan sebab taruhannya adalah nyawa Kushina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Child
FanfictionBagi Sasuke, Naruto adalah Dunianya. Ketika Naruto menghilang tanpa jejak, tujuan Sasuke hanya satu. Mencarinya sampai titik darah penghabisan!