btw bonus sisa 1, protes cium.
***
.
.
.
Marriage and Craving for More
.
.
.
***
Jadi sehabis diajak maksiat secara mendadak, mereka benar-benar langsung tancap gas pulang ke apartemen Renjun. Jeno sih takutnya mood Renjun berubah kalau dia banyak congor, mending tanpa mengutarakan lebih ke aksi, mobil Hyundai hitam itu tiba-tiba berjalan mulus ke jalanan setelah kekasihnya ngajakin.
Tiba di rumah, dah. Nggak peduli baju berserakan dimana, sepatu dilempar kemana, yang penting Renjun dicium dulu, dipagut, dilumat, diobok-obok terus digendong kayak anak koala ke kamar satu-satunya.
Sesudah keluar dua kali, Renjun ketiduran. Jeno? Sudah pasti membersihkan diri, membersihkan pacarnya, pesan makan jaga-jaga kalau si Cantik tantrum pas bangun.
Which is true, Renjun terbangun pas mau mendekati malam hari dan berteriak kelaparan. Beruntung Jeno izin ke Mark perihal shiftnya di bar, dia belum ada kasih tau kakak sepupunya tentang Renjun jadi dia cuman bilang kalau Renjun habis berobat karena muntah-muntah, jadi nggak bisa ditinggal.
Lalu kalian mau tahu responnya Mark?
"Jen, seriusan kamu jaga anak orang? Kamu ngurus diri sendiri aja payah apa lagi manusia lain?" Mark belum panjang bertausiyah, Jeno sudah keburu menekan tombol merah. Oh, dengan gerutuan tentu saja. Mengatakan dalam hati bahwa Mark harus ditimpa kejadian ini sesekali biar kagok memahami perasaan Jeno.
Begitu Renjun sudah makan separuh ayam bumbu yang dipanasin Jeno, barulah si Tampan membuka diskusi sesuai yang mereka rencanakan tadi siang sebelum diajak kiwkiw.
"Kamu punya pernikahan impian nggak, Sayang?"
Si Cantik berpikir tanpa menghentikan kunyahan, memandang wajah tampan pemuda di hadapan, tiba-tiba ada perasaan berbunga-bunga yang menyebabkan muka ayu tersebut mengulas senyum lebar. "Nggak ada."
"Tapi kok mukamu kayak bahagia gitu, mikirin apa?"
"Mikirin Mas, ganteng banget aku mau nangis."
Jeno. Sabar. Harus dihadapi dengan kepala dingin, bukan tytyd yang memanas. Lelaki surai cepak mengangguk. "Iya Sayang, kamu juga cantik, tapi Mas nggak nangis."
"Kenapa?" senyum lebar runtuh, tergantikan raut sedih. WADUH. Kan, baru jua Jeno membatin dalam hati, berubah lagi kan. "kenapa kok Mas nggak nangis? Mas biasa aja ya lihat mukaku? Mukaku cantik tapi nggak bikin Mas nangis berarti Mas-" akhirnya diskusi penting dibatalkan lantaran Jeno harus menenangkan rentetan ocehan sang pacar dengan cara apapun.
Selang sejam kemudian, Renjun tiba-tiba berderai air mata.
"Mas maaf yaaaaa aku pasti beban banget gara-gara hamil anak Mas, hueeeeee!"

KAMU SEDANG MEMBACA
TWO SIDES OF THE COIN [NOREN]✅️
FanfictionPertemuan tidak terduga di tempat tak disangka oleh seorang pelukis freelance dan barista di kedai kopi. Meet the sunshine and the grumpy one! ⚠️ : boyslove ; top!jn ; bot!rj ; update tidak menentu (tergantung hati penulis) ; painter!rj ; barista/ba...