Chãptęr - 01

187 25 6
                                    

Pagi mulai menyapa. Cahaya matahari perlahan masuk memenuhi sudut-sudut kamar milik seorang gadis yang masih terbaring lelap di atas kasur berukuran single : 90 x 200 cm yang ditopang oleh sebuah dipan yang terbuat dari kayu dibentuk sedemikian rupa.

Cahaya matahari yang masuk tanpa izin itu, sukses membangunkan gadis yang sedang tertidur dengan posisi sedang memeluk boneka lotso yang berukuran jumbo. Gadis itu segera bangkit, mengambil posisi duduk untuk hanya sekedar mengumpulkan roh miliknya yang masih nyangkut di alam mimpinya.

Mata indah miliknya ia sipitkan untuk melihat angka yang ada di jam weker yang terletak di atas nakas samping tempa tidurnya. "Masih jam setengah tujuh ternyata." Gadis itu menyibakkan selimut yang melilit tubuhnya, dan secara perlahan namun pasti, ia berdiri dan mulai berjalan secara perlahan keluar dari kamar miliknya untuk mengambil air minum.

Gadis itu berjalan dengan langkah yang gontai di lorong yang menghubungkan antarruang yang ada. Tak lama, langkahnya terhenti tatkala sebuah tirai yang berfungsi sebagai pembatas antara ruangan satu dan ruangan yang lainnya menghalangi jalannya.

Tangan kanannya ia angkat, memegang pinggir dari tirai tersebut lalu menariknya ke dalam. Sehingga, terlihat lah ruangan yang ada dibalik tirai dihadapannya ini.

Alangkah terkejutnya dirinya, mendapati bahwa tirai yang ia buka bukanlah tirai yang menjadi pembatas lorong dan dapur, malah melainkan tirai yang menghubungkan langsung ke ruang tamu.

Gadis dengan penampilan acak-acakan yang khas dengan orang baru bangun tidur itu membelalakkan kedua matanya saat mendapati banyaknya orang yang sedang bertamu di rumah kakeknya. "Maaf," ucapnya dengan spontan lalu membungkukkan badannya 45° seperti yang dilakukan orang Jepang pada saat meminta maaf. Setelahnya, gadis itu membalikan badannya dan langsung berlari ke arah yang sebaliknya.

• • •

"Haha,, bisa-bisanya dia tiba-tiba nongol di pintu tadi." Orang itu kembali terkekeh ketika ia mengingat satu kejadian yang menurutnya lucu. "Mana penam-pilannya kaya orang bangun tidur banget lagi," lanjutnya.

Perkataannya sukses membuat orang yang berada satu ruangan dengannya tertawa. "Eh, tapi walaupun penampilannya orang baru bangun tidur,, tapi cantik loh muka barefacenya dia, Lan," sahut salah satu orang yang ada di ruangan yang sama.

“Iya sih, gue juga ngerasa kalau muka bangun tidurnya dia cantik banget,” jawab orang yang dipanggil dengan panggilan 'Lan' atau lebih lengkapnya yaitu Ollan. “Tapi bentar deh Lu,, orang di sebelah gue kenapa ngelamun mulu ya Lu?” lanjutnya terkekeh sembari menyikut-nyikutkan sicutenya ke orang yang dia maksud.

“Aduh mana iya lagi iya lagi, ono opo seh kawan?” jawab temannya yang bernama Lucas.

Sedangkan orang yang dimaksud hanya diam dan memutar kedua bola matanya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar kost yang ia tinggali, dirinya sudah terlalu malas untuk menanggapi celotehan-celotehan sahabatnya ini.

“Lah? Lah? Malah pergi dia Lan.” Lucas menunjuk kearah temannya yang beranjak pergi.

“Woi Gitoo! Mau kemana lu,” tanya Ollan sedikit berteriak.

“Kemanapun yang gue mau!” jawab Gito dengan nada yang ketus.

Setelah mendapat jawaban dari Gito,, Lucas dan Ollan lantas saling menatap satu sama lain.

“Emang dia tau daerah sini?” tanya Ollan yang di jawab gelengan oleh Lucas. “Gak tau sih, tapi terakhir kali dia jalan sendiri pulangnya seminggu kemudian.”

Mereka berdua terdiam menatap satu sama lain. Dan tak berselang berapa lama, kedua mata mereka terbuka sempurna.

“Gito!” ucap keduanya panik.

To Be Continue ....
Loading for the next chapter ....

Kalau menurut kalian nyambung ya Alhamdulillah, dan kalau menurut kalian ga nyambung,
yaaa saya minta maap.
Jangan lupa Vote ya kawanku!!

Juli, 2024
-

@suryeex


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secukupnya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang