100 : 2

81 11 1
                                    










Giselle
| Jeno mau ngajak ngobrol nanti malem
| Siap siap

Minjeong
| Bohong

Giselle
| Gak ada waktu gue boongin elu ya
| Kata gue mending lu siap siap
| Jangan ovt
| Pesen nya Jeno

Minjeong
| Siap siap ngapain deh?

Giselle
| Ga mungkin lo gatau
| Ok see u later












Klek..

Pintu rumah terbuka menampilan sosok pria jakung dengan setelan jas nya yang amat kusut, jangan tanyakan ekspresi mukanya, terlampau lelah dan terlihat berantakan. Tapi dirinya tetap dirinya, Minjeong. Mau tidak mau ia harus menurunkan ego untuk menyusul mengalih ambil tas kerja dan jas berat suaminya.

"Ngga usah biar aku aja," tolak Jeno membuat Minjeong terdiam.

"Kamu—"

"Nanti aja ya?" balas Jeno lalu meninggalkan Minjeong. Dia masuk kamar tanpa sepatah kata. Sisi lain, wanita itu bingung. Katanya mau ngajak ngobrol, kok dia ogah-ogahan? Kudu ditanyain kah? Apa nggak usah?




Sementara menunggu Jeno bebersih diri, Minjeong memanaskan kembali lauk yang sempat dia masak dan juga sepiring nasi hangat. Memang biasanya dia menyiapkan seperti itu walaupun mereka tidak ada komunikasi lebih seminggu ini. Minjeong hanya diam melihat Jeno makan makanannya sendiri, dia berasumsi jika suami nya lebih baik makan tanpa dia temani.

Dia tetap menunggu di ruang utama kok, tiduran di sofa sambil menonton televisi sedang menayangkan berita malam. Tak lama, Jeno pun ikut bergabung duduk disebelah Minjeong.

"G-gimana tadi, Kak?" cicit Minjeong kerap takut kalau tiba-tiba Jeno mengamuk.

Pria itu awalnya cuman membalas dengan helaan napas panjang dan bersandar pada sofa begitu lemas.

"Investor kabur dan nipu keuangan perusahaan,"

Kalimat itu terdengar singkat, padat, dan putus asa. Minjeong sontak menyingkap toples berisi kripik pisang itu di meja dan bersila menatap Jeno menonton televisi.

"Kok bisa?!" protes Minjeong, walaupun dia tidak tau apa-apa tapi dia bisa kepo.

"Salah karyawan yang nggak teliti, yang bertanggung jawab juga ceroboh. Yaudah, hilang."

"Berapa juta yang hilang?"

"Mungkin ada sekitar 10 milyar—"

"APA?!" reflek teriak mendengar digit besar itu. Jeno juga langsung memejamkan mata ketika istrinya teriak tepat di sisi telinga kanan.

"Gak jelas banget! Kok bisa sih teledor gitu aja? Siapa yang bertanggung jawab?!"

Jeno terdiam sejenak. "Jaemin,"




Serasa dunia jatuh padanya dan retak, Jeno sukses membuat nya melongo lebar-lebar. Tapi berubah cepat dia melunak. "T-terus kantor gimana?"

"Masih ditanganin sama pihak berwajib, sementara perusahaan gak buka investor baru dulu dan pengecekan karyawan."


"O-oh.. astaga," Minjeong ikut simpati. 

Hal yang tak diduga, Jeno malah tertawa geli melihat respon Minjeong yang simpati itu.

"Emang kamu ngerti?" goda Jeno, sebenernya dia mau ketawa aja melihat ekspresi istrinya itu daritadi.

Minjeong langsung naik darah. "Kenapa sih! Orang mau simpati ga boleh, orang mau ini ga boleh, masa iya aku harus ketawain kinerja perusahaan yang abis kena musibah? Nggak kan?" omel Minjeong, dia sebal karena di goda seperti itu.

Eternal Romance || MilkymongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang