100 : 4

78 10 0
                                    





Ealah baru juga kemaren damai-damai malah disuruh nangis lagi.














Klek..




Seperti biasa, Minjeong selalu menunggu kepulangan Jeno dan menyambut melayani nya dengan baik, dari mulai memanaskan lauk, nasi dan air panas tak lupa juga baju santai. Jeno lebih suka mengenakan baju santai daripada baju tidur, bahkan kadang tidak memakai atasan dan dibiarkan polos begitu saja. Eh.




"Gak bobo?"


Minjeong melirik sekilas, tatapannya kembali ke televisi sedang menayangkan acara olahraga. "Duluan aja kalau ngantuk,"

Bukannya menurut, malah Jeno sengaja menaruh kepalanya dan bersandar di pundak istrinya. "Kamu capek nggak sih?"

"Nggak," Jeno menghela napas, rasanya tenang sekali begitu dia mencium aroma strawberry  dari rambut Minjeong itu. "Kan ada kamu," lanjutnya.

Pipi Minjeong seketika merona, tapi dia tetap memasang image diam dan sok cool.

"Tadi Kak Karina sama anaknya kesini," Minjeong mengalih topik.

"Oh ya? Siapa nama anaknya? Lupa,"

"Minji,"

"Oh ya itu, mesti mirip bapaknya banget,"

Minjeong menahan tawa. "Menurutku Minji gak dapet bagian dari Kak Jaemin apa-apa, dia lebih ketiplek mirip sama Kak Karina,"

"Masa?" Jeno menatap Minjeong lalu kembali ke posisi semula. "Kakak udah lama gak liat lagi, lain kali ngomong dong kalo mereka mampir kerumah,"

Kedua alis Minjeong terangkat. "Loh? Emang kamu boleh pulang?"

"Boleh, kan Kakak bos nya." balas Jeno enteng.

Minjeong melambatkan kunyahannya. Kalau memang Jeno bisa datang ke kantor jam berapapun dan kapanpun, harusnya dia lebih punya banyak waktu dirumah bersamanya dan melakukan banyak hal.

Jeno tidak mendengar respon Minjeong lagi itu membuat bingung. "Kenapa?"

"Hm? Nggak,"

"Kamu mikirin apa?"

"Nggak, kok."

Jeno memicingkan matanya curiga. "Bohong nih, kamu mikirin apa? Kamu nih selain pelit senyum ke aku juga pelit cerita,"



Deg.

"Kapan aku pelit senyum?!" tanya Minjeong mulai meninggikan nada bicaranya sembari menatap Jeno.

"Kamu nggak nyadar?"

"Aku senyum setiap hari kok!"

Jeno tertawa. "Nih ya, Kakak kasih tau. Kamu tuh setiap nyambut mukanya datar, bangun pagi juga datar, nyiapin sarapan juga mukanya datar mulu kayak aspal, kamu cuman senyum pas Kakak mau pamitan kerja doang."

Minjeong terdiam. Benar juga, kenapa dia tidak sadar ya sudah melakukan itu hampir setiap hari? Hampir sepanjang waktu? Oke, ini murni salahnya dia.

"M-maaf, aku gak tau kalau muka ku sedatar itu?" Minjeong mengangguk. "Oke, mulai besok aku bakal nyoba jadi orang dengan positif vibes kayak Kak Karina."












Detik itu, Jeno langsung paham apa yang dipendam dan dirasakan oleh istrinya.

"Karina ngomong apa aja tadi? Kalian bahas apa?" Jeno kembali menyandarkan kepalanya di pundak Minjeong.

Eternal Romance || MilkymongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang