100 : 6

23 3 0
                                    








Hari ini, Minjeong tak berhenti untuk tidak terheran-heran dengan perilaku tingkah aneh Jeno hari ini. Bayangkan, kenapa dia tiba-tiba jadi gemar mengikuti setiap langkahnya kemana saja? Kalau Minjeong akan ke taman, dia juga ikut, dengan alasan bosan, tak ada pekerjaan. Seakan semuanya lenyap dalam satu hari terakhir.

"Kamu beneran gak ada kerjaan selain ngikutin aku terus ya?" ujar Minjeong dengan berani. Sudah lumayan jengah melihat tingkah aneh suaminya tanpa alasan jelas itu.


Jeno menggeleng. Jujur dia pun tidak tau harus apa, makanya cuman ngikutin Minjeong aja.

"Kantor? Berkas-berkas?" tuding Minjeong, Jeno menggeleng lagi.

"Game?" hanya gelengan yang dia dapatkan.

"Sama sekali?"



Jeno berdecak. "Emang kenapa sih kalau aku dirumah? Gak suka?"


Bahu Minjeong merosot. "Nggak gitu ... Kamu ... Aneh," curiganya amat penuh. Kayaknya Jeno itu lagi menyembunyikan sesuatu yang gak dia tahu.



"Saking jarang dirumah, jadi kelihatan aneh ya kalau dirumah aja?"



Buru-buru Minjeong menolak. "Gak! Ya tapi salah kamu sendiri sih, kamu terlalu cinta sama kantor." balas Minjeong jujur.





"Maaf," ujarnya.

"Gak papa, itukan perjanjian awal kita juga." balas Minjeong lumayan lesu, dia beralih mendaratkan pantat nya di sofa empuk. Jeno juga mengikuti.

"Perjanjian awal?" ulang Jeno.

"Kamu nggak ingat?" Minjeong melirik sinis. "Kita baru jalan dua tahun tapi aku baru tahu kamu pelupa,"

"Serius, perjanjian apa?"

Minjeong jadi pening. Mau gak mau dia jelasin aja.

"Perjanjian awal kita kan, harus sama-sama mengerti kondisi hobi kita masing-masing dan gak boleh ada protes. Kayak kamu bisa semingguan lebih kerja sesuka hati, dan main game tiap waktu. Aku juga sama, belanja, hedon, nyibukin diri sendiri yang aku mau." jelas Minjeong, ia menatap kedua manik Jeno amat serius sukses membuat pria itu meneguk ludahnya diam-diam.

"Sekarang kamu lupain itu semuanya?" tanya Minjeong serius.

"A-aku gak tahu kalau kamu menanggapinya sangat serius," bela Jeno. "Kamu percaya?"


Minjeong mengernyit heran. Ada yang salah dengan Jeno kali ini.

"Percaya? Menurut kamu, dua tahun itu sebentar?"


Jeno tertegun. Apa yang selama ini dia lewatkan sampai-sampai seakan semua kesadarannya ditarik kembali, dia seakan lupa ingatan hari terakhir kapan dan alasan apa dia membuat perjanjian konyol itu. Waktu kemarin dia curhat sama Jaemin juga itu asal bunyi menurut apa yang dipikirannya aja, gak ada terpikirkan kenapa bisa dia membuat perjanjian seperti itu.




"Kok diem?" tegur Minjeong, wanita itu memijat peningnya pelan.

"Kamu nyembunyiin apa?" terang Minjeong.

"Aku—"












DINGG DONGGG


Keduanya sontak menoleh ke dasar pintu rumah, suara bel memang sengaja dibuat menggelegar seluruh ruangan karena sebab Minjeong agak susah mendengarnya jikalau dia sedang ditempat jauh dari pintu.

Eternal Romance || MilkymongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang