Trang! Trang!
Suara pedang besi yang saling beradu memenuhi langit yang kini berubah berwarna kelabu. Hewan-hewan buas yang memenuhi hutan bahkan enggan mendekat. Melihat dua perempuan bertarung dalam level tinggi membuat mereka merasa takut dan sukar untuk mendekat. Pepohonan terguncang oleh angin kencang dengan suhu panas yang sewaktu-waktu dapat membakar atau merobohkannya, andai mereka dapat berbicara mungkin mereka akan berteriak sekencang-kencangnya, marah sejadi-jadinya atas perlakuan dua perempuan dihadapannya yang mengganggu kehidupan mereka. Namun rupanya, ada yang mendahului mereka untuk berteriak kencang dengan nada marah.
"Kerajaan Tidereach adalah milikku, bukan milikmu!" Salah satu gadis berambut ungu tua yang tengah bertarung berteriak kencang. Napasnya tersengal, tubuhnya gemetar, pakaian serta rambutnya bahkan terdapat bekas terbakar, wajahnya merah padam, benar-benar terlihat marah. Dialah orang yang dijuluki: Si Gadis Ungu.
Gadis lain yang berada didepannya tersenyum, matanya menyipit sejenak. Memperhatikan lawannya. Pedang yang ada digenggaman tangan kanannya ia ayunkan, jadilah pedang itu berputar-putar. Dalam putarannya itu, bola-bola api sebesar kelereng berhamburan, terlempar pada sekitar. Tak peduli terkena oleh siapa, terluka atau tidak. Dialah sang pemilik pusaka paripurna. Pedang api.
"Milikmu? Maaf, tapi faktanya sedari awal kerajaan itu adalah milikku. Kau, hanya pengganti sementara saat aku tak ada. Terimalah kebenaran menyakitkan ini. Kamu tahu? Terkadang kebenaran itu pahit seperti obat, namun biasanya dapat menyembuhkan." Akhirnya gadis pemilik pedang api itu menjawab amarah lawannya. Ia tampak tenang, namun suaranya terdengar bergetar.
"Kau datang kemari, lantas mengambil seluruh kebahagiaanku!" Si Gadis Ungu berseru. Tak mau kalah.
"Aku tak mengambil kebahagiaanmu, aku hanya mengambil yang sebelumnya memang milikku," timpalnya, sembari tetap memutar pedang api miliknya.
CTAR!
Petir menyambar terang dari langit. Itu adalah petir yang sangat besar dan terang, cahayanya bahkan membuat terang sesaat yang sebelumnya gelap. Dua gadis itu terdiam, menghentikan percakapan. Mungkin terkejut, atau bisa pula merasa takut. Bahkan Si Gadis Ungu yang mendengar suara tersebut langsung mendongak menatap langit, memperhatikannya.
Gadis pemilik pedang api yang menyadari bahwa lawannya lengah memanfaatkan hal tersebut. Ia berlari secepat mungkin menuju lawan, lantas mengayunkan pedangnya.
Splash!
Pedang itu mengenai tubuh Si Gadis Ungu. Menggores perutnya, membuat luka menganga yang dengan cepat mengeluarkan darah tanpa henti.
"Maafkan aku. Kau sama sekali tak memberiku pilihan lain selain membunuhmu sekarang juga," jelas gadis pemilik pedang api seraya menggenggam erat-erat pedangnya. Ia berdiri tegak setelah yakin telah melukai lawannya.
Si Gadis Ungu menyeringai. Matanya yang berwarna ungu pun melotot seakan bola mata itu akan segera jatuh keluar. Sesaat, tubuhnya terjatuh ke depan, warna kulitnya berubah menjadi hitam secara perlahan--efek goresan pedang api (besinya mengandung racun yang tak dapat dihilangkan). Mungkin hidupnya kini telah hampir selesai. Tampak dari napasnya yang mulai sesak. Namun, ia masih sempat tertawa pelan. Tak menghiraukan darah yang mengalir diantara bibirnya.
"Aku bersumpah, kau akan segera menyusulku! Kau tak akan pernah menggapai impian bodohmu. Selamanya!" Ia berteriak membuat luka itu semakin terbuka lebar.
Gadis pemilik pedang api menyeka matanya yang sempat berkaca-kaca. Kemudian ia mengangkat pedangnya keatas, lantas dengan cepat menusukkan ujung pedang pada punggung Si Gadis Ungu.
Kini Si Gadis Ungu tak dapat bergerak sedikitpun. Mulutnya semakin banyak mengalirkan darah. Sementara gadis pemilik pedang api menundukkan kepalanya dalam sekejap, ia menatap Si Gadis Ungu. Matanya berkaca-kaca kembali.
"Bukan ini yang kuinginkan. Sungguh. Aku, tak dapat melakukan hal lain selain ini. Tak ada pilihan lain. Maafkan aku," ujarnya pelan.
CTAR!
"DISINI RUPANYA KAU SIALAN!"
Seorang wanita muncul dibalik rimbunnya pepohonan. Wanita itu terlihat seperti seseorang yang berusia sekitar 40 tahun. Tangannya mengepal, jari jemarinya bahkan diselimuti oleh petir kecil berwarna biru terang. Ia memakai sebuah jubah panjang berwarna hitam yang terlihat kotor oleh debu. Matanya melotot, menatap gadis pemilik pedang api.
·𖥸· ─── ·
Hai, penasaran tidak dengan kelanjutannya ceritanya? Kalau iya. Nantikan kelanjutannya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Si Gadis Pemimpi
FantasyTentang seorang gadis bernama Nayanika yang memiliki kehidupan tak menyenangkan serta penuh dengan cobaan tak berkesudahan. Meski dengan segala cobaan yang melandanya tersebut, rupanya tak membuat Nayanika berhenti bermimpi setinggi langit dan berus...