IWALY : 2

642 140 91
                                    

"Lalu kau ingin aku memijat disini? Atau disini?"

"HAHAHA! GELI TRAVIS!"

Travis terkekeh geli dengan tangannya yang masih setia memijit kaki Junkyu. Ia sangat betah memijat kekasihnya karena kulit kakinya terasa licin dan mulus.

"Suruh siapa ikut bermain basket."

"Jadi maksudmu aku tidak boleh ikut? Apa kau pikir aku yang pendek ini dilarang bermain basket?" Junkyu tersinggung. Melipat tangannya di depan dada dengan ekspresi kesal.

"B-bukan begitu, Sayang!" Travis berucap panik. Mulai berkeringat dingin. "Aku hanya takut kau cedera mengingat aku lupa mengajakmu melakukan pemanasan."

"Berarti itu salahmu."

Orang-orang yang tak sengaja lewat sangat yakin mereka tak salah lihat saat imajiner Travis dengan telinga anjing turun sayu dan ekor yang bergerak lemas. Aih, imutnya.

"Baiklah, salahku. Aku minta maaf, Sayang." Travis memeluk manja tubuh Junkyu yang berkeringat justru berbau harum bedak bayi.

Junkyu sadar bahwa sedari tadi orang-orang menatap mereka berdua— ralat, menatap Travis dengan tatapan kagum dan kecewa.

Dipikir-pikir mengapa Travis yang sempurna ini justru memilih dirinya?

"Travis."

Pria dominan yang tengah sibuk membuka botol minumnya itu menoleh. "Kakimu masih nyeri?" Junkyu menggeleng sebagai jawaban.

Pemuda manis itu menunduk seraya memilin jari-jarinya. Pandangannya beralih menatap tangan Travis yang menindih tangan kanannya.

Bukan waktu yang pas untuk Junkyu memuji kegemasan Travis yang melengkungkan bibirnya sedih seperti bentuk mulut kucing. "Kenapa? Ceritakan saja."

"Eumm." Junkyu menjilat bibir bawahnya dengan gugup. "Kau kan punya banyak penggemar disini, jika ada orang yang mengucapkan kata I love you, Travis. Apa yang ingin kau jawab?"

"Nice info."

"Heyyyy! Aku serius." Junkyu merengek, menggoyangkan kakinya kesal melihat Travis yang malah tertawa.

Setelah tawanya berhenti, tatapan Travis mulai serius. Dunia memang tak selalu berfokus pada mereka berdua, tapi Travis selalu mengusahakan agar dunia bisa melihat keindahan kekasihnya melebihi sumber daya alam manapun.

"Kita sudah sering membahas ini, Sayang. Apa kau masih belum percaya padaku?" tanya Travis.

"Aku tak bermaksud begitu." Junkyu membalas dengan nada panik. "Aku... aku hanya tak menyangka jika kita sudah berjalan 2 tahun ini."

Travis terkekeh, "Aku juga. Aku bahkan tak pernah berpikir untuk serius menjalin hubungan dengan seseorang. Karena banyak orang yang menjadi bodoh karena cinta."

"Namun, begitu aku bertemu denganmu. Aku termakan ludahku sendiri. Bodoh karena cinta ternyata tak seburuk itu."

Junkyu mendelik, "Ya, dan kau betulan bodoh ternyata."

"Aww~ sakit sekali hatiku." Travis berpura-pura menangis dengan Junkyu yang mengernyit jijik meskipun setelahnya tertawa.

"Tetapi, meskipun aku dulunya seorang pemain, kau tidak perlu khawatir. Karena perasaanku untukmu tetap sama."

Junkyu mencibir, tapi sesungguhnya ia merasa salah tingkah. "Berlebihan."

"Aku bersumpah!" Travis memasang ekspresinya sungguh-sungguh. "Karena perasaanku ini ku simpan di dalam kulkas agar tetap segar."

"KAU PIKIR AKU SAYUR DAN BUAH?!"

"BUKAN BEGITU SAYANGG!"

"KAU MEMBENTAKKU?!"

A Piece of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang