IWALY : 4

471 84 45
                                    

"Mari kita bermain, Cantik."

"Sayang?"

"Hei, Sayang."

"JUNKYU!"

"TIDAK MAU!"

Penghuni kantin tadinya sibuk menyantap ria makanannya jika saja suara Junkyu tidak menggelegar di telinga mereka.

Dahi Travis mengernyit. Mengabaikan tatapan menghakimi dari orang-orang. "Kau tidak selera dengan menu makannya? Mau aku ganti?" tanyanya.

Junkyu menggeleng pelan. Rautnya seperti menyimpan banyak teka-teki yang rumit untuk Travis pecahkan.

"Kenapa, hm?" Travis menggenggam tangan Junkyu. Poni halus milik sang kekasih ia singkirkan demi melihat manik sejernih bola kelerengnya itu.

Pemuda manis itu menunduk. Punya mulut tapi mendadak tidak berfungsi. Punya mata tapi tak mau melihat dengan siapa ia berbicara.

"Sayang," bisik Travis dengan suara baritone khasnya. "Mau pindah tempat saja?" tawarnya.

Junkyu menggeleng.

Travis sadar, semenjak daritadi kekasihnya itu terlihat seperti orang linglung dan cemas terhadap sesuatu.

Ia rasa, Travis tak membuat kesalahan fatal atau berbuat sesuatu yang menyakiti Junkyu. Bahkan setiap 24/7, Travis selalu memperhatikan dan mengawasi Junkyu sesibuk apapun dirinya.

Sedangkan di sudut pandang Junkyu, mimpi semalam seperti mimpi yang entah bagaimana dia menyebutnya.

Disebut mimpi buruk bukan, disebut mimpi indah juga bukan. Namun, rasa bersalah Junkyu terbentuk semakin besar saat tahu objek mimpi basahnya adalah kakak kandung Travis.

Ya, Haruto.

Katakanlah Junkyu tidak bersyukur disaat ia menemukan pria yang tulus dan memberikan apapun yang Junkyu pinta, ia malah memimpikan orang lain.

"Dari tadi kau terus menggumamkan tidak mau, apa yang kamu takutkan?" tanya Travis.

Junkyu menghembuskan nafasnya untuk menenangkan diri. Hubungan mereka memang selalu terbuka satu sama lain, tapi Junkyu tidak gila untuk menceritakan kasus ini.

Matanya melirik Travis. Sedetik kemudian tawanya pecah. Junkyu tak salah lihat jika bayangin Travis mempunyai kuping dan ekor puppy ghaib bergerak lesu.

"Kenapa tertawa~" rengek Travis mengguncang bahu Junkyu. Ia pasti dikerjai oleh kekasihnya sendiri.

"Kenapa wajahmu serius sekali, hm?" Junkyu terkikik geli saat menggaruk dagu kekasihnya layaknya anjing yang merasa diberi kasih sayang majikannya.

"Aku hanya lelah dengan jadwal kuliah hari ini," sambungnya.

Bibir Travis mencebik kesal. Junkyu menghela nafas lelah, kalau sudah seperti ini pasti dirinya akan mengeluarkan tenaga ekstra untuk membujuk.

"Tapi tidak sepantasnya kau begitu. Aku kan harus disayangi, dicintai dan diperhatikan. Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?!"

Junkyu menelan ludahnya. "Travis—"

"Cukup! Aku sudah tahu jawabannya. Apa memang aku ini manusia yang tidak pantas diberi cinta yang layak ya?" Travis memalingkan wajahnya dengan bibir pose cemberut.

"Travis, bukan begitu—"

"Huuu~ kekasihku sendiri bahkan sangat jahat."

Cup!

"Wohoooo!"

"Junkyu! Kau keren!"

Junkyu menutup wajahnya malu saat penghuni kantin kampus itu menyorakinya dengan berbagai sorakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Piece of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang