that night

128 12 0
                                    

"AAAAAA TOLONG AKU, SIAPAPUN TOLONG AKU, DIA AKAN MEMBUNUHKU TOLONG AKUUU!." Teriakan itu menggema di telinga bahkan mungkin saja setiap orang di desa ini akan mendengarnya, jeritan ketakutan dan keputusasaan.

"Terus tutup telinga mu!." Bentak seorang gadis muda pada anak kecil di depannya.

Anak kecil itu berusaha untuk menutup telinganya agar tidak mendengar jeritan menakutkan itu.

Mereka bersembunyi di balik pintu yang terkunci, dengan menutupi tubuh mereka menggunakan selimut yang sudah di lumuri bawang putih. Konon manusia setan (Anorka) itu tidak menyukai bawang putih.

Tokk.. Tok.. Tokk..

Tokk..Tokk.. Tok...

"Ci.. adek takut.."

"Sutt diem."

Tokk...Tokk..Tokk..

Mereka terus meringkuk diam, hingga suara ketukan itu hilang. Hanya rintikan hujan dan jangkrik yang memenuhi indra pendengar mereka kala itu.

Menurut berita yang beredar jika sang Anorka selesai membunuh, ia akan mengetuk pintu rumah target selanjutnya.

"Sudah selesai." Ucap gadis itu memberitahu adiknya.

Lalu mereka membuka selimut dan menghirup udara amis darah yang pekat.

"Em bau amis ci." Ucap adiknya sembari menutup rapat hidungnya.

Gadis itu meredarkan pandangannya, suasana kamar kecil dan minim sirkulasi udara itu mungkin penyebabnya.

"Ayo ke kamar belakang, di sini panas." Ucap gadis itu di angguki adiknya.

"Ci shani, adek takut, ayah kapan pulang.."

Gadis yang bernama shani itu hanya tersenyum pahit mendengar penuturan adiknya. ayah mereka sudah meninggal seminggu yang lalu karena mencoba keluar dari desa. Sedangkan ibunya pergi meninggalkan mereka sejak kecil.

"Ayah lagi cari kerja, Azizi di sini sama cici ya." Ucap shani sembari mengelus pelan kepala adiknya.

Shani mendudukan adiknya di atas kasur lusuh, lalu beranjak ke dapur untuk mengambil minum.

"Ci kita kabur aja yuk, aku takut kalau di desa ini terus," Ucap Azizi sembari meneguk minuman pemberian cicinya.

"Hush, jangan mikir kaya gitu!" Bentak Shani khawatir jika terjadi sesuatu pada adiknya.

Azizi hanya memanyunkan bibirnya kesal, "secara gak langsung, kita hanya menunggu giliran untuk mati ci." Ucap nya dengan suara sedikit bergetar.

"Sudahlah, ayo pergi tidur."

"Jangan sentuh itu, mereka sudah terkutuk!."

"Cepat kubur, aku merasa jijik melihatnya!."

"Aku ingin muntah!."

Suara riuh itu membuat shani terbangun, ia membuka mata sembari meregangkan tubuhnya.

"Lagi liat apa Zee?." Tanya shani saat melihat adiknya sedang mengintip keluar jendela.

Azizi turun dari bangku pijakannya dan duduk di kasur menghadap kakaknya, "itu ci.. mayatnya tepat di samping rumah kita.." ucap Azizi dengan gemetar.

"Udah jangan di liatin gak baik." Tegurnya lalu beranjak ke kamar mandi.

Ia membasuh wajahnya gusar, mencoba melupakan teriakan tadi malam yang terus bersangkar di kepalanya.

Pyramid of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang