terror

102 21 1
                                    

Tik.. tik.. tik..

hanya suara tetesan air dari wastafel yang terdengar.

"Emm jadi maksud kamu, kamu itu dari masa lalu?." Tanya Gracia memecahkan keheningan.

Shani yang masih kebingungan mengangguk kecil.

"Gak masuk akal banget, kaya cerita di Wattpad."

"Wattpad itu ap, Eh Ini tanggal berapa?." Tanya Shani saat teringat sesuatu.

Gracia membuka handphone. "Tanggal.. 14 bulan juli." Ucap Gracia lalu meletakkan handphone-nya.

"Jam?."

"18.05."

"Sebentar lagi."

"Apanya?."

"Dia datang. Dia pasti datang. Aku akan mati." Ucap Shani sembari memegang kepalanya frustasi.

"Dia siapa?, kamu kenapa?." Tanya Gracia kebingungan dengan sikapnya.

Dengan gusar ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kebingungan. Gracia yang melihat itu mengikutinya dari belakang.

"Kamu nyari pintu keluar?, itu di situ." Tunjuknya pada pintu tepat dimana ia menemukan Shani tadi.

"Emm enggak aku gak boleh keluar. Tolong kunci pintunya, dimana dapur, dapur dimana?, dimana?." Tanya shani sembari mengguncang tubuh Gracia.

"I-itu." Jawabnya menepis tangan Shani karna ia pusing dibuatnya.

Dengan sedikit pincang ia berjalan memegangi dinding menuju arah yang di tunjuk Gracia tadi.

Ia meredarkan pandangannya mencari bawang, saat matanya menemukan keberadaan bawang itu, ia langsung mengambilnya dan menggosok-gosokan ke baju putih yang ia kenakan.

"T-tolong bantu aku!." Pintanya saat melihat Gracia hanya diam mematung melihatnya.

Gracia menggelengkan kepalanya cepat, ia sebenarnya takut melihat kelakuan shani. Sehingga ia menelfon adiknya tadi agar segera pulang.

Setelah selesai menggosokkan ke seluruh tubuhnya, ia kembali berjalan ke arah ruang tamu tadi dan duduk meringkuk di lantai samping sofa, yang tempatnya agak terhimpit dinding.

Gracia menggelengkan kepalanya sembari berkacak pinggang. "Gila ni orang."

Tubuh Shani gemetar dan berkeringat sekarang, perasaan takut kembali menguasai dirinya. Ia sudah bisa membayangkan bagaimana Anorka nanti akan mencabik-cabik wajahnya dan perutnya sampai ia mati.

Mungkin wajah putihnya akan berubah merah darah, matanya pecah atau bahkan ia kehilangan matanya, kulit mulusnya akan terkelupas dan tidak berbentuk lagi.

Tokk..Tokk..Tok..

Mendengar suara ketukan itu Gracia yang sedari tadi mengawasi Shani beralih berjalan ke arah pintu, mungkin saja itu adiknya yang baru pulang.

"J-jangan, jangan di buka, jangan tolong jangan di buka!." Teriaknya sampai membuat Gracia tersentak kaget.

"Kenapa?, itu mungkin adikku." Ucap Gracia menghentikan langkahnya.

"Tidak jangan, itu bukan adikmu. Tolong jangan di buka, aku mohon jangan di buka!." Mohon Shani dengan suara bergetar.

Gracia yang semangkin takut dengan tingkahnya, memilih untuk tetap membuka pintu itu. Sedangkan shani kembali meringkuk memeluk kakinya.

Sebelum Gracia membuka pintu, ia tiba-tiba teringat jika memang itu adiknya, mengapa ia mengetuk pintu. Karna adiknya memiliki duplikat kunci, dan tidak biasanya adiknya mengetuk pintu.

Pyramid of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang