must go

84 11 0
                                    

"Kamu jangan ngerepotin buk melody ya zee!."

"Kamu lama perginya ci?"

Shani menggeleng pelan. "Hanya sebentar, nanti cici bakal balik, terus kita bisa bareng lagi." Jawab shani sembari memeluk adiknya dengan sedikit berjongkok.

"Adel, Christy, titip zee ya, jangan di jahatin dia cengeng." Gurau shani beralih menatap mereka secara bergantian.

"Iya ci, kita sayang kok sama Zee." Jawab Crhisty dengan merangkul Azizi gemas.

Mendapatkan perlakuan seperti itu Zee langsung mendorongnya menjauh kerena merasa tercekik.

"Yaudh hati-hati ya shan." Ucap melody yang sedari tadi melihat perbincangan mereka.

"Iya buk, shani pamit ya, titip Zee" Jawabnya dengan sedikit membungkuk lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.

Ia memutuskan untuk pergi dari situ, lebih baik mati sendiri dari pada saat Anorka membunuhnya Zee melihat kejadian itu.

Dengan berjalan gontai ia sampai ke perbatasan desa, melihat hutan lebat di depannya hatinya merasakan ketakutan yang sangat mendalam, ia masih tidak siap untuk mati.

Ia merehatkan tubuhnya di bawah pohon rindang dengan menyantap roti untuk mengganjal perutnya, sembari menunggu matahari setengah tenggelam. Konon saat saat itu adalah waktu yang pas untuk melarikan diri.

Saat matahari setengah tenggelam biasanya di tandai dengan suara jangkrik yang berbunyi. Dengan perasaan tidak enak dan jantung yang berdetak kencang Shani bersiap untuk lari.

"Tiga.."

"Dua.."

"Satuuu.."

Tepat saat terdengar suara jangkrik dan hitungan satu, ia langsung berlari sekencang mungkin melewati garis merah (perbatasan) dengan cepat.

Masih terus berusaha lari dengan kencang, sampai ia sudah tidak mendengar suara jangkrik, menandakan matahari sudah sepenuhnya tenggelam.

"AGGRH"

Seketika ia merasakan kaki kirinya seperti sedang terbakar, panas dan perih yang ia rasakan saat ini. Ia masih berusaha untuk lari menggunakan kaki kanannya. Tidak begitu lama kaki kanannya juga terasa sangat panas, seakan-akan ia sedang berada di kuali dan bersiap untuk di masak. Dengan sisa-sisa tenaga ia berusaha tetap berjalan dengan kedua kakinya.

Sampai ia melihat ada sebuah pohon  dengan lubang besar di bawahnya, itu terlihat seperti goa. Dengan semangat ia masih berusaha lari sampai tepat di depan pohon, ia menjatuhkan dirinya ke dalam lubang itu.

"Brugk.. Aggrhh."

"AAAAA."

Shani terkejut mendengar jeritan itu, yang awalnya ia memejamkan mata, sekarang mulai membuka matanya perlahan.

"KAMU SIAPA GILA?!?." Teriak orang itu.

Shani melihatnya sekilas lalu terjatuh dan kembali merintih kesakitan dengan memegang kedua kakinya.

"T-tolong... Sakit..." Ucapnya menyuruh seseorang itu mendekat.

Dengan hati-hati orang itu mendekati shani dan memperhatikan kakinya yang sangat merah, seakan melihat daging mentah yang baru di potong, sangat merah.

Dengan terburu-buru ia sedikit berlari ke arah dalam dan kembali dengan membawa sebuah kotak.

"Itu seperti terbakar.."  Ucap seseorang itu lalu mengeluarkan semacam salep dan di oleskan ke kaki shani.

Sedangkan Shani hanya terbaring lemas dengan keringat membasahi dahinya.

Setidaknya kali ini tinggal perih yang ia rasakan. Tubuhnya sangat lemas dan tidak memiliki tenaga lagi. Sampai ia tidak merasakan apapun, ia mulai tidak sadarkan diri.

Pyramid of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang