Musibah

3 1 0
                                    

Birru bersenandung kecil sambil bersiap-siap di kamarnya untuk segera ke cafe dimana dia dan teman-temannya biasa berkumpul.

Birru sibuk memakai pakaiannya satu persatu, terakhir ia memasang jam tangan mewahnya di pergelangan tangan kirinya, kemudian Birru kembali menelisik penampilannya di depan cermin sedikit merapikan tatanan rambutnya kembali, walaupun tidak berantakan sedikitpun.

"Gue emang tampan." Gumama Birru membanggakan dirinya mengusap-usap dagunya.

Setelah dirasa sempurna Birru pun meraih kunci mobilnya yang ada di atas nakas, lalu keluar dari kamarnya, ia berlari kecil menuruni setiap anak tangga sambil bersenandung.

"Bang, mau kemana?" Tanya pak Rajesh yang sudah menunggu di meja makan bersama dengan Jingga yang memainkan ponselnya disana, sedangkan ibu Shareen membantu bi Ratih menyajikan makanan di meja makan.

"Mau ke cafe pa bentar, aku udah janji sama teman-teman aku, bolehkan ?" Jawab Birru kemudian meminta izin.

"Beneran di cafe kan ? Jangan sampai papa tau kamu ke club seperti dulu, papa ingat papa selalu pantau kamu, kamu tau sendirikan hukumannya apa ?!" Peringat pak Rajesh penuh selidik dan penuh ancaman tegas buat putranya itu, Pak rajes bukan menekan pergaulan putra dan putrinya tapi beliau tidak mau kedua anaknya itu masuk kedalam pergaulan bebas.

"Beneran pah, cuma di cafe doang kok, di cafe tempat biasa aku kumpul sama si Gilang juga Sakti." Jelas Birru.

"Ada acara apa emangnya bang ?" Kini ibu Sahreen yang bertanya kepada putranya.

"Buat ngerayain kemenangan tim sepak bola aku Bun." Jawab Birru jujur.

"Ya sudah sana pergi, hati-hati ! pulangnya jangan terlalu larut." Imbuh ibu Sahreen.

"Iya ma, kalau begitu aku pamit ya, pa, ma." Pamit Birru mencium kedua pipi orangtuanya bergantian.

"Dah kebo..." Ujar Birru kepada Jingga adiknya kemudian buru-buru pergi sebelum mendapat bogem dari sang adik, sedangkan Jingga mendengus kesal karena pak Rajesh menahannya saat ingin mengejar Abang laknatnya itu.

"Papa kok ngalangin sih, masa aku di bilang kebo sama si onta." Jingga memberenggut kesal karena ditahan.

"Tuh adeknya juga ngatain kan, jadi satu sama." Ujar pak Rajesh tertawa. Ada ada saja tingkah kedua anaknya.

"Ya sudah, lebih baik kita makan sekarang." Sela ibu Shareen. Setelah paduka ibu ratu sudah berkata maka semuanya menurut, dan makan, menikmati makanan yang sudah ibunda ratu siapkan.

----------------

Birru memukul kemudiannya lalu kembali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Sial kok pake macet segala sih, enggak biasanya jalanan sini macet. !" Umpat Birru kesal.

Selama hampir satu jam akhirnya mobil sport hitam miliknya masuk ke halaman parkir sebuah cafe yang cukup mewah dan betema outdoor. setibanya di pintu masuk Birru melihat sahabat-sahabatnya yang sudah berkumpul lengkap, tanpa lama-lama ia ikut berkumpul.

"Hay semua, sorry gue telat." Ucap Birru langsung duduk di samping Imelda.

"Udah lama kalian ?" Tanya Birru.

"Udah hampir lumutan kita." Sahut Sakti.

"Emangnya dari mana aja loh, tumben banget telat ?" Tanya Gilang.

"Iya Ru, kirain lo enggak jadi kesini tadi." Timpal Imelda mengiyakan ucapan Gilang.

"Gue kejebak macet, sepertinya ada kecelakaan beruntun di jalan yang tak jauh dari rumah gue." Jelas Birru mencomot kentang goreng yang ada dihadapannya.

Xabirru & Giska Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang