Kamu gak sendirian

1 0 0
                                    

Malam yang sudah sangat larut bahkan hampir masuk waktu subuh, ke adaan rumah sakit terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa perawat yang masih bertugas di mejanya.

Pak Rajesh dan Birru langsung berjalan menuju ke ruangan ICU dimana Giska sedang di rawat.

"Om Rajesh." Ucap Giska kaget juga bingung melihat pak Rajesh dan Birru masuk. Giska kebingungan kenapa mala pamannya itu yang datang ?

"Bagaimana ke adaan kamu nak, apa yang kamu rasakan sekarang, hm ?" Tanya pak Rajesh mendekat ke brangkar Giska.

"Aku masih sedikit pusing Om, o iya Om, papa mama aku mana, kenapa mereka tidak datang menemui ku, kenapa malah om yang datang ?" Tanya Giska menoleh ke arah pintu berharap papa mamanya datang menemuinya.

Pak Rajesh dan Birru saling tatap, kemudian pak Rajesh kembali menatap Giska yang masih menatap keduanya bingung, karena pak Rajesh tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Pak Rajesh menarik nafasnya dalam, mencoba mencari kalimat yang pas untuk ia katakan pada garis di depannya ini, setelah mendapat kalimat yang kiranya pas, pak Rajesh menarik nafas kembali kemudian mengeluarkannya perlahan, pria paru baya itu memilih duduk di atas brangkar di samping Giska.

"Nak, ada hal yang ingin om sampaikan, tapi om harap kamu tenang, ok !" Pak Rajesh berucap pelan dan lembut sambil merangkul bahu Giska dengan posisi, Giska duduk bersandar pada brangkar yang sudah dinaikkan.

"Apa maksud Om ?" Tanya Giska mulai takut, ia takut mimpinya akan sama yang akan di sampaikan oleh Pamannya ini.

"Papa mama kamu, dan yang lainnya tidak bisa di selamatkan nak." Dengan perasaan berat pak Rajesh pelan-pelan mengatakan hal sebenarnya.

Bagai disambar petir disiang bolong, tubuh Giska menegang, Giska tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, pandangannya menatap lurus kedepan dengan mata berkaca-kaca,  hidupnya seakan runtuh seketika, mendengar orang-orang yang ia sayangi, dan memanjakannya telah meninggalkannya sendirian.

Dirinya benar-benar sendirian.

"PAPA....MAMAAA...." Tiba-tiba Giska berteriak histeris memanggil kedua orangtuanya.

"Kenapa papa sama mama ninggalin Giska sendirian, kenapa pa, ma, apa kalian tidak menyayangi ku lagi, bagaimana hidup Giska nanti, aku masih butuh kalian pa, ma, hiks..hiks..." Giska menangis histeris sambil memukul-mukul dadanya.

"Pa, nanti siapa yang melindungi ku, siapa lagi yang akan selalu membelaku kalau ada orang yang jail pa."

"Mama, nanti siapa yang akan membuatkan makanan kesukaan ku, siapa yang akan menyayangiku, lalu siapa yang akan menemaniku kemanapun aku mau pergi, ma ??" Giska terus saja meracau dalam pelukan Pak Rajesh.

Pak Rajesh hanya diam mendengarkan semua racauan Giska sambil memeluknya, mengusap punggung, berniat menenangkan. Pak Rajesh sangat mengerti betul apa yang di rasakan Giska saat ini, jadi ia biarkan gadis itu mengeluarkan semua apa yang ia rasakan.

Sedangkan Birru, pria itu hanya bisa diam memperhatikan, ia merasa kasihan melihat keadaan Giska yang amat sangat terpukul, dia tidak bisa bayangkan ada di posisi Giska, Di tinggalkan seluruh anggota keluarganya.

"Opa Oma, kenapa kalian meninggalkan ku sendirian, aku harus bagaimana sekarang, kenapa kalian juga ikut meninggalkan ku, apa kalian semua tega, membiarkan ku sendirian, lalu Giska harus kemana?" Lagi-lagi Giska berucap terdengar sangat pilu, bahkan suaranya hampir hilang karena isakan nya.

"Nak, apa yang kamu katakan ? Kamu masih memiliki kami, kami ini keluarga kamu, kamu bisa menganggap om orangtua kamu, walaupun mungkin rasanya beda, tapi om dan tante akan berusaha menjadi seperti mereka." Ujar pak Rajesh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Xabirru & Giska Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang