Bab 2

7 1 0
                                    

Setelah hari-hari yang penuh kesibukan di restoran, Obanai dan Mitsuri akhirnya memutuskan untuk mengambil hari libur dan pergi berbelanja perlengkapan bayi. Mereka memilih toko perlengkapan bayi di pusat kota.

Saat mereka memasuki toko, Mitsuri langsung terpana oleh berbagai macam perlengkapan bayi yang lucu dan menggemaskan. "Sayang! Lihat semua ini! Semua barang-barangnya begitu lucu!" serunya dengan mata berbinar-binar.

Obanai tersenyum kecil, meskipun sedikit gugup dengan keramaian di toko itu. "Ya, Mitsuri. Mari kita mulai dengan yang paling penting dulu. Apa yang ada di daftar kita?"

Mitsuri mengeluarkan daftar panjang dari tasnya, yang sepertinya tidak ada habisnya. "Kita perlu popok, baju bayi, botol susu, stroller, dan... oh, lihat itu! Ada topi bayi berbentuk ular!" katanya sambil menunjuk ke sebuah topi lucu di rak.

Obanai mengangguk dan mengikuti Mitsuri, yang sudah berlari-lari kecil menuju rak topi. Padahal tengah hamil besar namun wanita itu tetap penuh energi. Mitsuri mengambil topi tersebut dan meletakkannya di atas kepala Obanai. "Lihat, Sayang! Kamu terlihat sangat imut!" katanya sambil tertawa.

Obanai tersipu, tapi membiarkan Mitsuri bermain-main. "Baiklah, baiklah. Kita beli itu topi itu nanti. Tapi sekarang, mari kita fokus pada yang lebih penting," ujarnya sambil mengembalikan topi ke rak.

Mereka melanjutkan belanja dengan penuh semangat. Mitsuri selalu teralihkan oleh barang-barang lucu yang dia temukan di setiap sudut toko. Dia menghabiskan waktu lama di bagian baju bayi, memilih baju dengan berbagai warna dan desain. "Iguro, bagaimana kalau kita beli baju ini? Ada gambar katsu di depannya!" katanya sambil memegang baju dengan gambar katsu yang menggemaskan.

Obanai tertawa kecil. "Tentu saja, Mitsuri. Semua orang akan tahu dia anak tukang katsu."

"Kamu bukan tukang katsu biasa." Mitsuri mengambil baju lain dengan gambar kue beras. "Katsu bikinanmu penuh cinta sehingga akupun jatuh cita, Sayang."

Obanai menggelengkan kepala dan tertawa kecil. Bibirnya tersenyum dibalik masker yang ia kenakan.

Setelah beberapa jam berkeliling toko, keranjang belanja mereka penuh dengan berbagai perlengkapan bayi. Ketika mereka sampai di bagian stroller, Mitsuri terlihat bingung dengan banyaknya pilihan yang ada. "Ada yang bisa dilipat, ada yang dengan suspensi, ada yang bisa berubah jadi kursi mobil... Yang mana yang kita pilih, Sayang?" tanyanya dengan kebingungan.

Obanai mencoba membaca spesifikasi di setiap stroller, tapi semakin dia membaca, semakin bingung juga. "Mungkin kita perlu bantuan," kata Obanai akhirnya.

Seorang pegawai toko yang ramah mendekati mereka. "Apakah kalian membutuhkan bantuan memilih stroller?" tanyanya.

Mitsuri mengangguk dengan semangat. "Ya, tolong! Kami butuh sesuatu yang praktis dan nyaman."

Setelah beberapa penjelasan dari pegawai toko, mereka akhirnya memilih stroller yang sempurna. Pegawai toko itu pun membantu mereka membawa semua barang ke kasir. Saat mereka berjalan menuju kasir, Mitsuri melihat boneka ular besar yang sangat lucu dan langsung menghampirinya.

"Sayang! Lihat ini! Boneka ular besar! Aku yakin bayi kita akan menyukainya!" katanya sambil memeluk boneka itu dengan gembira.

Obanai menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Bayi yang baru lahir tak tahu ular, Mitsuri."

Mitsuri memasang wajah kecewa yang terlihat menggemaskan bagi Obanai. "Tapi aku menyukainya."

"Baiklah, kita ambil itu juga," katanya, menyerah pada keinginan Mitsuri.

Setelah berkata demikian, Obanai berdoa dalam hati agar uang yang ia bawa cukup untuk membayar semuanya. Jantungnya berdegub kencang saat kasir melakukan scan pada kode barang-barang. Tangannya memegang erat dompet.

Seolah menyadari kekhawatiran suaminya, Mitsuri mengambil dompet dari tangan Obanai. Tangannya dengan licah menyusup ke tasnya sendiri dan mengambil beberapa lembar uang, memasukannya ke dalam dompet suaminya. Dia melakukan itu dengan cepat saat kasir sedang menunduk dan tak memperhatikan mereka.

Setelah membayar semua belanjaan mereka, Obanai dan Mitsuri meninggalkan toko dengan keranjang belanja yang penuh dan hati yang gembira. "Hari ini sangat menyenangkan, Sayang! Aku tidak sabar untuk melihat bayi kita memakai semua barang ini," kata Mitsuri dengan mata bersinar.

Obanai memasukan barang belanjaan ke bagasi. "Aku juga, Mitsuri." Dia menutup pintu bagasi, memandang istrinya dengan lembut dan berkata, "Ingin makan diluar?"

Mitsuri menggelang pelan. 

"Kenapa?" Obanai meraih wajah istrinya, mengusap perlahan pipi lembut itu. "Jangan khawatir, aku masih punya uang."

Mitsuri menggeleng lagi, kali ini sambil tersenyum manis. "Tidak, aku ingin makan dirumah. Masakanmu jauh lebih enak daripada resto manapun."

Obanai balas tersenyum dibalik maskernya, dia membuka pintu depan dan mempersilakan istrinya masuk. "Apa yang ingin istriku makan?"

Mitsuri masuk dan duduk dengan hati-hati, perut besarnya mengganjal. "Nasi goreng dengan banyak toping."

Obanai berlari kecil ke sisi lain mobil dan duduk di bangku pengemudi. Dinyalakannya mesin mobil itu, "Baik, kita mampir minimart untuk membeli toping."

Sorakan gembira terdengar dari Mitsuri, tangannya meraih kepala Obanai dan mencium pipinya, "Terimakasihhhh, kamu adalah suami paling sempurna."

 Obanai mengusap kepala Mitsuri dengan penuh kasih sayang, 

Mereka berdua berjalan pulang dengan perasaan bahagia dan bersemangat, siap untuk menyambut kehadiran bayi mereka dengan penuh cinta dan tawa. 

Mitsu Katsu (Obanai Mitsuri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang