Part 13

1.5K 22 0
                                    

Warning!
Konten setengah dewasa, harap bijak dalam membaca.

Happy Reading!
Jangan lupa meninggalkan jejak vote dan komen ;)



Jite menggandeng tangan Larissa memasuki kamar hotel. Dalam keadaan setengah sadar, Larissa membuka kancing pakaiannya dan berbaring di ranjang hotel.

"Larissa nggak mau bersih-bersih dulu? Cuci muka?" Jite bertanya lembut.

Dengan berat hati dan mata setengah terbuka Larissa mengangcingkan kembali bajunya, menuruni ranjang dan pergi ke toilet. Dia membasuh wajahnya.

Begitu air dingin membasahi muka seketika ingatannya kembali. Dia menelan ludah kasar menatap pintu kamar mandi yang tertutup melalui cermin besar di hadapannya.

Larissa ragu. Di luar pintu itu Jite sudah menunggunya. Dan ini adalah kali pertama untuknya.

"Aduh, bodo banget sih ris. Nggak bisa narik ucapan lagi." Larissa memukul dahinya.

Suara ketukan di pintu mengalihkan fokusnya. Jantungnya berdebar kencang.

"Larissa masih lama?" Suara lembut Jite masuk ke telinga Larissa.

Secara perlahan Larissa membuka knop pintu kamar mandi. Dia sudah memutuskan untuk tetap berpura-pura mabuk.

Jadi, Larissa sudah melupakan segalanya. Dia mendorong tubuh Jite mundur hingga berbaring di ranjang.

Kemudian dengan sensual dia membuka satu per satu kancing baju pria itu.

"Mas Jite selalu wangi. Saya suka." Larissa berbisik.

Mendapatkan rangsangan seperti itu Jite pun kehilangan akal sehatnya. Dia mengubah posisi menjadi Larissa yang berada dibawahnya.

"Larissa cantik. Larissa selalu berhasil menggoda saya." Pria itu berbisik di telinga Larissa.

Dia juga mengecup serta menjilat daun telinga wanita itu. Hingga membuat Larissa merasakan geli luar biasa.

"Saya belum pernah berciuman dengan siapapun. Apalagi have sex. Mohon Mas bisa membimbing gerakan saya."

Jite menghentikan aksinya. Larissa masih perawan. Dia tidak bisa melakukannya.

Saat akan bangkit tanganya di genggam oleh Larissa. Wajah memohon wanita itu membuatnya tidak tega.

"Saya mohon mas? Bukankah selama ini mas menginginkan saya?"

"Saya tidak bisa melakukannya dengan seorang gadis yang masih perawan, Larissa. Apalagi Larissa dalam keadaan mabuk. Maafkan saya."

Larissa menarik tangan Jite. Pria itu ambruk diatas tubuhnya. Cukup berat, tapi tidak apa.

"Saya mohon, mas. Saya janji saya tidak akan mengecewakan Mas Jite. Saya juga tidak akan mengungkapnya kepada siapapun."

"Saya jatuh hati pada Mas Jite. Tubuh Mas Jite sangat bugar. Setiap melihat tatapan Mas Jite pada saya itu membuat saya tidak berdaya. Senyum, mas. Canda tawa, mas. Dan tubuh ini. Tubuh ini selalu mampu membuat saya tidak bisa tidur di setiap malam."

Jite membeku mendengarkan kalimat yang terucap dari bibir Larissa. Sepanjang pernikahannya dengan Sheila, Sheila tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat pemujaan seperti itu. Dan hal itu ternyata berhasil merangsang libido nya untuk naik ke puncak.

"Saya tidak mabuk, mas. Saya waras. Saya sama sekali tidak berada dibawah pengaruh alkohol." Lanjut Larissa.

Jite menatap Larissa. Wanita itu menampilkan senyum sendu.

"Larissa yakin?"

Larissa menganggukkan kepala.

Melihat persetujuan Larissa membuat Jite hilang akal. Pria itu sudah gelap mata. Dia menyambar bibir ranum wanita itu. Menyesapnya hingga habis.

SIX FEET UNDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang