Part 24

617 18 3
                                    

Spill dikit. Cerita ini nggak lama lagi akan end. Mungkin sekitar 4 atau 3 bab lagi. Jadi baca nya dipercepat yaa. Biar nggak hilang ntar.

Happy Reading!
Jangan lupa meninggalkan jejak vote dan komen;)

"Iyaa. Kan Larissa kesayangan nya Mas Jite." Jite berkata jumawa.

Di sampingnya Satya sudah tidak menahan lagi raut muka yang muak akan kalimat cringe Gubernurnya.

Benar, hari sudah malam dan ini adalah malam puncak untuk expo. Di malam ini akan diumumkan pemenang lomba mobil hias dan stand expo.

Memang sudah tidak banyak yang hadir karena kebanyakan para delegasi sudah pulang kembali ke kota masing-masing.

Seperti biasa, Jite duduk bersebelahan dengan Satya. Dan di sisi lain ada Larissa.

Awalnya Jite menolak keras Larissa akan ikut dengannya malam ini. Sudah jelas alasannya adalah kaki wanita itu yang masih terluka.

Tetapi dia kalah telak kala Larissa mengungkit hari-hari sebelumnya dimana Jite yang tidak mau melepasnya. Apalagi Larissa beralasan dia harus menjalankan tugas sebagai LO.

"Sayang, minum dulu nanti dehidrasi." Jite menyodorkan sebotol air mineral pada Larissa.

Larissa menerima botol itu. Dia juga melirik Satya yang benar-benar sudah tidak tahan dengan tingkah Jite.

"Mas Jite tolong mulutnya di kondisikan." Satya akhirnya buka mulut.

"Kenapa Satya? Satya merasa jijik?"

"Sama Satya. Saya juga jijik ketika Satya PDA gatau tempat. Satya itu Bupati." Jite melanjutkan kalimatnya.

Satya terkejut dengan ucapan Jite. Pasalnya selama ini tidak ada yang terpengaruh apapun dengan ucapan-ucapan sayangnya pada Kalila.

"Biarin, kan saya berada di bawah terangnya dunia. Nggak kayak Mas Jite yang sembunyi di kegelapan." Satya menanggapi Jite.

Bukan Jite yang tersentil tapi Larissa. Tubuh wanita itu menegang mendengar pernyataan Jite.

Dia baru saja berhasil menenangkan hati kecilnya yang sejak tadi siang menggelora haus akan pengakuan. Dan kini malah kembali diusik oleh ucapan Satya yang penuh fakta.

Obrolan mereka terhenti kala seorang MC acara mempersilahkan ibu Kirana memberikan sambutan. Mereka duduk di barisan paling depan. Dan hal itu sangat menarik perhatian ibu Kirana yang kini tengah fokus menatap Larissa yang duduk di sebelah Jite.

"Seperti yang kita ketahui bersama, adanya PKK ini adalah untuk memaksimalkan peran seorang wanita dalam membangun rumah tangga. Setiap inti pokoknya sudah tertuang dengan indah dalam lirik lagu Mars PKK."

"Begitu pula dengan Dekranas. Setiap istri pemimpin daerah menjabat sebagai Ketua Dekranasda bukan tanpa sebab. Diharapkan seorang istri pejabat juga mampu menumbuhkan ekonomi melalui kerajinan dan seni yang ada di Indonesia."

"Jadi sepenting itulah peran seorang wanita sebagai pendamping. Karena disini ada bapak nya juga, alangkah baiknya jika kita bisa mencintai pasangan kita masing-masing dengan ikhlas. Jodoh itu sudah tertulis sedari kita lahir."

Jite tersentil dengan ucapan ibu Kirana. Dia tau ibu Kirana memang sedang menyindirnya yang malah membawa Larissa bukannya Sheila yang istri sah.

Lalu dimana Sheila?

Sheila sudah pulang sejak kemarin bertengkar dengannya. Wanita itu memang mengajak Jite pulang ke Kanaka. Tapi ternyata hati sang suami masih sangat labil dan mudah tergoda.

Tepuk tangan riuh mengiringi pembukaan acara malam ini yang dibuka bersama-sama oleh jajaran ibu pejabat negara. Acara berlanjut dengan lancar.

Kebetulan provinsi Jite memenangkan lomba mobil hias dan juga expo. Karena Jite tidak mau maju untuk mengambil hadiah, maka dia mengumpankan Kalila yang sebentar lagi akan menjadi ibu bupati Bawera.

SIX FEET UNDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang