Likaios menekuk kedua alisnya ketika melihat Leona ke arahnya.
"Ada apa?" tanyanya datar saat Leona berdiri di depannya namun tidak kunjung mengatakan apapun.
'Idi ipi.' Leona membeo di dalam benaknya. Dia sangat tidak suka Likaios namun dia menunjukkan wajah polos yang lugu.
Dia menunduk sambil memainkan jari-jarinya. "A-pa... apa kau mau makan be-bersamaku?" katanya tergagap.
Sebenarnya saat ini, Leona sangat kecewa mengetahui semua properti adalah milik Likaios. Dia tidak punya properti apapun.
Hiks ...
Dia memang memiliki banyak perhiasan dan gaun-gaun mahal tapi itu belum cukup untuk menanggung kehidupannya jika keluar dari Ducy dan meninggalkan Likaios.
Dia butuh membeli rumah, membeli gelar karena disana gelar sangat penting, dia butuh pengawal untuk melindunginya dan butuh pelayan untuk membantunya.
Dia tidak mau dijual tapi dia juga tidak mau hidup miskin jadi dia akan mengikuti hal yang dilakukan pemeran utama perempuan yang terjebak di dalam novel yaitu mengambil hatinya untuk bertahan hidup.
Di dalam ingatan Leona, Likaios selalu dingin dan bersikap acuh tak acuh tapi tiga hari lalu saat Likaios menggenggam tangannya, dia bisa merasakan kalau pria itu khawatir dan orang tidak akan khawatir kepada orang yang dia benci kan?
"K-kalau kau sibuk, tidak masalah," katanya memasang wajah sedih kemudian berbalik.
"Aku tidak sibuk."
"Kena kau!' Leona menyeringai lantas berbalik dan memasang wajah yang ceria.
"Benarkah?!" Dia bertanya dengan nada semangat. "Ayo!" Dia menarik tangan Likaios dan membawanya ke meja makan, membuat Likaios terheran-heran dengan tingkah lakunya.
"Duduk di sini." Leona menarik kursi dan membuat Likaios duduk di sana. Dia bahkan menyajikan makanan untuk pria itu.
"Kau baik-baik saja?" Likaios bertanya sambil memperhatikan Leona. Apakah sekarang matahari sudah terbit dari barat?
Leona yang selalu bersikap dingin dan tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menghinanya setiap kali mereka bertemu, tiba-tiba berubah hangat dan manis.
Leona duduk di kursinya lalu menghela nafas. Kedua matanya menunduk dan memasang wajah sedih. "Saat aku diculik, aku sangat ketakutan. Aku lari dan berteriak minta tolong tapi tidak ada yang datang dan saat aku jatuh ke jurang, aku mengingatmu. Aku pikir aku tidak bisa melihatmu lagi." Dia menatap Likaios dengan mata berkaca-kaca. Dia menggenggam tangan Likaios yang berada di atas meja lalu air mata mulai menggelinding membasahi wajahnya, membuat siapapun yang melihatnya merasa iba.
"Saat aku sadar dan aku melihatmu lagi, aku sangat senang. Sangat senang. Aku tahu selama ini aku sangat jahat, tolong maafkan aku, aku sadar kalau aku tidak punya siapa-siapa selain kau."
Likaios tidak bisa berkata-kata. Melihat air mata Leona berjatuhan, hatinya seperti diinjak gajah. Dia ingin bilang ' jangan menangis' tapi kata-katanya tidak bisa keluar. Dia akhirnya hanya mengangguk pelan.
"Ayo makan," katanya mengalihkan topik pembicaraan. Dia merasa aneh dengan situasi saat ini.
'Tidak sesulit yang kupikirkan.' Leona bergumam di dalam benaknya sambil memperhatikan pria itu.
Dia sudah memainkan berbagai peran dengan berbagai karakter. Dia melihat Likaios sebagai pria tsundere. Diluar terlihat dingin namun didalam penuh kasih sayang.
"Kakak."
Likaios tertegun. Selama tiga belas tahun, Leona tidak pernah memanggilnya seperti itu.
"Apa aku salah bicara?" tanya Leona saat Likaios menatapnya dengan terkejut.
"Tidak." Likaios berkata dengan datar. "Aku sudah kenyang, aku akan kembali bekerja," tambahnya kemudian berdiri dan pergi begitu saja.
Saat tiba di ruangannya dia menceritakan hal yang terjadi kepada Diego.
"Menurutku itu bagus. Bukannya selama ini kamu berharap hubunganmu dengan adikmu kembali seperti dulu?"
"Tapi ini terlalu mendadak."
"Dia sudah memberitahu alasannya dan itu masuk akal. Itu sering terjadi pada orang yang hampir mati. Mereka mengingat orang-orang terdekatnya dan merasa sangat takut akan berpisah dengan mereka. Dia sudah membuat langkah untuk memperbaiki hubungan kalian jadi lakukan hal yang sama. Jangan lewatkan kesempatan ini."
Likaios tidak mengatakan apa-apa. Dia menatap tangan yang sebelumnya digenggam oleh Leona.
Sebelum penculikan, Leona selalu menyebutnya sebagai pria bertangan kotor karena membunuh bangsanya sendiri untuk melindungi
bangsa yang sudah membantai keluarga mereka dan membunuh orang tua mereka.
Ketika dia masih melamun, seorang ksatria memasuki ruangan dan melaporkan bahwa sekelompok werewolf sedang bergerak menuju perbatasan utara.
"Persiapkan pasukan, Diego." Dia memberikan perintah dan Diego segera menjalankan tugasnya.
Berita tentang Likaios yang ingin pergi ke perbatasan untuk memberantas para werewolf sampai ke telinga Leona.
'Dasar pengkhianat!' Leona mengumpat. Dia tidak habis pikir dengan pria itu. Bisa-bisanya dia berpihak kepada kekaisaran yang sudah membantai pack dan membunuh kedua orang tua mereka.
"Kapan mereka akan berangkat?" Dia bertanya kepada Melisa.
"Sekarang Lady."
Setelah mendengar jawaban tersebut, Leona meninggalkan kamarnya dan berjalan cepat untuk menemui Likaios dan ketika dia melihat pria itu berdiri di tengah koridor, dia berlari dan memeluknya.
Deg
Likaios terkejut dengan hal yang dilakukan oleh Leona.
"Kakak. Tolong berhati-hati," kata Leona setelah melepaskan pelukannya. Diego dan Melisa yang melihat hal itu saling melirik satu sama lain.
"Berjanjilah kau akan menjaga dirimu dengan baik dan kembali dengan selamat tanpa kurang apapun," katanya berpura-pura khawatir sementara itu Likaios teringat dengan Leona yang dulu.
Setiap kali dia ingin pergi untuk membunuh para werewolf, Leona selalu berkata dengan dingin 'Ayah dan ibu pasti menangis melihat perbuatanmu. Mereka sangat sial karena melahirkan putra sepertimu.'
Dia merasa sulit untuk percaya bahwa Leona yang ada di depannya saat ini adalah Leona yang sama.
"Berjanjilah padaku, kau akan kembali dengan selamat tanpa kurang suatu apapun." Leona memeluknya lagi. "Kalau tidak mau berjanji aku tidak akan membiarkanmu pergi," tambahnya.
Likaios mengangkat tangannya untuk membalas pelukan gadis itu namun ketika dia mengingat saat Leona menyebutnya sebagai pria bertangan kotor, dia mengurungkan niatnya. "Aku janji," katanya singkat.
"Sungguh?"
"Hm."
Leona akhirnya melepaskan pelukannya sedangkan Likaios segera berbalik dan berjalan keluar bersama dengan Diego.
'Semoga kau mati di sana, semoga tangan dan kakimu terpotong, semoga kau tidak kembali lagi. Kalau itu terjadi aku akan memberi makan 100 orang miskin.' Leona terus memperhatikan punggung Likaios yang menjauh dengan cepat.
Di dalam novel, Likaios kembali dengan selamat tapi Leona berharap ada perubahan alur agar kepemilikan properti berpindah kepadanya, tapi jika pria itu kembali dengan selamat seperti yang ada di dalam novel, maka dia harus mempersiapkan rencana untuk mencegah kisah cinta Likaios dan Evelyn terwujud.
Malam semakin larut, Likaios dan pasukannya menghadang para werewolf yang sudah melewati perbatasan.
AUUUU
Serigala putih- abu-abu yang berada di barisan terdepan melolong sangat keras, diikuti oleh serigala-serigala lainnya, detik berikutnya mereka menyerang dan kedua pasukan tersebut saling bentrok dan menumpahkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHAN BULAN
FantasyLeona Cara mengulang hidupnya untuk yang kelima kali dengan cara yang ajaib. Semuanya berawal saat dia tidak sengaja menemukan sebuah novel werewolf berjudul 'XXX lalu bertransmigrasi ke dalam novel tersebut dan mendapati dirinya terbangun sebagai...