13. Kekuatan Alam

89 24 4
                                    

Setelah ledakan kedua berdentum Hongjoong segera berlari menyambut tubuh Joshua yang langsung ambruk selepas pertempuran. Ada dua orang penting di sana, raga Joshua dan jiwa sang ayah.

Tubuh Wooyoung juga terpental jauh akibat ledakan sedangkan Gyuri berusaha bertahan dengan membangun perisai tanah untuk meredam efek ledakan. Sesudah keadaan normal barulah ia berdiri tegap memeriksa situasi sekitar.

"Ayah! Jawab aku!" seru Hongjoong sembari mengguncang tubuh Joshua yang lemas. Orang itu meremat dadanya, terasa nyeri di sana bahkan menjalar sampai membuat pusing. Tampaknya efek ramuan itu tak bertahan lama.

Hongjun merogoh saku, memberikan batu elemen air ke tangan Hongjoong. Tubuhnya yang nyaris ambruk ditahan oleh Hongjoong sehingga posisi kepala Hongjun bersandar di bahu Hongjoong, napasnya terengah.

"Gunakan kekuatan ini dengan baik raja,"ucap Hongjun pelan, "buktikan ucapanmu yang akan melindungi dunia. Aku bangga melihatmu tumbuh dengan baik."

Aliran air merayap dari kepala Hongjun ke bahu Hongjoong. Netra Joshua yang tadinya berwarna biru laut berangsur kembali pada warna asal–hitam–dibarengi kesadaran Joshua yang langsung hilang. Tubuhnya melayang, dengan sigap Hongjoong menangkap Joshua lalu membaringkannya perlahan di tanah.

Selepas itu Hongjoong merasa pusing, kilas balik memori soal pertempuran antara Aquamor dan Airia tergambar di kepala. Kini iris matanya berubah menjadi biru dengan jejak air mulai berkumpul di permukaan tangannya. Sah. Kekuatan elemen air sudah ada padanya.

"Joshua."

Jeonghan berlari menghampiri Joshua, digenggamnya tangan Joshua untuk memeriksa keadaan. Setelah itu ia melirik pada Hongjoong untuk memastikan kalau benar kekuatan elemen air sudah berpindah tangan.

Mereka memeriksa keadaan satu sama lain, memapah mereka yang terluka untuk segera diobati.

Gyuri mendekati Wooyoung. Memasati rupanya dari bawah hingga atas, mempertanyakan identitas orang ini dan juga sebab perkataan yang ia ucapkan selama pertempuran.

"Siapa kau sebenarnya?" sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Gyuri, kendati demikian ada banyak hal yang ingin ia ketahui soal Wooyoung.

Kemudian Wooyoung berdiri tegap, ia tersenyum tipis dan membungkuk empat puluh derajat memberi hormat.

"Salam pewaris kekuatan tanah. Aku adalah Wooyoung, raja Airia dan pewaris kekuatan angin."

Wooyoung menaikkan kepala, memandang Gyuri yang wajahnya mirip dengan seseorang yang ia kenal di masa lalu.

"Kau sangat mirip dengan Terra," kata Wooyoung setelahnya.

Gyuri menjadi bingung, yang ia tahu Terra adalah saudarinya yang tewas beberapa hari lalu. Dari silsilah keturunan yang ia tahu pun tidak ada yang bernama Terra, entah kalau dari nenek moyangnya ribuan tahun lalu.

"Dia leluhurku?" tanya Gyuri memastikan.

Wooyoung mengangguk, "kami seumuran."

Atas ucapan itu Gyuri merasa heran, tetapi ia teringat dengan ucapan San soal ketidakseimbangan waktu yang sedang terjadi. Bisa saja ini salah satu efek yang tampak dari kejadian itu.

"Usianya mungkin sudah ribuan tahun jika masih hidup."

"Aku juga sudah setengah abad hidup."

Orang-orang di sekitar Wooyoung langsung menatap sosoknya. Pasalnya apa yang Wooyoung ucapkan berbanding terbalik dengan keadaan sebenar, entah kalau perhitungan usia di Airia berbeda dari tempat lain.

"T-tapi fisikmu masih sangat muda," ujar Eunjo.

Wooyoung tergelak, ia menggeleng. "Rambutku sudah putih, penuh kerutan."

"Tidak. Kau masih muda," tukas Gyuri setelahnya.

Eunjo mengangkat tameng besi di depan Wooyoung, sisi mengkilapnya memantulkan rupa Wooyoung. Melihat rupanya Wooyoung melotot, ia melongo lalu mengusap wajah dan memperhatikan kedua lengannya yang tak lagi memiliki kerutan. Bahkan kulitnya lebih kencang sekarang.

"Aku kembali muda!"

Seruan Wooyoung menyapu atensi yang lain, mereka tengah sibuk membenahi keadaan pasca pertempuran. Mendengar teriakan Wooyoung, Hongjoong berjalan mendekati pria itu dan menelisik rupanya. Ketika masih di dalam gletser wujud Wooyoung sudah seperti ini, karena itu ia tak menaruh curiga kalau ternyata usia Wooyoung lebih tua dari fisiknya.

Hongjun juga tidak berkata apa-apa setelah membebaskan Wooyoung dari belenggu, bahkan Hongjoong tidak mengerti alasan sang ayah mencairkan gletser tempat Wooyoung dibekukan.

Masih dengan memegangi wajah sendiri, Wooyoung lalu menatap ke arah Hongjoong. Setahunya orang di hadapannya ini adalah keturunan Hongjun, bisa jadi dia tahu hal apa yang sudah berlaku pada Wooyoung sehingga ia kembali muda seperti ini.

"Kenapa bisa begini?"

Hongjoong memandang aneh pada Wooyoung, tanpa bersuara pun ekspresi bingungnya sudah memberi jawaban kalau ia juga tidak tahu mengapa bisa seperti ini.

"Apa ada kaitannya dengan ketidakseimbangan waktu?" sahut San berkomentar.

Lagi Hongjoong menggeleng, dari yang ia tahu jika seseorang dibekukan di dalam es dia memang tidak akan mengalami penuaan karena begitu beku waktu yang mereka alami juga membeku alias berhenti, sehingga sewaktu orang itu dibebaskan keadaannya akan sama seperti ketika dia dibekukan. Tapi ya jangan lupakan dengan memori baik buruk selama pembekuan yang berlangsung berulang-ulang.

Karena alasan itu Hongjoong merasa heran, tidak seharusnya Wooyoung bisa kembali muda. Dari kasus yang ayahnya hadapi dulu kalau sudah terlalu lama membeku di dalam es, mereka yang terbelenggu akan mati setelah memasuki tahun kedua. Hongjun juga berpikir kalau Wooyoung sudah tewas, sebab perperangan mereka sudah lewat belasan tahun.

"Jadi kalian berasal dari tahun yang sama," simpul Gyuri memandang Hongjoong dan Wooyoung bergantian.

Mereka mengangguk, bisa dikatakan benar, tetapi juga tidak. Tapi mari anggap saja sama.

"Apa yang sebenarnya sedang terjadi sekarang? Mengapa orang tadi hendak merebut kekuatan kita? Bagaimana pulau kalian bisa runtuh. Tolong jelaskan semuanya padaku, a-aku tidak mengerti apapun."

Permintaan dari Gyuri membuat Hongjoong dan Wooyoung saling pandang, setelahnya Hongjoong mengangkat tangan untuk menunjuk Wooyoung. Seolah mengatakan yang akan menjelaskan semua pertanyaan Gyuri adalah orang itu.

Wooyoung merasa keberatan, matanya menyipit lalu menatap tak senang pada Hongjoong.

Hongjoong kemudian mengendikkan bahu, "aku juga tidak tahu apa-apa. Yang lebih tau ayahku tapi dia sudah tiada, aku  tidak bisa memanggil arwahnya lagi."

Lantas si pengendali angin menghela napas, mau tak mau ia harus menjelaskan agar tidak timbul pertanyaan lain. Kalau pendapatnya benar tahun di pulau ini berbeda dengan tahun di Airia sehingga telah banyak yang berubah di sini.

Ia lalu memandang sekitar, "tadi ada seseorang yang katanya menggunakan kekuatan elemen api kan?"

Gyuri mengendarkan pandangan, tampak sosok yang dimaksud Wooyoung tengah diangkut oleh Mingyu dan Jun dengan tandu. Seungkwan tak sadarkan diri.

"Bawa dia dalam diskusi kita. Dia perlu diberi peringatan tentang kekuatan elemen api yang ia gunakan, dia memang bukan pewaris kekuatan api tapi jangan sampai Yoseok mengambil kekuatan api dari orang itu. Dia bisa terbunuh."

✔2. End of The World [ATEEZ × SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang