BAB-3
Aku akhirnya meninggalkan daerah kekuasaan Baron Vogart, tempat dimana aku dilahirkan, tumbuh dan akhirnya menjadi gadis yang kata ibuku adalah gadis paling cantik di wilayah kami.
Aku yang berpamitan akhirnya memeluk satu persatu keluargaku.
Dimulai dari Ayah, Kak Benyamin, baru lah yang terakhir adalah ibuku.
"Jaga dirimu baik-baik, Aluna. Ayah bangga denganmu." Aku bisa mendengar suara ayah yang bergetar saat melepaskanku.
"Baik ayah." Aku melepas pelukan ayah dan berganti memeluk kakak lelakiku yaitu Benyamin.
"Jaga dirimu disana adikku yang cengeng. Jangan lupa kirim surat kesini." Kak Benyamin masih berusaha untuk meledekku walaupun aku tau pasti jika lelaki itu tidak benar-benar meledekku.
"Iya, Kak."
Aku memeluk semuanya dengan sangat erat seolah ingin mengatakan jika aku tidak ingin pergi dari tempat yang begitu nyaman ini.
"Aluna, anakku yang cantik. Jangan buat suamimu menunggu lebih lama lagi." Aku bisa merasakan tepukan halus di punggung saat aku memeluk ibuku dengan erat.
"Iya, Ibu." Aku melepas pelan pelukan ku. Sangat pelan karena aku tidak rela melepaskan tubuh wanita yang sangat aku sayangi itu.
Setelah selesai berpamitan, suamiku tersenyum dan mengarahkan tangannya agar aku menggandengnya.
Walaupun berat aku akhirnya menggandeng suamiku menuju ke kereta kuda yang sudah siap sejak tadi.
Dengan lembut suami yang telah menikahiku beberapa jam yang lalu itu membantuku untuk naik ke kereta kuda.
Setelah masuk ke kereta kuda, aku melihat suamiku rupanya tak naik di kereta kuda yang sama. Aku ingin bertanya kenapa seperti itu. Sebab, aku selalu berpikir jika sepasang suami istri akan selalu menaiki satu kereta kuda yang sama setelah mereka menikah, tapi ternyata suamiku memilih untuk menaiki kuda dan meninggalkan aku sendiri di dalam kereta kuda.
"Suamiku ...."
Aku memanggil suamiku, ingin bertanya kenapa dia tidak ikut naik bersama denganku. Namun, belum juga aku menyelesaikan ucapanku tangan lelaki itu sudah menutup rapat pintu kereta sambil menyunggingkan senyumannya.
Akhirnya aku tidak bisa melakukan apapun lagi walaupun sebenarnya hati ini kecewa.
Akhirnya, kereta kuda yang dikendarai oleh kusir itu mulai berjalan. Dari jendela kereta kuda aku kembali menatap keluargaku untuk terakhir kalinya dan melambaikan tangan.
Aku masih bisa melihat wajah sedih mereka, yaitu wajah dari keluargaku tercinta.
Akhirnya aku pergi keluar dari rumah ke tempat yang baru setelah aku berumur delapan belas tahun.
Di dalam kereta kuda aku kesepian karena tak ada teman mengobrol.
Maria tidak ikut denganku ke county, sedang suamiku berada di barisan depan dengan kuda hitam miliknya.
Aku kesepian karena baru pertama kali ini aku sendirian. Biasanya Maria ada selalu menemaniku dimanapun aku berada.
Satu hal yang membuatku lega, aku sudah berganti pakaian dengan gaun yang lebih nyaman, tak lagi mengenakan gaun pernikahan yang berat dan penuh aksesoris itu. Rambut merah mudaku yang panjang sepinggang dan bergelombang sengaja ku gerai karena seharian kepala terasa berat karena dihiasi oleh pernak-pernik hiasan pernikahan.
Aku yang lama-lama bosan karena tak ada kegiatan akhirnya mengambil sesuatu dalam tas. Sesuatu yang selalu membuat imajinasiku tentang pernikahan dipenuhi oleh kelopak bunga mawar merah yang bertebaran.
Sesuatu itu adalah buku novel romance yang berisikan tentang kisah-kisah cinta sepasang anak manusia yang begitu romantis dan penuh perjuangan.
Aku sangat menyukai novel roman karena bagiku yang terbiasa hidup ditengah keluarga harmonis memiliki mimpi untuk membangun keluarga yang juga romantis dan novel romantis seolah menjadi penyempurna akan mimpiku tersebut.
Aku ingin menghabiskan waktu yang membosankan dengan membaca buku novel pemberian Philip yang memang belum aku baca sama sekali.
Buku novel pemberian Philip untukku berjudul 'LOVE IN THE MOONLIGHT,S' dimana menceritakan tentang lelaki yang rela meruntuhkan dinding kasta masyarakat demi bisa bersama dan menikahi wanita pujaan hatinya yang berasal dari kalangan rakyat biasa.
Kta Philip ini adalah buku novel yang sedang populer dikalangan gadis single yang belum menikah sehingga aku sangat bahagia begitu menerimanya.
Philip sering membelikanku buku novel yang aku suka dengang kak Benyamin selalu meledekku dan berkata jika dunia dalam cerita novel itu tidaklah sama dengan dunia nyata.
Karena sering mendapatkan cemooh akhirnya tekadku untuk mendapatkan suami yang romantis dan membangun keluarga yang harmonis semakin menggebu-gebu hingga titik dimana mungkin logikaku sudah tak bisa berpikir dengan jernih.
"Aku akan menjadi pengantin sekaligus istri paling bahagia di dunia ini."
Aku terus mengulang-ngulang kalimat itu dalam hati sambil memeluk buku novel pemberian philip dengan erat.
Aku juga yakin jika impianku bukanlah hal mustahil. Sebab, aku memiliki suami yang tampan, baik hati, tidak pelit, kaya raya, keturunan bangsawan tinggi, dan yang penting murah senyum dan sangat perhatian denganku dan juga keluargaku. Jadi aku yakin jika mimpiku bukanlah sebuah mimpi semu ataupun hanya khayalanku semata.
Aku mulai membaca buku yang sejak tadi berada dalam dekapanku. Membaca lembar per lembar sambil membayangkan jika tokoh utama perempuan yang berada dalam novel yang hidup bahagia dan dihujani cinta oleh suaminya adalah aku, dan tokoh utama pria yang rela berkorban demi istrinya adalah lelaki yang telah resmi menikahiku.
Aku sibuk membaca dan berkhayal dengan duniaku sendiri hingga akhirnya tanpa sadar aku sampai di kediaman suamiku bertepatan dengan lembar terakhir dari novel yang aku baca.
Aku menghirup nafas panjang dan bertekad jika aku akan menjadi bahagia seperti tokoh dalam novel yang baru saja selesai aku baca. Aku akan menciptakan kehidupan rumah tangga yang dipenuhi dengan aroma wangi dari kelopak bunga mawar yang berterbangan.
Namun, keyakinanku yang sangat kuat itu hancur berkeping dengan begitu cepat. Kekecewaan mendarat dengan cepat menampar imajinasiku tentang kebahagiaan yang telah melambung tinggi hingga ke langit tempat para dewa bersemayam.
Itu karena sosok mengetuk kaca kereta kuda bukanlah suamiku melainkan ksatria yang mendampingi rombongan kami dan yang membuka pintu kereta kuda juga ksatria tersebut bahkan yang yang mengulurkan tangan yang akan membantuku turun dari kereta kuda juga sang ksatria.
Sedangkan suamiku entah pergi kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTAHAN ATAU MENYERAH (DRAMA HISTORICAL, ROMANSA, ANGST)
RomanceAluna Vogart, seorang wanita bangsawan dari pinggiran, putri Baron Vogart, menerima lamaran mendadak dari Robert Evant dari keluarga terhormat Evant, bergelar Count Evant. Pernikahan politik yang lazim di kalangan bangsawan membuat Aluna Vogart tida...