Uzumaki Boruto. Siswa sederhana yang kini menduduki kelas 3 SMA. Setelah seminggu di rumah sakit, akhirnya ia diperbolehkan pulang karena luka-luka akibat kecerobohannya saat berkendara alias kecelakaan sudah membaik.
Rumah sakit?
Mengapa disebut rumah sakit? Kesannya memiliki arti bahwa bangunan yang disebut rumah itu membuat orang-orang sakit bukan sembuh. Sama halnya seperti rumah hantu, disebut begitu karena terdapat hantu—orang yang menyamar maupun rumor mengerikan—di dalamnya. Lantas mengapa rumah sakit disebut begitu? Mengapa tidak rumah sembuh?
Jika rumah sehat, kesannya lebih aneh. Berarti mereka yang mendatangi bangunan tersebut dipastikan sehat, begitu?
Omong-omong membahas rumah sakit, Boruto sebenarnya hanya diperbolehkan pulang bukan beraktivitas seperti biasanya. Seharusnya ia berada di rumah kurang lebih 4 hingga 5 hari ke depan agar proses penyembuhan lebih cepat.
Namun Boruto, ya, Boruto. Dia bersikeras masuk sekolah dan mengabaikan perkataan orang tuanya. Padahal adik perempuannya saja sudah rela membolos sekolah untuk merawatnya.
Selama seminggu di rumah sakit, ia merasa bosan bukan main. Biasanya ia memiliki jadwal ekskul dan organisasi di sekolah, membuat ia sibuk sampai pulang larut malam. Tapi selama seminggu itu ia hanya diam berbaring sambil berkali-kali memohon untuk pulang pada dokter dan perawat yang datang untuk mengecek keadaanya.
Boruto terkekeh ketika mengingat kejadian pagi tadi ketika ibunya berteriak padanya yang sudah menaiki motor. Adiknya mengejar sampai pagar sebelum ia melaju dengan kecepatan sedang. Ia yakin, ibu dan adiknya pasti mengiriminya pesan untuk kembali ke rumah dan beristirahat. Karena ponselnya tidak berhenti berdering selama perjalanannya menuju sekolah.
Teman-temannya justru berkebalikan. Begitu sampai di kelas, mereka langsung mengerubungi dan pura-pura mengeroyokinya. Dipukul dan ditendang, meski hanya bercanda dan tidak begitu keras, Boruto akui rasanya sakit. Apalagi tadi Iwabe tidak sengaja memukul wajahnya, tepat di area luka yang masih basah.
Untung saja ia memilih kabur dari rumah. Sebab hari ini banyak sekali jam kosong. Selama seminggu ke depan guru-guru disibukan dengan rapat koordinasi untuk perencanaan Study Tour kelas 2.
Begitu jam istirahat kedua berkumandang, di sinilah ia berada sekarang. Perpustakaan.
Bau buku, debu, pengharum ruangan, suara jarum jam yang berdetak di tengah ruangan, juga suasana sepi adalah hal yang ia sukai akhir-akhir ini.
Bukan untuk membaca buku atau mengerjakan tugas. Sejak dua bulan terakhir ia hanya akan ke perpustakaan untuk duduk di bangku panjang paling belakang dan tidur hingga lupa waktu. Lalu setelah itu, ketika penjaga mengetahuinya, ia akan diberi pengurangan poin dan diusir dari sana.
Kali ini berbeda. Ia tidak mau berbaring sebab kepala belakangnya masih terasa membengkak akibat kecelakaan. Ia memilih mengitari rak buku dan melihat-lihat.
Ia bukan tipe yang suka membaca. Jika diharuskan, paling hanya buku paket atau soal-soal latihan. Namun ia beberapa kali membaca komik action dan thriller.
Sudah dua rak buku ia kelilingi. Kebanyakan buku pelajaran, dan ia membenci itu.
Matanya tertuju pada sebuah novel di rak bagian romantik. Tangannya yang baru saja terulur kalah cepat dengan tangan lain.
Tangan dengan warna kulit putih pucat itu memegang novel yang ingin dibacanya. Ujung matanya melirik Boruto disertai senyum miring.
Boruto berdecak. Ia kembali mencari novel lainnya. Namun sama seperti sebelumnya. Semua buku yang ingin ia ambil secara acak seperti direbut oleh seseorang yang kini berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ghost of You
Fanfiction[BORUSARA FANFICTION] Jika ada satu hal yang ingin ia lakukan setelah ingatannya kembali adalah meminta Tuhan untuk memutar waktu pada dua tahun yang lalu. Ia sangat menyesal. Sedih sekaligus sakit ketika mengingatnya. "Nanti, ketika perang sudah be...