Boruto sampai di anak tangga terakhir dengan segala umpatan yang keluar. Dirinya tetap harus berjalan beberapa langkah lagi agar sampai di kelas.
Sesampainya di sana, ia tidak menemukan siapa-siapa. Sahabat-sahabatnya juga nampaknya sudah berkumpul di lapangan untuk pelajaran olahraga.
Ia segera meletakkan kursi yang ia bawa dari gudang ke bangkunya. Lantas berganti baju dan menyusul ke lapangan.
Namun sebelum itu, ia melihat kembali kursi yang dibawanya tadi.
Dingin. Tidak seperti pernah diduduki beberapa saat lalu.
"Padahal tadi ia duduki, tapi mengapa tak terasa hangat, ya?"
Bukankah kursi akan terasa hangat jika diduduki seseorang? Apa mungkin gadis itu memiliki suhu tubuh yang dingin? Mengingat wajah dan bibirnya putih pucat.
Ia menggeleng. Tidak seharusnya ia memikirkan hal seperti itu disaat genting seperti ini. Nyawanya sedang dipertaruhkan.
Dengan langkah cepat ia bergegas menuruni tangga menuju lapangan outdoor.
"Sebelum melakukan praktek aku ingin ada yang menyebutkan dasar-dasar dari permainan bola basket. Shikadai, sebutkan!"
Shikadai mengaduh kecil. Ia malas untuk berdiri namun mau tidak mau ia harus berdiri dan menjawab pertanyaan pak Rock Lee.
"Passing, pusing, pesing."
Setelah ia menjawab murid-murid lain tertawa dan pak Rock Lee menggeleng tidak habis pikir. Meski terkesan santai dan bersahabat, Rock Lee merupakan salah satu guru yang cukup tegas terhadap anak didiknya.
Di belakang, teman-teman laki-lakinya tertawa sangat kencang. Iwabe memukul bahunya ketika ia kembali duduk di sebelahnya.
"Shikadai, lari keliling lapangan 5 kali!" titahnya dengan wajah lelah.
"Baik, baik."
Dari arah kiri, terdengar langkah kaki mendekat. Pandangan yang lain tertuju pada Boruto yang akhirnya sampai.
Boruto datang dengan senyum lebar sekaligus bodohnya. Ia menunduk pada pak Rock Lee dan izin untuk bergabung duduk bersama teman-temannya di bagian belakang.
Pak Rock Lee mengelus dada untuk cobaan kesekian kali akibat derita yang ia terima dari anak didik ajaibnya.
"Inojin, sekarang coba sebutkan jumlah pemain bola basket."
Inojin berdiri dengan penuh percaya diri. Ia membuang muka ketika matanya menangkap sosok yang dilihat semua murid adalah dirinya, sok keren. Denki sulit menahan tawanya ketika Inojin menjawab dengan kedua tangan berada dalam kantung celana olahraga.
Memalingkan wajah ke samping, Inojin tersenyum tipis namun penuh dengan aura menawan. Dalam hati Chocho akui sahabatnya itu memang senantiasa seperti itu sejak umurnya masih kecil. Senantiasa narsis!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ghost of You
Fanfiction[BORUSARA FANFICTION] Jika ada satu hal yang ingin ia lakukan setelah ingatannya kembali adalah meminta Tuhan untuk memutar waktu pada dua tahun yang lalu. Ia sangat menyesal. Sedih sekaligus sakit ketika mengingatnya. "Nanti, ketika perang sudah be...