C H A P T E R 3:PEMBULLYAN DIUJUNG KORIDOR

189 17 1
                                    

Matahari mulai menyembunyikan keberadaannya meninggalkan warna oranye yang sangat indah dilangit.

Saat ini jam menunjukkan pukul 16.00, sedangkan kelas secara keseluruhan telah selesai lima belas menit yang lalu.

Seorang siswa yang memiliki julukan 'Si Petir Merah' sedang melangkahkan kakinya menuju ke parkiran sekolah yang sudah sangat sepi dikarenakan semua siswa-siswi yang sudah pulang ke rumahnya masing-masing atau sekedar bermain-main sebelum pulang kerumah. Sedangkan para guru masih berada didalam kantornya.

Walau pernah berita beredar tentang sekolahnya yang menyatakan bahwa disaat waktu ini lah kejadian yang menakutkan terjadi disekolah. Berita yang beredar menyatakan bahwa sekolah yang mereka tempati untuk menimba ilmu, disaat pukul 16.00 konon katanya jika murid masih berada diarea sekolah, maka murid itu akan pulang dengan membawa luka yang tentu saja didapatkan karena dibully.

Dan tentu saja hanya seluruh murid disekolah itu yang percaya. Guru pun hanya menganggap nya angin lalu. Hanya menganggap bahwa itu hanyalah cerita horror yang dibuat oleh murid untuk menakuti teman-temannya yang berhasil menakuti semua murid disana.

Tapi, hal itu tidak berlaku untuk si petir merah ini. Ia tetap santai berjalan sendirian dikoridor. Biasanya akan ada Taufan yang berjalan disampingnya. Tapi, saat ini anak itu masih berada dikelasnya sedang melaksanakan tugas piketnya yang dilaksanakan hari ini.

Sedangkan Gempa, Blaze, Ice, Thorn, Solar, dan Fang sudah lebih dulu pergi ke tempat mereka para anggota inti dari geng mereka kumpul. Mereka tidak ingin menunggu Taufan dikarenakan Taufan sering bermain-main saat piket membuat waktu piketnya menjadi sangat lama. Sejauh ini, hanya Hali yang masih berbaik hati menunggui nya piket walau Hali menunggu diparkiran. Sungguh beruntung kau Taufan.

Karena tidak ingin membuang waktunya untuk menunggu Taufan yang piketnya terlanjur sangat lama didepan kelas, lebih baik dirinya berjalan menuju parkiran sembari menunggu waktu bermain-main Taufan saat piket selesai.

Berbekal hp ditangannya dan headset yang terpasang dikedua telinganya, Hali melangkah dikoridor kelas X tanpa takut tentang berita pembullyan pada murid yang belum pulang pada pukul empat sore.

Sampai pada saat dirinya hendak melewati persimpangan dimana koridor disebelah kanannya adalah arah menuju perpustakaan, telinganya yang tersumpal headset dengan suara yang tidak terlalu keras suaranya itu mendengar suara teriakan melengking yang ia yakini itu adalah teriakan perempuan. Dan hal itu membuat langkahnya seketika terhenti dan menatap koridor disebelah nya itu dengan raut datar namun penasaran.

Karena terganggu dengan suara teriakan tersebut, si petir merah mulai kembali melangkahkan kakinya ke arah kanan dimana suara teriakan itu berasal dengan langkah yang hati-hati penuh waspada.

Dan, ya. Dirinya menemukan asal suara teriakan itu diujung koridor tepatnya didepan perpustakaan yang memang terletak diujung koridor. Dan perpustakaan itu juga sudah tutup.

Dirinya menghentikan langkahnya dan bersembunyi dibalik dinding koridor disebelah kirinya dimana koridor itu akan menuju ke lapangan utama sekolah. Dirinya menguping pembicaraan orang yang berjumlah empat orang itu dimana tiga orang merupakan seorang laki-laki dan satu orang merupakan seorang perempuan.

"Kalian bisa nggak sih nggak usah ganggu gua?! Gua cuma mau pulang anjing!"

Dapat ia dengar suara perempuan itu yang sepertinya sedang melawan tiga orang laki-laki didepannya yang memojokkannya di dinding membuatnya tidak bisa bergerak dengan leluasa.

Sedangkan diposisi perempuan itu sedang mencoba memberontak ketika salah seorang dari tiga laki-laki didepannya memegang tangan kirinya.

Dihentak-hentakkannya tangan kirinya berharap bisa bebas dari genggaman lelaki yang berada disamping kirinya. Namun, tenaganya kalah jauh dengan tenaga lelaki disampingnya. Bahkan lelaki yang berada disamping kanannya ikut memegang tangan kanannya membuat matanya melotot meminta dilepaskan.

HALILINTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang