9. School AU.

85 5 1
                                    

Di sanalah kamu duduk, menatap lelaki berambut hitam itu, bahkan tidak memperhatikan pelajaran di depan kelas. Hanya tersisa sekitar 2 menit di kelas sebelum bel berbunyi. Dengkuran pelan terdengar dari lelaki di depanmu, telingamu menyerapnya dengan baik. Beberapa saat kemudian, bel berbunyi dan semua orang keluar menuju pintu.

Saat kamu melakukan hal yang sama, pergi bersama salah satu temanmu, gurumu memanggilmu. "Y/n, bolehkah aku menyuruhmu sebentar?"

Kamu mengerang, tapi tidak cukup keras untuk kamu dengar. Kau melihat temanmu membisikkan kata 'Semoga berhasil'. Kamu menghela dan menoleh ke gurumu.

"Apa kau keberatan membersihkan papan tulis hari ini? Aku bersumpah akan memberimu sesuatu sebagai balasannya." Katanya terdengar agak putus asa. Kamu mengangguk padanya karena kamu tidak punya hal lain yang lebih baik untuk dilakukan. Ia memberimu senyuman hangat sebelum mengemasi barang-barangnya dan pergi. 'Itu seharusnya aku yang pergi..' Ucapmu dalam hati.

Tanpa basa-basi lagi, kamu menyemprotkan air ke papan tulis dan mulai mengelap nya. Karena kamu tidak tahan dengan keheningan, kamu segera menyalakan musik di headphone-mu dan kemudian mulai membersihkan.

Kamu pikir kamu akan menata beberapa barang di kelasmu juga, mengalihkan pikiranmu dari bagian papan tulis yang tidak dapat kamu jangkau. Kamu membelakangi pintu yang terbuka di belakangmu tanpa menyadari anak laki-laki berambut hitam yang masuk.

Setelah selesai menata, kamu kembali ke papan tulis untuk mencoba meraih bagian yang tinggi. Kamu ingin menggunakan kursi guru, tetapi kamu tidak bisa karena kursi itu terlalu goyang dan kamu takut kursi itu akan jatuh.

Kamu mendesah frustrasi, sampai kamu merasakan sebuah tangan di tangan kamu, lengan melingkari pinggang mu, mengangkat mu. Kamu merasa wajahmu memerah karena orang yang menyentuh mu dengan cara seperti itu. Kamu akhirnya mencapai tempat-tempat yang sulit dijangkau dan tersenyum lebar.

Ketika semua tempat telah dicapai, kamu akhirnya berdiri dan menatap orang yang sangat membantumu. Wajahmu menjadi sangat merah melihat orang itu. "T-terima kasih, L-Luffy." Kamu tergagap, tidak ingin terlihat bodoh karena harus menunggu lama untuk mendapat jawaban. Dia tersenyum lebar.

"Tidak masalah! Tapi kenapa kau membersihkan papan tulis? Bukankah itu tugas seorang guru?" tanyanya sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

Kamu tersipu dan menggosok-gosokkan kedua tanganmu sambil menunduk, ke mana pun kecuali ke arah Luffy. "Y-yah, dia juga memintaku. Jadi aku ingin menjadi murid yang baik." Gumammu pelan. Kau menggosok-gosokkan kedua tanganmu di antara pahamu di balik rokmu. Dia mengerjap ke arahmu, sedikit bingung.

"Bukankah seharusnya kau sudah pulang?" Kamu menanyainya, mendongak sedikit dengan sedikit semburat merah masih terlihat di wajahmu.

"Aku lupa daging yang kuambil dari sekolah." Katanya dengan jelas. Kamu mempertanyakan tindakannya tetapi kau harus mengakui, itu lucu.
Kamu sendirian dengan Luffy membuatmu merasakan sedikit basah terbentuk di antara kedua kakimu. Kamu menggigit bibir bawahmu lalu meraih barang-barangmu.

"Po-pokoknya, aku harus pergi." Katamu, mengambil barang-barangmu dan perlahan menuju pintu. Sebelum kau bisa pergi ke mana pun, kau melihat sebuah tangan menghantam meja di depanmu. Kau tersentak dan mencicit karenanya. Luffy menatapmu, sedikit melirik pahamu, lalu kembali mendongak dengan seringai tipis.

"Sepertinya ada sesuatu yang mengganggumu." Katanya, sambil mendekatkan wajahnya hingga bibir kalian hanya berjarak beberapa sentimeter. Wajahmu memanas saat dadamu mulai terangkat tidak merata akibat napasmu yang tajam.

Luffy menyingkirkan jarak di antara bibirmu dan menciummu dengan lembut. Matamu membelalak melihat situasi yang kau hadapi, tetapi kau segera membalas ciumannya. Kamu merasakan jilatan kecil di bibir bawahmu, membuatmu sedikit merengek. Kau membuka mulutmu, Luffy menyelipkan lidahnya dengan cepat.

Luffy X Readers [One Shoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang