"lepas, kak ... sakit."
jaehyuk baru melepaskan cengkeramannya ketika mereka sampai di depan mobil putih miliknya.
asahi mengusap pergelangan tangannya yang sedikit memerah kemudian masuk ke dalam mobil jaehyuk dengan takut-takut.
"pada akhirnya, ini yang kau pilih, ya?"
mendengar suara bariton tegas itu membuat asahi hanya bisa meneguk ludahnya kasar. ia bahkan tak berani menatap jaehyuk dan memilih untuk menjatuhkan pandangan ke arah sepatunya.
"aku berbaik hati membebaskanmu, tetapi ternyata kau memang lebih menyukai pekerjaan semacam ini, huh?" lanjut jaehyuk dengan nada remehㅡwalaupun tak bisa dipungkiri, nada kekecewaan terselip di setiap kata-katanya.
"tidak! bukan karena aku ingin kembali ke pekerjaan ini. hanya saja ... aku butuh uang dan karena dia temanmuㅡ"
"karena dia temanku, jadi kau tidak keberatan untuk menjadi jalang sewaannya, begitu?"
asahi bungkam seiring dengan hatinya yang berdenyut nyeri saat satu tuduhan tajam itu dilontarkan begitu saja oleh jaehyuk.
ia tidak peduli jika orang lain memanggilnya dengan panggilan rendah itu, tetapi entah mengapa rasanya begitu menyakitkan ketika jaehyuk yang mengucapkannya.
dengan mata yang berkaca-kaca, asahi keluar dari mobil, terlebih saat ia mengingat bahwa ia meninggalkan tasnya di ruangan terkutuk itu.
sementara itu, jaehyuk yang mendadak menyesal atas ucapannya barusanㅡyang ia layangkan secara spontan karena diliputi amarahㅡsegera mengejar si pemuda hamada.
"lepas." asahi menyentak pelan genggaman jaehyuk.
"mau ke mana?"
"mengambil tasku."
"kau ini benar-benar, yaㅡ!"
"ada barang peninggalan ibuku! aku tidak peduli jika kehilangan yang lain, tapi tidak dengan yang satu ini!" asahi sudah tak tahan lagi. nadanya meninggi, dadanya naik turun karena emosi yang meluap.
mendapati raut kacau yang tergambar pada wajah pemuda mungil itu membuat helaan napas kasar lolos dari mulut jaehyuk.
"tunggu di mobil. jangan ke mana-mana."
setelah berkata begitu, jaehyuk pun kembali melangkah masuk ke dalam kelab, meninggalkan asahi yang menatap kepergiannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
-☆-
tak membutuhkan waktu lama, jaehyuk kembali dengan menenteng tas besar dan hoodie milik asahi yang juga tertinggal.
tas besar itu ia letakkan di jok tengah kemudian beralih mendudukkan dirinya di belakang kemudi.
dirasa suhu di dalam mobil yang terlampau dingin, jaehyuk pun berniat menaikkannya, terlebih saat mendapati keadaan pemuda mungil di sampingnya yang hanya berbalutkan kaos tipis.
namun di luar dugaan, tindakannya tersebut dicegah oleh si pemuda hamada.
"j-jangan ...," pintanya lirih sembari menggeleng pelan. "aku merasa sangat panas."
jaehyuk menatap asahi dengan pandangan tak mengerti. raut wajah pemuda itu terlihat begitu tak nyaman, seolah tengah menahan sesuatu. ditambah keringat dingin yang membanjiri pelipisnya.
"ada apa denganmu?"
asahi hanya menggeleng. ia terlalu malu untuk mengatakan bahwa ia tengah mati-matian menahan hasratnya saat ini.
obat perangsang yang dicampurkan jihoon dalam minumannya tadi semakin bereaksi, membuat bagian selatannya terasa sesak dan nyeri.
ia ingin dipuaskan.
"apa ada yang sakit?" jaehyuk bertanya lagi.
asahi kembali menggeleng agresif.
napasnya semakin menderu, bahkan gerakan kecil sedikit saja membuat tubuhnya sensitif sehingga ketika tangan jaehyuk bergerak untuk mengecek dahinyaㅡkalau-kalau ia demamㅡasahi spontan menepis tangan itu.
"a-aku baik-baik saja. cepat jalankan mobilnya."
jaehyuk mengalah. ia memilih untuk tidak mengatakan apa pun lagi dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
di tengah perjalanan, kondisi asahi semakin menjadi-jadi. lenguhan samar sesekali lolos dari mulutnya. ia merasa sesuatu tengah berusaha mengambil alih dirinya.
"kita ke rumah sakit."
ucapan jaehyuk barusan membuat netra asahi serta-merta membola. "jangan!"
"kau terlihat seperti akan pingsan, asahi."
"dan kenapa kau harus peduli?!" emosi asahi kembali naik. "bukankah kau juga menganggapku tak lebih dari seorang jalang?"
jaehyuk menepikan mobilnya di pinggir jalan. ia melepaskan seat belt-nya dan kembali memfokuskan atensi pada pemuda di sampingnya. "baiklah, maafkan aku. aku terbawa emosi tadi."
selanjutnya, asahi dibuat tersentak tatkala jaehyuk menangkup dagunya dan membawanya untuk berhadapan dengan wajah pemuda itu.
"kau tidak sedang baik-baik saja," ucap jaehyuk dengan nada lembut. "aku seorang dokter dan aku tidak bisa membiarkan orang lain terlihat menderita di hadapanku."
"... kalau kau tidak mau diperiksa olehku, maka aku akan membiarkanmu diperiksa oleh dokter lain," lanjut jaehyuk dengan tatapan hangatnya, membuat kepala asahi semakin pening.
"d-dia memberiku obat," cicit asahi akhirnya.
"obat? jenis apa?"
"o-obat perangsang."
satu jawaban tak terduga itu membuat jaehyuk tertegun. ia lantas mengalihkan pandangannya pada sesuatu yang menyembul di balik rok si pemuda hamada.
di sisi lain, asahi meremat kuat jok yang ia duduki saat ini. ia merasa malu setengah mati dan berharap bisa melenyapkan dirinya.
namun, terlepas dari itu, berhadapan dengan jaehyuk dalam jarak sedekat ini berhasil menghadirkan sensasi asing yang belum pernah ia rasakan selama 21 tahun hidupnya.
asahi benci mengakui, tetapi lubangnya berkedut kuat ketika sorot mata jaehyuk yang memancarkan aura dominasi, kembali memenjarakannya.
terlebih saat satu kalimat itu terlontar keluar dari mulut si pemuda yoon,
"apa kau ingin aku untuk membantumu?"
-☆-
a/n
tida siap buat nulis chapter selanjutnya asdkshdksksj T_T
![](https://img.wattpad.com/cover/369739157-288-k702306.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
spark in you; jaesahi [✓]
Fiksi Penggemardemi melindungi sang adik, asahi rela membuang harga dirinya dengan menyamar menjadi wanita penghibur di salah satu kelab malam. ㅡ bxb, lowercase, baku ㅡ dom!jae sub!sahi ㅡ ft. hoonsuk ⚠ might contain harsh words, cross-dressing, mental & physical a...