Happy reading....
.
.
Gadis ini hanya mampu menunduk sembari meremat lututnya sendiri, disampingnya duduk sang kekasih tercinta yang juga hanya bisa menunduk menyesal. Kedua sejoli muda ini terlihat sama sama takut, merutuki kebodohan yang sudah terlanjur terjadi
Brakk...
Meja kayu itu di gebrak dengan keras sampai berbunyi kencang membuat mereka terkejut bukan main, pelaku yang tadi menggebrak meja segera ditenangkan oleh sang istri sebelum emosinya semakin meledak tak karuan.
"Ini memalukan! Ayah tidak bisa menerimanya Sana! Apa yang akan orang lain katakan bila mereka tahu semua ini huh!" tuan Minatozaki Kenjiro berucap lantang penuh amarah kepada putri semata wayangnya yang telah merusak kepercayaan yang telah ia berikan.
Sana sadar bila ini adalah kesalahannya sehingga ia tak berani berucap, merasa pantas mendapatkan luapan amarah dari ayahnya seperti ini. Oh tidak, bahkan dia pantas mendapatkan lebih.
"Ck! Segera gugurkan bayi itu dan kamu Tzu, jangan pernah temui putriku lagi!"
Sana dan Tzuyu langsung mengangkat kepala mereka bersamaan.
Air mata Sana menetes dengan sendirinya, "gak! Aku gak akan pernah gugurin anakku! Ayah boleh hukum aku apapun aja, asal jangan suruh aku bunuh anakku sendiri, aku gak akan pernah mau!"
"Sana! Kamu mau melihat ayah marah huh!"
Sana beranjak dari duduknya, duduk bersujud didepan ayahnya yang berdiri menjulang didepannya ini.
"Maafkan aku Ayah, aku memang salah dan pantas dihukum. Tapi aku mohon jangan suruh aku gugurin anak ini Ayah. Aku mohon, hikss..." Sana sudah amat takut, ia memegangi kedua kaki ayahnya meminta ampunan. Tzuyu menatap pada Sana, tak tega melihat kekasihnya seperti itu.
Namun Tzuyu juga tak tahu harus berbuat apa.
Tuan Kenjiro masih diam menatap keatas, ia juga sebenarnya tak tega berucap seperti itu kepada putrinya. Namun sang putri sudah sangat mengecewakannya dengan hamil di luar nikah seperti ini, apalagi sekarang Sana dan juga Tzuyu masih tengah sama sama berada di tahun pertama mereka memasuki pendidikan universitas.
"Minju... Tzuyu..."
Cahaya putih terang tiba tiba menyorot pandangan Sana membuatnya sampai tak sanggup membuka mata lagi. Setetes air mata jatuh ke pipi, Sana merasa bila ini adalah akhir darinya.
'Maafin mama Minju-ya, Mama belum bisa jadi ibu yang baik buat kamu, Tzu jaga Minjuku ya. Selamat tinggal semuanya...'
.
Drttt...Tzuyu dibuat terkejut saat ponselnya tiba tiba berbunyi. Perasaannya masih tak enak setelah tadi menjatuhkan foto keluarganya, sekarang malah ada telepon dari nomor yang tak dikenal. Segera dia meraih ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut.
'Halo?'
'...'
'Ya, dengan saya sendiri.'
'...'
'Apa! Saya akan segera kesana, terimakasih.'
Tut...
Badan Tzuyu terlihat menegang, tangannya juga gemetar untuk sekedar hanya memegangi ponsel.
"Apa apa Tzu? Telpon dari siapa?" tanya Chaeyoung, Tzuyu menatap sekretaris sekaligus sahabatnya itu dengan mata berkaca kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
teen again
Fanfiction"loh...????" Seorang ibu tiba tiba kembali ke tubuh masa mudanya saat sebuah insiden terjadi. Mungkinkah itu rencana Tuhan agar ia bisa membantu sang putri?